Mengenal Partus Prematurus Imminens, Persalinan Prematur yang Mengancam

3 hours ago 1

Jakarta -

Partus prematurus imminens (PPI) adalah istilah medis yang merujuk pada ancaman persalinan prematur. Agar lebih memahaminya, yuk kita bahas apa saja tanda-tanda yang harus diwaspadai dan langkah pertama yang perlu dilakukan jika PPI terjadi.

Yuk Bunda kenali lebih dalam tentang PPI, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara pencegahannya, agar Bunda semakin siap menjaga kesehatan diri dan Si Kecil.

Apa itu partus prematurus imminens (PPI)?

Partus prematurus imminens adalah kondisi saat persalinan prematur sudah sangat dekat dan sulit dicegah. Ini artinya, bayi ingin lahir sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu. 

Sementara itu, penyedia layanan kesehatan menganggap kehamilan cukup bulan saat persalinan terjadi pada usia 39 minggu atau lebih. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang lahir setelah 39 minggu cenderung tidak menghabiskan waktu di unit perawatan intensif neonatal (NICU).

Dilansir dari Cleveland, kelahiran prematur atau awal dapat menimbulkan risiko kesehatan serius bagi bayi yang baru lahir. Itu karena banyak organ seperti otak, paru-paru, dan hati, masih tumbuh dan berkembang pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Bayi prematur mungkin mengalami kesulitan untuk tetap hangat atau menyusu dan mungkin berisiko mengalami keterlambatan perkembangan di kemudian hari.

Dikutip dari laman resmi WHO, diperkirakan 13,4 juta bayi lahir prematur pada 2020, dengan hampir 1 juta meninggal karena komplikasi prematur, menurut laporan baru yang dirilis oleh badan-badan dan mitra Perserikatan Bangsa-Bangsa hari ini. Ini setara dengan sekitar 1 dari 10 bayi yang lahir prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) di seluruh dunia.

Selama satu dekade, aksi untuk kelahiran prematur, yang diproduksi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) bersama dengan PMNCH, aliansi terbesar di dunia untuk perempuan, anak-anak, dan remaja, membunyikan alarm tentang 'keadaan darurat yang tidak terlihat' dari kelahiran prematur.

Kelahiran prematur menjadi kasus yang telah lama tidak diakui dalam skala dan tingkat keparahannya yang menghambat kemajuan dalam meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup anak-anak.

Laporan tersebut mencakup estimasi terbaru dari WHO dan UNICEF, yang disiapkan dengan Sekolah Higiene dan Kedokteran Tropis London, tentang prevalensi kelahiran prematur. Secara keseluruhan, laporan ini menemukan bahwa tingkat kelahiran prematur tidak berubah di wilayah mana pun di dunia dalam dekade terakhir, dengan 152 juta bayi rentan lahir terlalu cepat dari tahun 2010 hingga 2020.

Kelahiran prematur kini menjadi penyebab utama kematian anak, yang mencakup lebih dari 1 dari 5 kematian anak yang terjadi sebelum ulang tahun ke-5 mereka. Penyintas prematur dapat menghadapi konsekuensi kesehatan seumur hidup, dengan kemungkinan lebih besar mengalami kecacatan dan keterlambatan perkembangan.

Prof. Joy Lawn dari London School of Hygiene & Tropical Medicine melalui studi Born Too Soon: Decade of Action on Preterm Birth (2023) dan Born Too Soon (2012) melaporkan bahwa ratusan juta bayi yang lahir terlalu cepat. Hal itu menjadi ancaman bagi kemajuan dunia kesehatan di sebuah negara.

"Laporan baru ini menunjukkan bahwa biaya tidak bertindak selama dekade terakhir adalah 152 juta bayi yang lahir terlalu cepat. Sementara beberapa wilayah lebih terpengaruh, kelahiran prematur mengancam kemajuan kesehatan di setiap negara. Investasi yang lebih besar dalam perawatan bayi baru lahir yang rentan dapat menyelamatkan jutaan keluarga dari patah hati. Lebih banyak pekerjaan juga diperlukan untuk mencegah kelahiran prematur, yang juga akan meningkatkan kemajuan dalam mengurangi kelahiran mati dan kematian ibu,” kata Lawn.

Sementara itu, di Indonesia sendiri, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi angka kelahiran prematur di Indonesia tahun 2018 sebanyak 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup.

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, Indonesia berada pada posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk persalinan prematur, yaitu sekitar 657.700 kasus. Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menjabarkan bahwa saat bayi prematur lahir selalu diikuti dengan berat badan lahir rendah. Adapun prevalensi bayi prematur di Indonesia di angka 7 hingga 14 persen dari total kelahiran, padahal di di beberapa negara hanya 5 hingga 9 persen.

Menurut Aldiano Rachmantiawan dan Rodiani dalam Jurnal Penelitian Perawat Profesional tahun 2022, terdapat berbagai faktor risiko persalinan prematur yang telah dilaporkan, termasuk penyakit ibu selama kehamilan, kehamilan ganda, stres, kelainan plasenta, nutrisi, medis, dan infeksi.

Secara epidemiologis, kelahiran prematur dikaitkan dengan status sosial ekonomi, anomali uterus, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, riwayat abortus, merokok, ras, dan usia ibu yang cukup berisiko yaitu, usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Ciri-ciri gejala partus prematurus imminens (PPI)

1. Kontraksi rahim yang teratur

  • Kontraksi terjadi lebih sering dan terasa berbeda dari kontraksi Braxton Hicks (kontraksi palsu).
  • Rasanya seperti kram menstruasi yang datang secara teratur dan semakin kuat.

2. Nyeri di Punggung Bawah

  • Rasa nyeri yang konstan di punggung bagian bawah.
  • Biasanya lebih intens dari rasa pegal biasa.

3. Tekanan pada panggul

  • Bunda mungkin merasa ada tekanan berat di panggul atau perut bagian bawah.
  • Rasanya seperti janin 'turun' ke bawah lebih awal.

4. Perubahan cairan vagina

  • Keluar cairan yang lebih banyak dari biasanya.
  • Cairan bisa bening, kekuningan, atau bercampur darah (bercak darah).
  • Jika cairan yang keluar seperti air ketuban (pecah ketuban), segera cari bantuan medis.

5. Perubahan serviks

Saat diperiksa dokter, serviks mungkin mulai melunak, memendek, atau terbuka lebih awal.

6. Kram atau nyeri perut

  • Kram perut bawah yang menyerupai nyeri menstruasi.
  • Kadang disertai rasa mual atau tidak nyaman di perut.

7. Peningkatan tekanan pada usus

Sensasi seperti ingin buang air besar yang terus-menerus.

Penyebab partus prematurus imminens (PPI) pada kehamilan

1. Infeksi pada tubuh ibu

Infeksi adalah salah satu penyebab utama PPI. Misalnya, infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi pada kantung ketuban bisa memicu kontraksi rahim lebih awal. Infeksi ini sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas, jadi penting bagi Bunda untuk rutin memeriksakan kesehatan selama kehamilan.

2. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah sebelum waktunya bisa menyebabkan cairan ketuban berkurang, sehingga rahim lebih rentan terhadap kontraksi. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah persalinan prematur.

3. Masalah pada plasenta

Gangguan seperti plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir) atau abrupsi plasenta (plasenta terlepas sebagian dari dinding rahim) dapat meningkatkan risiko PPI. Kedua kondisi ini biasanya disertai dengan perdarahan yang perlu diwaspadai.

4. Kehamilan ganda atau janin besar

Bunda yang hamil kembar atau memiliki janin dengan ukuran besar lebih rentan mengalami tekanan di rahim, yang bisa memicu kontraksi lebih awal. Kondisi ini juga meningkatkan risiko ketuban pecah dini.

5. Stres fisik dan emosional

Stres berat, baik secara fisik maupun emosional, dapat memengaruhi hormon dalam tubuh dan memicu kontraksi rahim sebelum waktunya. Jangan lupa untuk memberikan tubuh Bunda waktu istirahat yang cukup, ya!

6. Riwayat persalinan prematur sebelumnya

Jika Bunda pernah melahirkan prematur di kehamilan sebelumnya, risikonya bisa meningkat di kehamilan berikutnya. Konsultasikan hal ini dengan dokter agar Bunda mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

7. Gaya hidup tidak sehat

Merokok, konsumsi alkohol, atau kekurangan nutrisi dapat melemahkan kondisi tubuh selama kehamilan. Ini juga bisa memengaruhi kesehatan rahim dan memicu persalinan prematur. Pastikan Bunda mengonsumsi makanan bergizi dan menjalani pola hidup sehat, ya.

Dampak partus prematurus imminens (PPI) pada ibu dan janin

1. Dampak PPI pada ibu

  • Kelelahan fisik dan emosional

Kontraksi yang datang lebih awal dapat menyebabkan kelelahan fisik karena tubuh bekerja lebih keras dari biasanya. Selain itu, stres dan kecemasan tentang kondisi kehamilan bisa memengaruhi kesehatan mental Bunda.

  • Risiko infeksi

Ketuban pecah dini yang sering terjadi pada PPI meningkatkan risiko infeksi, baik pada rahim maupun saluran reproduksi. Infeksi ini juga bisa menyebar ke janin jika tidak segera ditangani.

  • Perdarahan

Masalah pada plasenta, seperti plasenta previa atau abrupsi plasenta, sering kali menyertai PPI. Ini dapat menyebabkan perdarahan hebat yang membahayakan kesehatan Bunda.

Komplikasi pasca persalinan

Jika persalinan tidak dapat ditunda, Bunda mungkin menghadapi pemulihan yang lebih berat, terutama jika kondisi tubuh belum sepenuhnya siap untuk melahirkan.

Dampak PPI pada janin

1. Prematuritas

Janin yang lahir sebelum 37 minggu berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan karena organ-organ tubuhnya belum matang sepenuhnya. Salah satu organ yang paling terpengaruh adalah paru-paru, yang bisa menyebabkan kesulitan bernapas (respiratory distress syndrome).

2. Berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi yang lahir prematur cenderung memiliki berat badan lahir rendah (

3. Risiko infeksi

Janin yang lahir prematur lebih rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalannya belum berkembang sepenuhnya.

4. Gangguan perkembangan jangka panjang

Dalam beberapa kasus, bayi prematur dapat mengalami gangguan perkembangan motorik, kognitif, atau penglihatan dan pendengaran akibat kelahiran terlalu dini.

5. Gangguan neurologis

Bayi prematur berisiko mengalami gangguan perkembangan otak, seperti perdarahan intrakranial atau gangguan fungsi kognitif jangka panjang.

6. Kesulitan mengatur suhu tubuh

Karena lapisan lemak tubuh belum terbentuk sempurna, bayi prematur sering kesulitan menjaga suhu tubuh dan memerlukan inkubator.

7. Masalah pencernaan

Kondisi seperti necrotizing enterocolitis (NEC), yaitu infeksi serius pada usus, lebih sering terjadi pada bayi prematur.

8. Risiko kematian neonatal

Bayi yang lahir sangat prematur (

Cara mengatasi partus prematurus imminens (PPI)

Partus prematurus imminens (PPI), atau ancaman persalinan prematur, memang menjadi salah satu tantangan dalam kehamilan. Tapi tenang, dengan penanganan yang tepat, kondisi ini bisa dikontrol sehingga kehamilan Bunda tetap sehat hingga waktunya Si Kecil lahir.

1. Segera cari bantuan medis

Jika Bunda merasakan tanda-tanda PPI, seperti kontraksi teratur, nyeri punggung yang tak biasa, atau keluarnya cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau bidan. Jangan menunda, ya, Bunda, karena penanganan lebih cepat dapat mencegah persalinan prematur.

2. Pemberian obat penahan kontraksi

Dokter mungkin akan memberikan obat tokolitik, yang berfungsi untuk menekan kontraksi rahim. Obat ini membantu memperpanjang kehamilan, sehingga memberikan waktu tambahan bagi janin untuk berkembang.

3. Pematangan paru-paru janin

Jika usia kehamilan masih terlalu dini dan persalinan sulit ditunda, dokter biasanya akan memberikan suntikan kortikosteroid. Obat ini membantu mempercepat pematangan paru-paru janin sehingga bayi bisa bernapas lebih baik jika harus lahir lebih awal.

4. Istirahat total

Istirahat total atau bed rest sering dianjurkan untuk Bunda dengan PPI. Tujuannya adalah mengurangi tekanan pada rahim dan meminimalkan risiko kontraksi yang semakin intens. Hindari aktivitas berat, stres, atau terlalu lama berdiri.

5. Pengawasan di rumah sakit

Dalam beberapa kasus, Bunda mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk pemantauan ketat. Ini penting untuk memastikan kondisi rahim, serviks, dan janin tetap stabil, serta memberikan penanganan cepat jika ada perubahan.

6. Pengelolaan stres

Stres bisa memicu kontraksi rahim, lho, Bunda! Jadi, penting untuk menjaga pikiran tetap tenang. Cobalah latihan pernapasan, mendengarkan musik yang menenangkan, atau berbicara dengan orang terdekat untuk mengurangi kecemasan.

7. Asupan nutrisi yang tepat

Makan makanan bergizi membantu menjaga kekuatan tubuh dan kesehatan janin. Pastikan asupan protein, zat besi, dan kalsium tercukupi. Jangan lupa untuk tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih, ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online