Jakarta -
Penyanyi asal Inggris, Adele sempat mengalami depresi pasca melahirkan atau postpartum depression (PPD). Kisah Adele depresi pasca melahirkan putranya Angelo diceritakan saat wawancara dengan Vanity Fair.
"Saya mengalami depresi pasca-persalinan yang sangat buruk setelah melahirkan putra saya, dan itu membuat saya ketakutan," kata Adele dikutip dari CNN.
Dalam wawancaranya, penyanyi bernama asli Adele Laurie Blue Adkins mengaku sangat terobsesi dengan putranya sampai merasa khawatir tidak dapat menjadi ibu yang baik. Ia juga merasa semua keputusan apapun dalam hidupnya adalah buruk.
"Saya terobsesi dengan anak saya. Saya merasa sangat tidak mampu merawatnya. Saya merasa telah membuat keputusan terburuk dalam hidup saya," tuturnya.
Adele mengaku awalnya tidak berbicara kepada siapa pun terkecuali mantan suaminya Simon Konecki saat mengalami PPD. Menurutnya, Simon Konecki sempat memberikan saran agar Adele bisa berbicara dengan wanita lain tentang depresinya, tapi dia menolaknya.
Namun pada akhirnya, dia menerima saran dari Simon dan berbicara tentang perasaannya ke empat teman perempuannya. Setelah itu, Adele menemukan cara efektif yang bisa dia lakukan mengatasi depresi pasca melahirkan.
"Pada akhirnya, saya hanya mengatakan saya akan memberi diri saya waktu satu sore dalam seminggu, untuk melakukan apa pun yang saya inginkan tanpa bayi saya," imbuh Adele.
Meski banyak respons dari temen-temannya yang mempertanyakan cara tersebut tapi Adele tetap melakukannya dan berhasil menjadi ibu yang lebih baik lagi untuk putranya.
"Itu justru membuat Anda menjadi ibu yang lebih baik jika memberi waktu untuk diri sendiri," tuturnya.
Perempuan 36 tahun ini mengatakan sejak kecil sangat rentan mengalami depresi. Awalnya dari kakeknya yang meninggal dunia ketika umurnya masih 10 tahun.
Saat itu, Adele juga sempat melakukan beberapa terapi. Hal ini pula yang memengaruhi genre musiknya dengan lagu-lagu sedih dan melankolis.
"Musik yang selalu saya suka adalah yang sedih. Saya selalu cukup melankolis. Jelas tidak sebanyak di kehidupan nyata saya seperti di lagu-lagu, tapi saya memiliki sisi yang sangat gelap. Itu dimulai ketika kakek saya meninggal, saat saya sekitar 10 tahun, dan meskipun saya tidak pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri, saya sudah banyak terapi," kata Adele.
Kini Adele telah berhasil keluar dari depresi pasca persalinannya putranya Angelo Adkins yang lahir pada 19 Oktober 2012 lalu.
Depresi dan gangguan kecemasan perinatal
Di kalangan para profesional, istilah untuk pengalaman yang dialami Adele adalah gangguan suasana hati perinatal atau depresi dan gangguan kecemasan perinatal.
Perinatal berarti selama kehamilan, jelas Susan Feingold, seorang psikolog yang berbasis di Chicago dan mengkhususkan diri dalam depresi pasca-persalinan serta masalah perempuan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa 800.000 hingga 950.000 ibu mengalami depresi dan gangguan kecemasan perinatal setiap tahun sekitar satu dari tujuh ibu. Tidak semuanya merasa depresi, dan untuk beberapa pasien, kondisi ini dimulai selama kehamilan, bukan setelah melahirkan.
"Ini muncul sebagai depresi yang sangat cemas, dan beberapa wanita tidak merasa depresi, jadi mereka tidak terdeteksi memiliki masalah ini," kata Feingold, penulis buku Happy Endings, New Beginnings, sebuah buku yang membahas topik tersebut.
Ann Smith, presiden Postpartum Support International mengatakan bahwa gangguan suasana hati perinatal berbeda dengan baby blues. Tapi, 80 persen wanita mengalami baby blues. Menurut Smith, kelahiran bayi adalah waktu yang sangat emosional, dan seorang ibu mungkin merasa naik turun, dengan perasaan yang sangat tidak stabil.
"Ini bisa berlangsung selama dua minggu pertama setelah kelahiran. Tetapi akan hilang," katanya.
Berbeda dengan baby blues, depresi dan gangguan kecemasan perinatal tidak hanya tidak hilang, justru ada kemungkinan menjadi lebih buruk dan ibu mulai sulit menjalani hari demi hari.
Menurut Smith, penyebab gangguan suasana hati perinatal diyakini berhubungan dengan kerusakan hormon yang terjadi selama kehamilan dan segera setelah kelahiran yang mengganggu neurotransmiter di otak. Namun, Smith mengatakan depresi pasca melahirkan bisa sembuh bukan penyakit seumur hidup yang dialami oleh Bunda.
“Semua orang bisa sembuh. Ini bukan hukuman mati atau hukuman seumur hidup untuk penyakit mental atau perasaan buruk," tuturnya.
Menurut Feingold, semakin cepat Bunda mendapatkan perawatan, maka akan semakin baik. Dia membandingkannya dengan virus yang buruk yang perlu segera diatasi.
"Saya membuat rencana individu untuk setiap ibu. Rencana ini biasanya mencakup terapi individu, kelompok dukungan, dan terkadang pengobatan. Seringkali, dukungan keluarga juga dibutuhkan," kata Feingold.
Menurut Asosiasi Psikologi Amerika, depresi pasca-persalinan bisa menyerang siapa saja. Apakah dia baru pertama kali menjadi ibu atau ibu dari tiga anak, baik dia sudah menikah atau belum, tidak peduli ras, agama, etnis, pendapatan, atau usianya. Bahkan superstar seperti Adele, yang tidak hanya merasa lebih baik, tetapi juga penuh harapan untuk masa depan.
"Sebagai seorang ibu, Anda terus-menerus berusaha untuk menebus segala hal," katanya. "Saya tidak keberatan, karena cinta yang saya rasakan untuknya. Saya tidak peduli jika saya tidak pernah bisa melakukan apa pun untuk diri saya sendiri lagi."
Begitulah kisah Adele depresi pasca melahirkan ya Bunda. Semoga informasinya bermanfaat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)