Mencegah Parental Stress dan Tips Menghadapi Si Kecil selama Bulan Ramadhan

1 month ago 25

Jakarta -

Bulan Ramadhan merupakan momen istimewa bagi umat Muslim untuk meningkatkan ibadah dan kebersamaan keluarga. Namun, bagi Ayah dan Bunda, Ramadhan juga bisa menjadi tantangan karena adanya perubahan jadwal harian, peningkatan tanggung jawab dalam mengurus anak, serta tekanan untuk tetap menjalankan ibadah dengan optimal.

Tekanan ini dapat menyebabkan parental stress, yaitu stres yang muncul akibat tuntutan dalam mengasuh anak yang dirasakan melebihi kapasitas individu. Lebih lanjut, pahami dulu yuk apa itu parental stress.

Faktor penyebab Parental Stress di bulan Ramadhan

Menurut penelitian Parental Stress and Coping Mechanisms during Ramadan, menjelaskan bahwa orang tua mengalami peningkatan stres selama bulan Ramadhan karena beberapa faktor utama:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


  1. Perubahan pola tidur akibat waktu sahur dan ibadah malam dapat menyebabkan kelelahan fisik.
  2. Tanggung jawab tambahan seperti persiapan makanan sahur dan berbuka, serta memastikan anak tetap beraktivitas dengan baik.
  3. Ekspektasi sosial untuk menjalankan ibadah dengan beberapa kegiatan religius tambahan sambil tetap mengasuh anak.
  4. Regulasi emosi anak yang kurang stabil karena belum memahami konsep puasa, membuat anak menjadi lebih sulit diatur, sehingga menjadi sumber stressor orang tua.

Dampak Parental Stres terhadap kesehatan mental dan hubungan orang tua-anak

Stres merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi orangtua yang menghadapi berbagai tuntutan dalam pengasuhan anak. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan parental burnout, yaitu kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental akibat tekanan dalam menjalankan peran sebagai orangtua.

Berdasarkan penelitian mengenai Parenting stress and child development, kondisi stress yang terjadi pada orang tua dapat menghambat penerapan pola asuh positif, kehangatan, responsivitas, dan komunikasi yang efektif.

Dalam konteks hubungan orangtua-anak, anak dapat merasakan ketegangan emosional yang dialami oleh orang tuanya. Hal ini sejalan dengan teori emotional contagion, yang menjelaskan bagaimana emosi seseorang dapat memengaruhi individu lain di sekitarnya.

Anak yang sering terpapar stres orangtua lebih berisiko mengalami gangguan emosi dan perilaku, seperti kecemasan dan kesulitan dalam mengelola emosi mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengelola stres dengan baik agar dapat menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi anak.

Manajemen stres ketika bulan Ramadhan

Pengelolaan stres dapat ditekankan melalui konsep sabar dan tawakal sebagai bentuk regulasi emosi. Sabar dalam menghadapi kesulitan membantu individu untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi negatif, sementara tawakal mengajarkan individu untuk berserah setelah berusaha dengan maksimal.

Salah satu praktik yang dapat membantu mengelola stres adalah puasa. Berdasarkan penelitian The effects of fasting on stress and mental well-being, puasa dapat membantu meningkatkan kesejahteraan emosional dengan menurunkan kadar kortisol, hormon yang berhubungan dengan stres.

Selain itu, dalam jurnal Religions berjudul A Qualitative Study of Ramadan: A Month of Fasting, Family, and Faith menunjukkan bahwa Ramadhan tidak hanya menjadi momen spiritual tetapi juga memperkuat hubungan keluarga melalui peningkatan aktivitas keagamaan bersama, seperti salat berjamaah, berbuka bersama, dan refleksi diri.

Strategi mengelola stres orangtua selama Ramadhan

Beberapa cara dapat orang tua lakukan agar dapat menjalankan Ramadhan dengan lebih tenang, dan tetap memberikan pengasuhan yang positif kepada anak, beberapa strategi berikut dapat diterapkan:

1. Menjaga pola tidur dan kesehatan fisik

Tidur yang cukup dan menjaga asupan gizi saat sahur dan berbuka dapat membantu mengurangi kelelahan fisik yang sering dialami orangtua selama Ramadhan. Kurangnya tidur dapat memengaruhi regulasi emosi, konsentrasi, dan kesabaran dalam mengasuh anak, yang pada akhirnya bisa meningkatkan stres. Oleh karena itu, orangtua sebaiknya tetap menjaga kualitas tidur dengan menetapkan jadwal tidur yang konsisten bagi diri sendiri dan anak.

2. Menerapkan mindfulness

Teknik mindfulness, seperti fokus pada pernapasan, telah terbukti membantu menurunkan stres dan meningkatkan regulasi emosi. Mindfulness memungkinkan orangtua untuk lebih hadir dalam momen bersama anak, tanpa merasa kewalahan dengan berbagai tuntutan yang ada.

Berikut beberapa cara yang bisa Bunda terapkan untuk mencoba mindfulness:

1. Teknik pernapasan 4-7-8

Ayah dan Bunda bisa mencoba teknik pernapasan 4-7-8, yakni tarik napas selama 4 detik, tahan selama 7 detik, dan hembuskan perlahan selama 8 detik, dalam praktiknya teknik ini membantu mengurangi respons stres.

2. Teknik pause and respond

Kemudian ada strategi mindfulness yang dapat membantu orangtua mengelola emosi sebelum bereaksi terhadap anak. Dalam buku The Whole-Brain Child, terdapat teknik "Pause and Respond", yakni saat mulai merasa marah, ambil jeda beberapa detik sebelum merespons anak.

3. Teknik step away

Selanjutnya ada teknik "Step Away" yakni saat emosi mulai memuncak, orangtua bisa mundur sejenak dari situasi, misalnya dengan berjalan ke ruangan lain atau menghitung mundur dari 10 untuk menenangkan diri. Adapun penerapan kedua teknik ini membantu mengurangi impulsivitas dalam bereaksi dan mengurangi konflik dalam pengasuhan.

3. Membagi tugas dengan suami atau anggota keluarga lainnya

Pembagian peran dalam pengasuhan dan pekerjaan rumah tangga dapat mencegah orangtua mengalami burnout dan memastikan anak tetap mendapatkan perhatian yang cukup. Beban pekerjaan rumah tangga yang tidak merata sering kali menjadi sumber stres bagi salah satu pasangan, terutama bagi Bunda yang mungkin harus mengurus anak, memasak, dan tetap menjalankan ibadah.

Berdasarkan penelitian The effects of support systems on parental well-being, pasangan yang berbagi tanggung jawab secara adil memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kepuasan pernikahan yang lebih tinggi.

4. Melibatkan anak dalam aktivitas keagamaan

Mengajak anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Ramadhan, seperti membantu menyiapkan makanan berbuka atau mendengarkan cerita Islami, dapat menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat dan mengurangi stres orangtua. Anak yang merasa dilibatkan cenderung lebih kooperatif dan tidak mudah rewel karena merasa memiliki peran dalam keluarga.

Menurut teori Social Learning, anak belajar dari mengamati dan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Oleh karena itu, jika anak melihat orangtua menikmati ibadah Ramadhan dengan penuh kebahagiaan, mereka pun akan lebih tertarik untuk ikut serta.

5. Menetapkan ekspektasi yang realistis

Tidak perlu menuntut diri sendiri untuk selalu sempurna dalam segala aspek selama Ramadhan. Fokuslah pada hal-hal yang esensial dan memberikan manfaat bagi keluarga. Tekanan untuk menjadi orangtua yang ideal sering kali membuat individu merasa gagal atau kewalahan, terutama jika harus mengurus anak kecil sambil tetap menjalankan ibadah dengan maksimal.

Berdasarkan konsep Good Enough Parenting, orangtua tidak harus sempurna, tetapi cukup hadir dan responsif terhadap kebutuhan anak.

6. Membangun rutinitas sehat selama Ramadhan

Menyusun jadwal harian yang seimbang selama Ramadan, penting dilakukan agar orangtua tetap dapat beribadah dengan tenang tanpa mengabaikan kebutuhan anak. Salah satu strategi efektif adalah menerapkan jadwal fleksibel dan terstruktur, yang mengakomodasi waktu ibadah serta kebutuhan anak akan perhatian dan kenyamanan.

Menurut penelitian Parenting and children's emotional regulation: The importance of routines, menyatakan bahwa rutinitas konsisten dapat membantu anak merasa lebih aman dan mengurangi stres yang muncul akibat perubahan jadwal. Oleh karena itu, orangtua dapat menentukan waktu khusus untuk ibadah, sambil tetap memastikan ada waktu berkualitas bersama anak.

Ketika jadwal keluarga berubah selama Ramadhan, anak belum beradaptasi, sehingga orang tua dapat menggunakan pendekatan yang positif dan persiapan bertahap.

Berdasarkan teori Attachment Parenting, anak yang merasa aman secara emosional lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Oleh karena itu, orangtua bisa memperkenalkan perubahan jadwal secara perlahan, menjelaskan dengan bahasa sederhana, serta menjaga rutinitas utama seperti waktu makan dan tidur.

Konsistensi dalam rutinitas tidur, seperti membacakan cerita sebelum tidur atau menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dapat membantu anak tetap mendapatkan kualitas tidur yang baik meskipun ada perubahan jadwal.

Dukungan sosial dan kesejahteraan mental untuk mencegah parental stress

Jika merasa kurang mendapat dukungan dari lingkungan sekitar, Bunda bisa membangun jaringan sosial yang lebih luas, seperti bergabung dengan komunitas parenting seperti HaiBunda Squad, kelompok pengajian, atau mencari dukungan dari teman dan keluarga melalui komunikasi yang terbuka. Menurut jurnal mengenai Social relationships and health, menyatakan bahwa dukungan emosional yang diperoleh dari kelompok sosial dapat membantu individu mengatasi stres dengan lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Jika dukungan dari lingkungan langsung sulit didapat, orang tua juga bisa mencari inspirasi dan strategi parenting dari sumber online atau konsultasi dengan profesional.
Dengan menerapkan strategi ini, Ayah dan Bunda dapat menjalani Ramadhan dengan lebih tenang, tetap memenuhi kebutuhan anak, serta menjaga kesejahteraan mental dan emosional.

Tips membangun rutinitas anak saat libur sekolah selama Ramadhan

Simak ulasannya berikut ini:

  1. Pastikan anak tetap memiliki jam tidur yang konsisten, meskipun waktu tidur dan bangunnya sedikit bergeser.
  2. Mengatur aktivitas sesuai tingkat energi mereka bisa membantu mencegah kelelahan orangtua. Misalnya pagi hari, anak fokus pada aktivitas fisik yang menyenangkan, seperti bermain di luar atau olahraga ringan. Kemudian siang hari, anak diberikan kegiatan yang lebih tenang, seperti menggambar, membaca, atau bermain puzzle. Selanjutnya malam hari, anak diajak terlibat dalam ibadah Ramadhan, seperti mendengarkan cerita nabi atau membantu menyiapkan makanan berbuka dengan tugas sederhana, seperti mencuci buah atau menyusun piring.
  3. Memberikan anak kesempatan untuk bermain mandiri agar lebih mampu mengembangkan kreativitas dan kemandirian. Misalnya anak diberikan "kotak aktivitas" berisi bahan untuk mewarnai, membuat kerajinan tangan, atau bermain peran. Ayah dan Bunda juga bisa melatih kreativitas anak dengan mengajarkan cara membuat kartu ucapan Ramadhan untuk keluarga atau teman.

Demikian pembahasan mengenai cara mengatasi parental stress selama Ramadhan. Salah satu kuncinya adalah menjaga tidur tetap tercukupi dan berkualitas, hingga mencari dukungan dari anggota keluarga lainnya. Semoga informasinya bermanfaat!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online