Jakarta -
Apakah Bunda pernah bertanya-tanya, bagaimana kalau ada perempuan yang hamil di luar angkasa? Kedengarannya seperti film fiksi ilmiah, ya? Tapi ternyata, sains punya alasan kuat kenapa perempuan sebaiknya tidak hamil saat berada di luar angkasa lho.
Ambisi NASA kirim perempuan ke luar angkasa pada 2026
Dikutip dari Forbes, semula The National Aeronautics and Space Administration (NASA) enggan mengirim perempuan ke luar angkasa berakar pada ketakutan tentang dampak perjalanan luar angkasa yang tidak diketahui pada tubuh mereka. Masalah ini berkisar dari menstruasi retrograde dalam gravitasi mikro yang menyebabkan atau memperparah endometriosis, potensi produk menstruasi untuk menyumbat filter toilet, dan ketidaksesuaian peralatan luar angkasa yang dirancang khusus untuk pria.
Namun, NASA berambisi mengirimkan perempuan pertama ke Bulan pada 2026 melalui program Artemis. Bahkan kelas astronaut saat ini sudah diikuti hampir 50 persen perempuan. Hal ini menandakan kemajuan menuju inklusi gender dalam eksplorasi ruang angkasa.
Banyak astronaut perempuan yang berhasil hamil setelah satu atau lebih misi ruang angkasa yang sukses, meskipun ada tantangan reproduksi perjalanan ruang angkasa. Dengan demikian, sistem reproduksi perempuan tampaknya agak tangguh menghadapi tantangan perjalanan ruang angkasa.
Kendati demikian, NASA menawarkan pembekuan sel telur dan embrio sebelum penerbangan bagi astronaut perempuan, dengan menyadari pengorbanan karier yang terlibat dalam eksplorasi luar angkasa. Banyak astronaut menunda memiliki anak, dengan usia rata-rata penerbangan luar angkasa pertama adalah 36 tahun, dan merupakan hal yang umum untuk menunggu hingga setelah itu untuk kehamilan pertama. Hal ini menjadikan IVF sebagai pilihan yang wajar bagi astronaut.
Alasan sains perempuan sebaiknya tidak hamil saat berada di luar angkasa
Dr. Jonathan G. Steller, seorang dokter kandungan-ginekolog menekankan bahwa potensi komplikasi kesehatan bagi perempuan di luar angkasa sangat besar. Hal itu menjadi penyebab timbulnya kekhawatiran.
Ada peningkatan risiko individu untuk kondisi seperti kanker akibat radiasi. Selain itu, ada risiko di antariksa, dan seperti halnya semua pengobatan terestrial. Steller menekankan pentingnya konseling yang berpusat pada pasien (berpusat pada astronaut) tentang risiko ini, tetapi ia tidak percaya bahwa metrik risiko kanker berbasis jenis kelamin harus secara independen mendorong komposisi kru untuk perjalanan ke Mars.
Berikut alasan kuat kenapa perempuan sebaiknya tidak hamil saat berada di luar angkasa:
1. Radiasi Tinggi
Dikutip dari BBC, luar angkasa memiliki tingkat radiasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan di Bumi. Radiasi ini berasal dari sinar kosmik galaksi dan partikel bermuatan dari Matahari, yang dapat merusak DNA. Perempuan lebih mungkin merasa sakit saat pergi ke luar angkasa sementara laki-laki lebih mungkin mengalami penyakit saat kembali ke Bumi.
Laki-laki memiliki lebih banyak masalah dengan penglihatan dan pendengaran mereka saat kembali dari luar angkasa, yang tidak dialami perempuan. Saat perempuan kembali, mereka mengalami masalah dalam mengelola tekanan darah sehingga mereka merasa agak pingsan. Jika seorang perempuan hamil di luar angkasa, radiasi ini bisa meningkatkan risiko:
- Cacat lahir pada janin
- Mutasi genetik
- Keguguran atau kelahiran prematur
2. Mikrogravitasi ganggu perkembangan janin
Di luar angkasa, tubuh melayang-layang karena tidak ada gravitasi. Nah, ternyata mikrogravitasi ini bisa bikin perkembangan tulang dan otot janin terganggu, lho Bunda! Biasanya, bayi dalam kandungan bergerak mengikuti gravitasi normal di Bumi, yang membantu dalam pembentukan organ dan sistem tubuhnya., tapi kalau di luar angkasa, janin mungkin jadi sulit berkembang dengan normal.
Berikut efek dari kondisi gravitasi Di lingkungan mikrogravitasi:
- Cairan dalam tubuh bergerak tidak normal, yang bisa mempengaruhi suplai darah dan nutrisi ke janin.
- Tulang dan otot janin mungkin tidak berkembang dengan baik karena kurangnya gaya tarik gravitasi.
- Gangguan pada perkembangan otak dan sistem vestibular (keseimbangan tubuh).
3. Gangguan pada tubuh ibu
Kehamilan itu sudah cukup berat di Bumi, apalagi kalau di luar angkasa! Tubuh ibu hamil mengalami perubahan besar, seperti peningkatan volume darah dan perubahan hormon. Ditambah lagi, astronaut biasanya mengalami kehilangan massa tulang lebih cepat karena tidak ada gravitasi yang menahan tubuh mereka. Bayangkan kalau hamil di luar angkasa, bisa makin rentan terkena osteoporosis setelah melahirkan!
4. Kesulitan dalam proses persalinan
Kalau bayi lahir di luar angkasa, siapa yang bakal membantu persalinan? Di sana tidak ada dokter kandungan atau fasilitas medis yang lengkap. Belum lagi, tanpa gravitasi, kontraksi rahim bisa terganggu dan bikin persalinan makin sulit. Ngeri banget, kan, Bunda?
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)