Studi Terbaru Temukan Risiko Minum Obat Antidepresan Selama Menyusui Dapat Pengaruhi Kandungan ASI

1 month ago 30

Jakarta -

Bunda enggak boleh konsumsi sembarang obat selama menyusui ya, Bunda. Studi terbaru menemukan risiko minum obat antidepresan dan antiradang yang dapat memengaruhi kandungan ASI.

Menurut studi yang diterbitkan oleh JAMA Network Open pada awal Januari 2025 ini, Bunda yang mengonsumsi obat antidepresan dan antiradang memiliki kadar protein dan lemak yang lebih rendah di dalam ASI-nya. Kondisi tersebut dapat menyebabkan risiko kesehatan pada bayi.

Tim peneliti dalam studi ini menggunakan 384 sampel yang dikumpulkan dari para ibu menyusui usia rata-rata 33,5 tahun di Amerika Serikat dan Kanada. Data dikumpulkan antara Oktober 2014 hingga Januari 2024. Semua ibu berpartisipasi dalam Mommy's Milk Human Milk Research Biorepository di University of California, San Diego.

Para peneliti lalu membandingkan kadar makronutrien dalam sampel ASI dari ibu-ibu yang diobati dengan obat-obatan jangka panjang dengan sampel dari kontrol yang sehat dan yang tidak diobati, namun memiliki penyakit yang sama.

Secara keseluruhan, 64 sampel berasal dari kontrol yang sehat, 141 berasal dari kontrol yang sesuai dengan penyakit, 63 terpapar selective serotonin reuptake inhibito (SSRI) atau jenis obat antidepresan, 63 terpapar antibodi monoklonal, 33 terpapar steroid sistemik, dan 20 terpapar obat anti-inflamasi lainnya.

Hasil studi dampak ibu menyusui minum obat antidepresan

Hasil studi menunjukkan bahwa di dalam per 100 mililiter (ml) ASI, kadar protein lebih rendah ditemukan di sampel ASI ibu yang terpapar obat antidepresan, antibodi monoklonal, steroid, dan obat anti-inflamasi lainnya. Data tersebut dibandingkan dengan sampel ASI pada ibu yang sehat.

Namun, setelah disesuaikan kembali dengan usia bayi dan ibu, banyaknya kelahiran hidup, indeks massa tubuh (IMT) ibu, jenis kelamin bayi, pemberian ASI eksklusif, frekuensi pemberian makan, waktu pengambilan, penggunaan zat terlarang (ganja), dan pekerjaan ibu, perbedaannya hanya signifikan untuk obat antidepresan dan steroid.

Penelitian juga menemukan rata-rata lemak dan total energi yang lebih rendah pada sampel ibu terpapar obat anti-inflamasi lain, dibandingkan dengan kontrol yang sehat dan sesuai dengan penyakit. Tetapi, setelah penyesuaian, terdapat perbedaan signifikan untuk kadar lemak dibandingkan dengan kontrol yang sesuai dengan penyakit.

Para peneliti mencatat bahwa semua kadar makronutrien rata-rata berada dalam kisaran yang sesuai. Namun, pada sampel individual memiliki 'kadar yang sangat rendah' dan implikasinya bagi bayi yang disusui sejauh ini belum jelas.

"Untuk memahami apakah salah satu dari perubahan ini mungkin disebabkan oleh pengobatan itu sendiri atau beberapa faktor yang ada bersamaan, penelitian di masa mendatang diperlukan untuk mengetahui potensi efek dari pola makan ibu dan tingkat keparahan penyakit pada komposisi makronutrien ASI," kata neonatologis di Karolinska Institutet, Essi Whaites Heinonen, MD, PhD.

Menurut Heinonen, studi ini memang tidak memberikan rekomendasi apa pun terkait pemberian ASI. Tapi, setidaknya ibu menyusui dapat memahami dampak penggunaan obat tertentu terhadap ASI-nya.

"Meskipun temuan ini tidak mendukung perubahan apa pun pada rekomendasi pemberian ASI atau peningkatan tindak lanjut untuk bayi cukup bulan yang sehat dan terpapar, obat-obatan pada ibu dan kandungan makronutrien ASI dapat dianggap sebagai faktor penyebab pertumbuhan yang buruk, terutama pada bayi yang rentan seperti bayi yang lahir prematur atau kecil untuk usia kehamilan," ujarnya, dilansir laman Haelio.

ASI perah dan obatIlustrasi Obat di Kandungan ASI/ Foto: Getty Images/iStockphoto/yannp

Anjuran konsumsi obat untuk ibu menyusui

Konsumsi obat selama menyusui sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter ya, Bunda. Dikutip dari Mayo Clinic, hampir semua obat yang ada di dalam darah ibu akan ditransfer ke ASI sampai batas tertentu. Sebagian besar obat tidak menimbulkan risiko yang berbahaya pada bayi.

Namun, ada pengecualian di mana obat dapat terkonsentrasi dalam ASI. Itulah mengapa konsumsi obat pada ibu menyusui harus dipertimbangkan lagi.

Paparan obat dalam ASI dapat menimbulkan risiko besar bagi bayi prematur, bayi baru lahir, dan bayi yang secara medis tidak stabil atau memiliki ginjal yang fungsinya buruk.

Sebaliknya, risiko terendah dapat terjadi pada pada bayi sehat berusia 6 bulan dan lebih. Bayi di usia ini sudah dapat memindahkan atau melakukan metabolisme obat melalui tubuh mereka secara efisien.

Di lain sisi, ibu menyusui lebih dari satu tahun juga lebih sering menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. Kondisi tersebut dapat mengurangi jumlah atau paparan obat yang ditransfer ke ASI.

American Academy of Pediatrics (AAP) dijelaskan menyarankan ibu menyusui memberi tahu dokter anak tentang semua obat yang mereka minum, termasuk produk herbal. Tidak semua obat terkandung dalam jumlah yang signifikan di dalam ASI atau dapat menimbulkan risiko pada bayi.

"Kelas obat tertentu dapat menimbulkan masalah, baik karena akumulasi dalam ASI atau karena efeknya pada bayi atau ibu menyusui. Produk yang paling umum menjadi perhatian adalah obat penghilang rasa sakit, antidepresan, dan obat untuk mengatasi penyalahgunaan zat/alkohol atau menghentikan kebiasaan merokok," tulis AAP.

Demikian penjelasan terkait studi terbaru tentang efek obat antidepresan pada kandungan ASI. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online