Jakarta -
Sudah banyak penelitian mengungkap manfaat dari menyusui. Tak hanya bisa memenuhi nutrisi, menyusui juga dapat menjaga sistem kekebalan tubuh bayi, Bunda.
Salah satu studi yang mengungkap manfaat menyusui pernah diterbitkan dalam jurnal Evolution, Medicine, and Public Health tahun 2022. Studi yang dilakukan oleh Profesor Antropologi dari Binghamton University, Katherine Wander dan beberapa rekannya ini memaparkan manfaat menyusui untuk melindungi tubuh bayi dari penyakit menular.
Dalam studi ini, tim peneliti mempelajari hampir 100 pasangan ibu dan bayi di pedesaan Kilimanjaro di Tanzania. Bila dibandingkan dengan wilayah di Afrika Timur lainnya, menyusui dalam jangka waktu lama merupakan hal yang lumrah di populasi tersebut dan penyakit menular selama masa bayi juga sangat umum terjadi.
Manfaat menyusui untuk sistem kekebalan tubuh bayi
Menurut Wander, ASI memiliki antibodi yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari situ, tim peneliti berusaha memahami bagaimana perlindungan kekebalan dari ASI dapat memengaruhi risiko penyakit menular pada bayi.
"Kita paling sering mendengar tentang istilah sistem kekebalan, di mana antibodi ditransfer dari ibu ke bayi melalui ASI, yang mungkin sangat penting, namun tampaknya ada banyak hal lain yang juga terjadi saat itu," kata Wander, dilansir laman resmi Binghamton University.
"Sistem kekebalan di ASI adalah sistem yang utuh, yang mampu meningkatkan respons imun. Kami baru mulai memahami sepenuhnya sejauh mana peran sistem kekebalan di ASI," sambungnya.
ASI mengandung semua yang dibutuhkan untuk meningkatkan respons imun, mulai dari antibodi hingga berbagai jenis sel imun. Meskipun berasal dari sistem imun ibu, komponen-komponen ASI tersebut tampaknya dikurasi, meskipun mekanismenya masih belum terlalu dipahami, Bunda.
Maka dari itu, untuk menguji dampak sistem imun ASI terhadap kesehatan bayi, para peneliti mencampur beberapa mililiter ASI dengan sejumlah kecil bakteri, lalu meletakkan campuran tersebut dalam inkubator selama semalaman.
Mereka kemudian mengukur peningkatan interleukin-6 atau molekul komunikasi sel imun yang memicu peradangan. Hasilnya, ada indikasi tentang bagaimana sistem imun di ASI kemungkinan akan merespons bakteri yang ditemukan dalam tubuh bayi, misalnya di usus.
Ilustrasi ASI/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Tim peneliti juga mengamati bayi-bayi Tanzania untuk menilai apakah mereka yang menerima ASI akan meningkatkan respons imun yang lebih kuat dan berisiko lebih rendah terkena penyakit menular. Hasilnya, bayi ASI yang mendapatkan respons terhadap bakteri Salmonella memiliki lebih sedikit penyakit menular, khususnya infeksi pernapasan seperti pneumonia.
Namun, ASI yang memberikan respons lebih besar terhadap Salmonella juga cenderung memberikan respons lebih kuat terhadap strain E. coli jinak, yang umum ditemukan di saluran usus manusia. Menurut studi, bayi ASI tersebut berisiko lebih tinggi terkena infeksi gastrointestinal.
Hal tersebut mungkin menunjukkan bahwa ada respons yang tidak tepat dari sistem kekebalan ASI, misalnya bakteri yang biasanya ada di usus ternyata dapat mengganggu. Bakteri tersebut memang memainkan peran penting dalam mencegah diare dan penyakit menular lainnya.
Meskipun semua respons imun memiliki kekurangan, temuan tersebut cukup mengejutkan. "Banyak hal yang dipertaruhkan. Kami benar-benar berharap sistem imun di ASI dapat disetel dengan sangat baik untuk melindungi bayi dari infeksi," ujar Wander.
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan
Di kemudian hari, para peneliti berharap bisa melihat efek negatif dari respons imun yang tidak tepat di suatu lokasi, seperti pertumbuhan yang lebih lambat atau flora mikroba yang kurang ideal. Namun, membedakan antara mikroba kawan atau lawan merupakan hal yang sulit bahkan untuk sistem imun orang dewasa yang sudah matang.
Menurut tim peneliti, diperlukan lebih banyak studi untuk menentukan bagaimana perkembangan imun disesuaikan dengan beberapa hal, seperti riwayat dengan penyakit menular, flora mikroba, dan sistem imun dalam ASI.
"Temuan ini menarik, tetapi implikasinya terhadap kesehatan masyarakat dan perawatan kesehatan baru akan menjadi jelas dengan adanya penelitian tambahan," kata rekan penulis dari Mmbaga of the Kilimanjaro Clinical Research Institute.
"Kita perlu memahami bagaimana respons imun ASI dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat kita rancang sebagai program kesehatan masyarakat, seperti infeksi HIV atau kekurangan gizi."
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)