Jakarta -
Tanpa sadar, hubungan keluarga tidak harmonis juga diam-diam dapat merusak tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak. Mengenali tanda-tanda hubungan keluarga tidak harmonis pun menjadi langkah awal yang penting untuk menciptakan lingkungan keluarga yang lebih sehat.
Tak sekadar masalah komunikasi, ketidakharmonisan dalam keluarga juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental pada anggotanya. Hal ini nanti gilirannya dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam membangun hubungan sosial yang baik di lingkungan sekitar.
Menurut Brett A. Biller, PsyD, ahli psikologi keluarga dan anak, keluarga disfungsional dapat didefinisikan sebagai keluarga yang memiliki beberapa masalah hingga mengakibatkan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
"Keluarga adalah unit interaktif di mana setiap anggota memengaruhi anggota keluarga lain, serta unit keluarga secara keseluruhan," ungkap Biller, seperti dikutip dari Parents.
Tanda-tanda anak dibesarkan dalam keluarga tidak harmonis
Lalu seperti apa saja tanda-tanda anak dibesarkan dalam keluarga tidak harmonis? Berikut penjelasan selengkapnya:
1. Anak mengambil peran orang tua
Anak-anak yang 'dipaksa' mengambil peran orang tuanya, seperti menjadi pengasuh atau penopang emosional, sering kali menunjukkan tanda ketidakharmonisan dalam keluarga. Biasanya ini dapat terjadi dalam keluarga yang menghadapi masalah seperti penyalahgunaan zat atau ketidakstabilan emosional orang tua.
2. Sering merasa tertekan
Dalam keluarga yang terus-menerus terlibat dalam perdebatan dan pertengkaran, baik secara verbal maupun fisik, anak-anak biasanya akan merasa tidak aman dan tertekan. Ketegangan semacam ini menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpercayaan yang mendalam antar anggota keluarga.
3. Tidak diberi kesempatan mengambil keputusan
Terkadang tanpa sadar orang tua tidak percaya pada anak, sehingga terlalu terlibat dalam keputusan kehidupan mereka. Ini lama-lama juga menghalangi anak untuk berkembang secara mandiri.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menciptakan rasa cemas atau bahkan rasa bersalah pada anak ketika mereka berusaha untuk mandiri.
4. Konflik anak dan orang tua
Sebaliknya, bisa juga orang tua merasa tertekan untuk mengalah atau bernegosiasi dengan anak yang terus-terusan menuntut atau bertindak destruktif, hanya untuk menghindari konflik.
5. Keterampilan komunikasi yang buruk
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting termasuk dalam lingkup keluarga. Namun jika tidak pernah ada obrolan yang santai dan hangat, malah lebih sering penuh kritik dan saling menyalahkan, ini dapat memperburuk situasi.
6. Anak selalu disalahkan
Anak sering dijadikan kambing hitam atas masalah keluarga, yang lama-kelamaan rentan memperburuk perasaan mereka. Anak jadi merasa tidak dihargai, yang dapat berkontribusi pada masalah emosional di kemudian hari.
7. Pengabaian anak
Dalam keluarga yang tidak harmonis, anak-anak sering kali menjadi korban pengabaian baik secara emosional maupun fisik. Orang tua yang mengalami kesulitan pribadi sering kali memproyeksikan masalah mereka kepada anak, yang berakibat pada ketidakpedulian terhadap kebutuhan dasar anak.
8. Kekerasan dalam keluarga
Kekerasan fisik atau verbal terhadap anak bisa terjadi sebagai cara untuk memaksakan kontrol dalam keluarga. Jika anak sering atau bahkan pernah menjadi korban kekerasan, mereka mungkin jadi tidak berdaya dan tidak tahu bagaimana harus bersikap.
9. Sulit mengungkapkan perasaan
Dalam hubungan keluarga yang tidak harmonis, komunikasi yang terjadi hanya seperlunya dan tidak melibatkan ekspresi perasaan yang mendalam. Masing-masing anggota keluarga sering kali tidak tahu bagaimana mengungkapkan tentang perasaan, sehingga menciptakan jarak emosional antara sesama anggota.
10. Tidak ada struktur yang jelas dalam hubungan keluarga
Keluarga yang tidak harmonis sering kali tidak memiliki batasan atau aturan yang jelas, yang membuat anak-anak bingung tentang apa yang diharapkan dari mereka. Hal ini dapat menambah kecemasan dan konflik di dalam keluarga.
Anak mungkin jadi harus mengambil peran yang tidak mereka sukai, yang dapat membawa mereka ke dalam konflik dalam keluarga. Hal ini juga dapat menyebabkan kecemasan, perasaan tidak berharga, dan depresi.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Kiwis
Ketika dinamika keluarga sudah terasa tidak harmonis, perubahan yang sehat harus dimulai dengan saling introspeksi. Menurut Erin O'Callaghan, PhD, direktur senior program terapi di Brightside Health, langkah pertama yang penting adalah semua anggota keluarga harus mengakui peran yang mereka mainkan dalam dinamika tersebut.
"Setelah itu, barulah keluarga dapat bekerja sama untuk meningkatkan komunikasi, menetapkan batasan yang sehat," ungkap O'Callaghan.
Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengatasi keluarga yang tidak harmonis seperti dilansir berbagai sumber:
1. Memahami pentingnya kesehatan mental
Mengutamakan kesehatan mental sangat penting untuk menciptakan keluarga yang harmonis. Jadi, jangan ragu untuk mencari bantuan terapi atau konseling jika ada anggota keluarga yang sedang membutuhkan.
Terapi konseling dapat memberikan panduan untuk menetapkan mekanisme koping yang sehat.
2. Ajarkan anak cara merawat diri sendiri
Tidak hanya orang tua yang perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri, tetapi juga anak-anak. Ajarkan anak untuk menjaga kesejahteraan mereka dengan cara seperti berolahraga, menulis jurnal, atau sekadar bersantai.
Hal ini dapat membantu mereka merasa lebih stabil secara emosional dan mampu mengatasi tekanan keluarga yang tidak harmonis.
3. Memberi contoh strategi koping yang sehat
Anak-anak belajar dari orang tua dan orang dewasa di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan cara-cara yang sehat untuk mengelola perilaku negatif dalam keluarga yang tidak harmonis.
Berikan contoh menjaga stabilitas emosional, sehingga anak akan belajar untuk tetap merasa aman dalam menghadapi situasi sulit.
4. Ajarkan teknik regulasi emosi
Anak-anak harus diajari cara-cara mengatur emosi ketika mereka merasa cemas atau marah, terutama saat berinteraksi dengan anggota keluarga yang lebih tua.
Misalnya dengan teknik pernapasan dalam, menulis jurnal, atau menggunakan distraksi. Cara-cara ini membantu anak-anak mengelola perasaan mereka, terutama ketika berhadapan dengan keluarga yang sering berkonflik.
5. Berikan dukungan pada minat anak
Memberikan dukungan terhadap minat dan harga diri anak-anak sangat penting agar mereka merasa cukup aman untuk menetapkan batasan. Pastikan anak memiliki kekuatan untuk keluar dari situasi yang berbahaya dalam keluarga tidak harmonis.
6. Bangun komunikasi yang kuat dan sehat
Dikutip dari laman Raising Children, komunikasi yang terbuka dan jujur adalah fondasi keluarga yang sehat. Ajarkan anak-anak untuk berbicara tentang perasaan mereka, baik ketika sedang senang maupun sedang menghadapi masalah.
Ketika anak-anak melihat orang tua menyelesaikan masalah dengan tenang dan penuh rasa hormat, mereka akan belajar keterampilan ini.
7. Berlatih menetapkan batasan
Jangan lupa juga untuk mengajarkan anak-anak cara menghadapi konfrontasi dan menetapkan batasan, yang sangat penting untuk membantu mereka merasa aman dalam situasi yang tidak nyaman.
Latihan ini dapat dilakukan dengan bermain peran (rolepay), terutama dalam menghadapi percakapan sulit atau konflik.
Demikian ulasan tentang tanda-tanda anak dibesarkan dari keluarga tidak harmonis dan cara mengatasinya. Semua perlu proses untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik, tapi setiap langkah kecil yang diambil dapat menciptakan lingkungan keluarga yang lebih positif.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)