Jakarta -
Skrining atau pemeriksaan kesehatan anak penting dilakukan sejak usia dini. Dengan skrining kesehatan, orang tua juga akan tahu apa langkah atau tindakan selanjutnya, apabila ternyata anaknya memiliki masalah kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI melaksanakan pemeriksaan secara gratis di fasilitas kesehatan yang bisa didapatkan oleh bayi baru lahir hingga usia enam tahun, serta mereka yang berusia 18 tahun ke atas.
Sementara itu, anak dan remaja yang berusia tujuh sampai 17 tahun akan mendapatkan pemeriksaan gratis di sekolah masing-masing. Kegiatan ini rencananya akan dilakukan pada tahun ajaran baru, tepatnya pada Juli 2025, Bunda.
Untuk balita dan anak prasekolah, jenis pemeriksaan yang akan diberikan, meliputi skrining tuberkulosis (penyakit infeksi paru), pemeriksaan pendengaran, penglihatan, dan kondisi gigi. Jika diperlukan, juga akan dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi thalasemia (kelainan darah) dan diabetes melitus (penyakit gula darah tinggi).
Berikut ini tata cara mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis:
- Unduh aplikasi Satu Sehat Mobile di Playstore atau Appstore
- Selanjutnya, isi data diri untuk mendaftarkan akun
- Bunda akan mendapatkan pesan konfirmasi pendaftaran akun Satu Sehat
- Setelahnya, isi kuesioner skrining mandiri yang berisi paket skrining untuk mendapatkan kode tiket
- Lalu, datang ke puskesmas terdekat sambil membawa kartu identitas baik KK, KTP, maupun KIA, kode tiket, dan hasil skrining mandiri
- Selanjutnya, petugas akan melakukan verifikasi sesuai dengan data yang ada di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil)
Apa saja jenis-jenis pemeriksaan gratis untuk balita dan prasekolah?
Berikut enam jenis pemeriksaan gratis untuk balita dan prasekolah yang perlu Bunda ketahui:
1. Skrining tuberkulosis
TB Indonesia, skrining TBC mencakup pelaksanaan skrining gejala TBC yang dilakukan oleh penyedia jasa, jika ada gejala TBC maka dilanjutkan pemeriksaan TCM dan jika tidak ada gejala TBC maka dilanjutkan pemeriksaan X-Ray.
Penyedia jasa melakukan skrining gejala TBC pada semua sasaran skrining dengan menggunakan formulir skrining TBC. Peserta skrining dinyatakan ada gejala jika memiliki satu atau lebih kriteria berikut:
- Batuk ≥ 2 minggu
- Batuk darah
- BB turun/tidak naik dalam 2 bulan terakhir
- Demam ≥ 2 minggu
- Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
2. Pemeriksaan pendengaran
Skrining pendengaran balita dilakukan dengan Oto Accoustic Emission (OAE). Tes ini dilakukan pada anak usia 0 hingga 3 tahun. Alat kecil yang lembut dipasang di telinga bayi dan akan terdengar bunyi klik. Tes ini singkat dan tidak menimbulkan rasa sakit, Bunda.
Pada dasarnya, tes pendengaran bayi baru lahir bertujuan untuk mengetahui kondisi telinga serta mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini. Dengan deteksi sedini mungkin, semakin kecil kemungkinan masalah pendengaran tersebut akan memengaruhi perkembangan anak, seperti membantu mencegah risiko gangguan berbicara atau speech delay.
3. Pemeriksaan penglihatan
Selain pemeriksaan pendengaran, anak juga bisa diperiksa penglihatannya di puskesmas, Bunda. Pemeriksaan dilakukan dengan visus mata atau tes ketajaman penglihatan dilakukan untuk mengetahui kemampuan mata melihat objek dengan jelas dalam jarak tertentu. Tes ini digunakan untuk mengetahui kelainan refraksi mata seperti mata minus, plus, dan silinder.
Tes visus umumnya dilakukan dengan bantuan Snellen Chart. Bagan ini terdiri dari 11 baris huruf kapital dengan ukuran bervariasi. Anak-anak dapat melakukan tes visus secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan matanya, Bunda.
4. Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan gigi gratis untuk anak-anak dimulai dengan pemeriksaan visual gigi, gusi, dan mulut, serta edukasi tentang perawatan gigi yang benar. Sementara, jika anak terdeteksi memiliki masalah kesehatan pada gigi, maka puskesmas menyediakan layanan pemeriksaan gigi dasar seperti pemeriksaan gigi dan mulut, pembersihan karang gigi, pencabutan gigi, dan perawatan saluran akar gigi, Bunda.
5. Deteksi thalasemia (kelainan darah)
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah merah yang diturunkan dari orangtua kepada anak dan keturunannya. Menurut Kementerian Kesehatan RI, penyakit ini disebabkan karena berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia.
Gejala penyakit ini bervariasi, yang paling sering ditemui adalah pucat atau lemas akibat anemia. Dalam rangka meningkatkan upaya promotif dan preventif, Kemenkes RI melaksanakan skrining/ deteksi dini Talasemia untuk keluarga penyandang Talasemia.
6. Cek gula darah dan skrining diabetes melitus
Diabetes Melitus tidak hanya diderita oleh orang dewasa, namun juga bisa terjadi pada anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat terjadi peningkatan yang cukup signifikan DM tipe-1 pada anak dan remaja dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010, Bunda.
Kenaikan kasus DM tersebut berkaitan erat dengan pola hidup kurang sehat seperti pola makan tidak tepat, kurang aktivitas fisik, obesitas, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi.
Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan yang proaktif dan persuasif di seluruh lapisan masyarakat. Salah satunya dengan menekankan pentingnya skrining secara berkala, supaya dapat segera tertangani.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)