TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membuka peluang untuk memajukan pasangan calon atau paslon yang berbeda pada pilkada ulang 27 Agustus 2025. Dua paslon yang diusung PDIP dikalahkan oleh kotak kosong, yakni di Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang.
Juru bicara PDIP, Cyril Raoul Hakim atau Chico Hakim, mengatakan bahwa partainya akan melakukan evaluasi terhadap para paslon tersebut. Tak hanya itu, evaluasi akan dilakukan terhadap proses pilkada itu sendiri.
"Pada saat ini kami masih mencermati banyak hal terkait kekalahan vs kotak kosong ini," kata Chico saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Dia menyebut, partai banteng moncong putih membuka kemungkinan untuk mengusung paslon yang berbeda. "Kemungkinan memajukan calon yang berbeda sudah pasti jadi opsi," kata Chico.
Namun, Chico belum memastikan apakah PDIP akan mengusung paslon yang baru. Begitu pula dengan sosok paslon yang hendak diusung, belum ada keputusan yang pasti. "Belum. Kita lihat nanti ya, sampai selesai semua proses," ujarnya.
Dua paslon yang diusung oleh PDIP kalah di hadapan kotak kosong. Di Pilkada Pangkalpinang, Maulan Aklil-Masagus Hakim, meraup 35.177 suara atau 41 persen. Adapun kotak kosong mendominasi dengan 48.528 suara atau 57,98 persen.
Kemudian Mulkan yang maju di pilkada Kabupaten Bangka berpasangan dengan Ramadian meraup 42,75 persen suara. Sementara, kotak kosong meraih 57,25 persen suara.
Dosen ilmu politik Universitas Bangka Belitung, Ranto, menyarankan PDIP mencari calon alternatif untuk dimajukan di pilkada ulang 2025. Ia mengatakan, PDIP sudah harus menyiapkan kader dan figur baru untuk dicalonkan pada Pilkada Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka agar sentimen negatif Maulan Aklil dan Mulkan tak berimbas ke organisasi partai.
"Membutuhkan waktu yang cukup lama memulihkan kembali kepercayaan publik kepada Maulan Aklil dan Mulkan. Minimal satu periode kepemimpinan kepala daerah atau lima tahun ke depan, baru keduanya berpeluang kembali memenangkan kepercayaan publik," ujar Ranto kepada Tempo, Kamis, 5 Desember 2024.
Jika PDIP memaksa mencalonkan kembali Maulan Aklil dan Mulkan, kata Ranto, maka secara awam bisa dipahami bahwa partai telah gagal menerjemahkan aspirasi dan kehendak masyarakat. Kemenangan kotak kosong, menurut dia, merupakan lonceng keras dari masyarakat yang menolak dipimpin kembali oleh Maulan Aklil dan Mulkan.
"Jika dipaksakan, berarti PDIP tidak belajar dari pengalaman pahit pilkada kemarin, meskipun di sisi lain Maulan Aklil dan Mulkan masih memiliki popularitas dan elektabilitas yang cukup baik," ujar Ranto.
Servio Maranda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.