Paus Fransiskus Wafat, ICJR: Tokoh yang Tak Setuju Hukuman Mati

2 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Criminal Justice Reform atau ICJR turut berduka atas wafatnya pemimpin tertinggi Katolik Paus Fransiskus pada Senin pagi, 21 April 2025, waktu Roma Vatikan. Peneliti ICJR, Audrey Kartisha M., mengatakan kepemimpinan Paus Fransiskus telah membawa angin segar dalam sejarah Gereja Katolik lantaran ia konsisten membela kaum marjinal dan menentang segala bentuk ketidakadilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Paus Fransiskus, ujar Audrey, bukan sekadar pemimpin rohani. “Ia juga suara moral global yang tak henti menyerukan empati, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,” tutur Audrey dalam keterangan resmi yang dirilis ICJR pada Senin, 21 April 2025.

Audrey pun menyoroti sikap Paus Fransiskus yang secara tegas tak menyetujui hukuman mati dalam situasi apa pun. Paus Fransiskus, kata Audrey, menyebut hukuman mati sebagai bentuk penghukuman yang tidak manusiawi dan bukan jalan menuju keadilan.

“Komitmennya terhadap perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia tercermin dalam keberpihakannya pada kelompok-kelompok rentan, termasuk komunitas LGBTQIA+ dan para korban kekerasan seksual, khususnya anak-anak,” ujar Audrey.

Pernyataan 'Who am I to judge?' yang dilontarkan Paus Fransiskus dianggapnya sebagai simbol dari keterbukaan dan kasih dalam memaknai kemanusiaan. Hingga akhir hayatnya, menurut Audrey, Paus Fransiskus konsisten menyuarakan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang bersifat punitif dan tidak manusiawi, terutama yang berdampak pada kelompok rentan.

“Ia secara teguh menolak pendekatan yang menghukum tanpa mempertimbangkan keadilan sosial, dan terus mendorong dunia untuk menghadirkan kebijakan yang lebih berbelas kasih, inklusif, dan berpihak pada mereka yang selama ini terpinggirkan,” tutur Audrey.

Audrey berpendapat sikapnya mencerminkan komitmen mendalam terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang melampaui batas institusi dan dogma. Kepergian Paus Fransiskus, ia berujar, adalah kehilangan besar bagi dunia. “Namun, warisan semangat kemanusiaannya akan terus hidup dan menjadi sumber inspirasi bagi perjuangan melawan penindasan dan diskriminasi,” kata dia.

Hari ini, Camerlengo Gereja Romawi Suci Kardinal Kevin Farrell mengumumkan wafatnya Paus Fransiskus. Pimpinan umat Katolik dunia itu meninggal pada 21 April 2025 pukul 07.35 waktu Vatikan. Pria dengan nama lahir Jose Mario Bergoglio itu meninggal satu hari setelah peringatan Paskah tahun ini.

Dalam momen Paskah, Paus menyampaikan beberapa pesan melalui seorang ajudan, sementara laki-laki asal Argentina itu hanya muncul sesaat di balkon Basilika Santo Petrus. Melalui pesan itu, Paus salah satunya mendesak untuk dilakukan gencatan senjata di Gaza.  

Dokter menyarankan Paus untuk membatasi aktivitasnya sehingga ia tidak memimpin Misa Paskah di Vatikan. Namun, ia tetap hadir di akhir acara untuk memberikan berkat Urbi et Orbi atau kepada kota dan dunia serta menyampaikan pesan perdamaian.  

Paus sempat dirawat di rumah sakit pada Februari 2025 karena menderita bronkitis yang berkembang menjadi pneumonia ganda. Ia pernah menderita radang selaput dada saat dewasa muda dan sebagian paru-parunya telah diangkat. Dokter telah meminta Fransiskus untuk beristirahat selama dua bulan di kediamannya di Vatikan untuk pemulihan. 

Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online