Kisah Bayi Kembar Lahir Prematur di Usia Kehamilan 22 Minggu, Masuk Rekor Dunia

2 months ago 47

Jakarta -

Adiah dan Adrial Nadarajah lahir prematur pada 4 Maret 2022. Sang Bunda Shakina Rajendram melahirkan keduanya di Mount Sinai Hospital pada usia kehamilan 22 minggu.

Kelahiran keduanya masuk dalam rekor dunia Guinness World Records. Menurut informasi, Adiah lahir dengan berat 330 gram atau 23 menit sebelum Adrial yang beratnya 420 gram. Adiah dan Adrial menjadi bayi kembar paling ringan yang pernah lahir.

Sebelum anak kembarnya lahir, Shakina Rajendram sempat mengalami masalah pada kehamilannya. Pada satu titik, dokter bahkan mengatakan anak-anaknya tidak punya kemungkinan untuk bertahan hidup.

Kisah persalinan bayi kembar Adiah dan Adrial

Rajendram pernah hamil sebelum melahirkan anak kembarnya. Namun, kehamilan ini harus berakhir lantaran ia mengalami kehamilan ektopik, atau hamil di luar rahim.

Saat mengetahui kehamilan keduanya, Rajendram begitu terkejut. Di kehamilan ini, dokter sempat mengatakan bahwa mereka tidak dapat berbuat banyak untuk menyelamatkan dua bayi di dalam kandungan Rajendram.

Rajendram dan sang suami Nadarajah lalu memutuskan untuk pergi ke Mount Sinai Hospital, di mana terdapat neonatal intensive care unit (NICU).

Pada hari kedua proses persalinan atau tepatnya usia kehamilan 21 minggu enam hari, Rajendram diberi tahu tentang kenyataan pahit. Bila anak-anaknya lahir bahkan beberapa menit sebelum usia kandungan 22 minggu, bayi kembarnya akan dibiarkan tidak hidup.

Meskipun Rajendram mengalami perdarahan hebat, ia mengatakan akan berusaha sekuat tenaga untuk 'menahan bayi-bayinya' selama beberapa jam lagi. Ketuban Rajendram pun pecah 15 menit setelah tengah malam. Kurang dari dua jam setelah masuk usia kandungan 22 minggu, bayi kembarnya lahir.

Adiah dan Adrial kini telah hidup hingga berusia dua tahun. Di awal kehidupan, bayi kembar ini sempat mengalami masalah medis yang serius.

"Kami menyaksikan bayi-bayi itu hampir meninggal di depan mata kami berkali-kali," ujar Rajendram, dikutip dari BBC.

Adiah dan Adrial dirawat di rumah sakit selama hampir enam bulan, menghadapi komplikasi berupa pendarahan otak, sepsis, dan gangguan terkait manajemen cairan di tubuh. Kedua bayi tersebut juga lahir dengan kulit yang sangat tipis dan transparan.

Minggu kedua setelah lahir, Adrial tiba-tiba mengalami perforasi usus, yang menyebabkan infeksi aliran darah dan peradangan hebat di sekujur tubuhnya. Kulitnya yang rapuh mengalami pengelupasan parah setiap kali kateter dipasang, Bunda.

Rajendram dan suami menghabiskan hingga 12 jam setiap hari untuk berada di sisi bayi kembarnya saat berada di rumah sakit. Setelah hampir enam bulan dirawat, Adiah diizinkan pulang, diikuti dengan Adrial seminggu kemudian.

"Kami akhirnya dapat membawa mereka pulang, tanpa selang pernapasan atau selang makanan," ungkap Rajendram.

Ilustrasi USGIlustrasi USG/ Foto: Getty Images/iStockphoto/PonyWang

Risiko persalinan prematur

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, semakin dini bayi lahir, maka semakin tinggi risiko kematian dan kecacatan yang serius. Bayi yang lahir prematur, sebelum 37 minggu, dapat mengalami berbagai masalah kesehatan, Bunda.

Masalah tersebut dapat menjadi sangat parah bagi bayi prematur mikro, yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu dengan berat kurang dari 26 ons. Namun, peluang risikonya dapat menurun bila bayi mendapatkan perawatan yang aktif setelah lahir.

Menurut studi yang diterbitkan di American Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2019, bayi yang lahir pada usia kehamilan 22 minggu dan mendapatkan perawatan medis aktif memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 25 persen hingga 50 persen.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa ada beberapa subkategori kelahiran prematur berdasarkan usia kehamilan, yakni:

  • Extremely preterm (kurang dari 28 minggu)
  • Very preterm (28 hingga kurang dari 32 minggu)
  • Moderate to late preterm (32 hingga 37 minggu).

Secara global, prematuritas merupakan penyebab utama kematian pada anak di bawah usia 5 tahun.

"Kelahiran prematur terjadi karena berbagai alasan. Sebagian besar kelahiran prematur terjadi secara spontan, tetapi beberapa disebabkan karena alasan medis, seperti infeksi, atau komplikasi kehamilan lainnya yang memerlukan induksi persalinan dini atau operasi caesar," tulis WHO.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab dan mekanisme kelahiran prematur. Penyebabnya dapat meliputi kehamilan ganda, infeksi, dan kondisi kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Namun, sering kali tidak ada penyebab yang teridentifikasi.

Demikian penjelasan mengenai kisah Bunda melahirkan bayi kembar prematur dan komplikasi persalinan prematur. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online