Telat Haid tapi Hasil Tes Kehamilan Negatif, Normalkah? Ini 7 Penyebab dan Cara Mengatasinya

2 months ago 43

Jakarta -

Pasangan suami istri (pasutri) yang menanti kehadiran anak tentu bahagia jika terlambat haid. Berbeda jika pasutri ingin menunda kehamilan, telat haid bisa membuat cemas. Lantas bagaimana jika telat haid tapi hasil tes kehamilan negatif, normalkah? Ketahui penyebab dan cara mengatasinya, Bunda.

Hasil negatif bisa saja itu negatif palsu. Hasil negatif palsu sering kali terjadi jika Bunda melakukan tes kehamilan terlalu awal dalam siklus, atau Bunda tidak mengikuti petunjuk produsen. 

“Tidak semua orang memiliki periode menstruasi yang teratur setiap bulan,” jelas Julia Arnold VanRooyen, MD, seorang dokter kandungan dan ginekologi bersertifikat dilansir dari Parents.

Menurutnya, normalnya frekuensi menstruasi bervariasi antara setiap 21 hingga 35 hari, dan menstruasi juga dapat bervariasi dari bulan ke bulan.

Normalkah telat haid tapi hasil tes kehamilan negatif?

Telat haid itu sering dialami perempuan usia subur. Jika Bunda tes kehamilan tapi hasilnya negatif bukan berarti Bunda tidak hamil. Ini dialami sejumlah perempuan dan penyebabnya juga bervariasi.

Umumnya, tes kehamilan di rumah merupakan cara yang dapat diandalkan untuk menentukan apakah Bunda hamil atau tidak. Namun, jika Bunda telat haid, tapi tes kehamilan negatif, dan masih yakin bahwa hamil, ada kemungkinan hasil Bunda negatif palsu.

Para peneliti menunjukkan bahwa penyebab paling umum dari hasil tes yang tidak akurat adalah melakukan tes kehamilan sebelum jumlah hCG yang cukup muncul dalam urine. Biasanya, hal ini terjadi ketika Bunda salah memperkirakan hari perkiraan haid Bunda.

7 Penyebab telat haid tapi tes kehamilan negatif

Berikut ini adalah beberapa alasan umum mengapa Bunda terlambat menstruasi yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.

1. Gaya hidup

VanRooyen mengatakan berolahraga berlebihan, menyusui anak, atau stres dapat mempengaruhi menstruasi serta menyebabkan haid terlambat. Hal ini sebagian besar disebabkan kadar estrogen.

“Estrogen—hormon yang membentuk lapisan rahim yang kemudian dilepaskan saat menstruasi—diproduksi terutama di ovarium, tetapi juga kelenjar adrenal dan sel lemak,” jelas VanRooyen. 

2. Kenaikan atau penurunan berat badan secara tiba-tiba

Ini juga dapat mengganggu siklus haid. Kenaikan atau penurunan berat badan yang besar dapat menyebabkan perubahan jumlah estrogen dalam tubuh.

Sementara itu, stres mengaktifkan kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon lain, seperti kortisol. Hal ini juga dapat menekan sekresi estrogen. 

"Bahkan olahraga berlebihan yang menyebabkan jumlah lemak tubuh sangat rendah dapat mengakibatkan penurunan jumlah estrogen.," ujar VanRooyen.

3. Obat-obatan

Berbagai jenis obat dapat menyebabkan haid tertunda atau tidak ada. Misalnya, bentuk kontrasepsi hormonal—seperti pil kontrasepsi oral, patch, cincin vagina, dan IUD tertentu—semuanya dapat memengaruhi periode menstruasi.

“Banyak orang mengalami periode menstruasi yang jauh lebih ringan atau mungkin berhenti menstruasi sama sekali saat menggunakan kontrasepsi hormonal,” tambah VanRooyen.

Menurutnya, ini normal dan tidak berbahaya atau mengkhawatirkan. Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi termasuk steroid, antikoagulan (pengencer darah), dan kemoterapi tertentu.

4. Hormon yang berfluktuasi

Perubahan kadar hormon dalam tubuh juga dapat menyebabkan periode menstruasi terlewat atau tidak ada. Jika Bunda memiliki tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) atau tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme), hal ini dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur.

Begitu juga kelenjar pituitari yang mengatur produksi hormon yang memengaruhi banyak fungsi tubuh, termasuk siklus reproduksi. Tumor pada kelenjar pituitar dapat mengganggu menstruasi dan menyebabkan Bunda tidak haid atau tidak teratur menstruasinya. Untungnya, tumor ini biasanya jinak dan dapat ditangani oleh penyedia layanan kesehatan.

Menstruasi yang terlambat atau tidak terjadi menstruasi juga dapat menjadi tanda memasuki masa perimenopause. 

“Selama tahun-tahun perimenopause—biasanya setelah usia 40 tahun—fungsi ovarium menjadi lebih tidak menentu dan secara bertahap berkurang dan kadar hormon menurun,” kata VanRooyen. 

Rata-rata usia menopause di Amerika Serikat adalah 51 tahun, jadi umumnya terjadi perubahan produksi hormon selama satu dekade atau lebih seiring bertambahnya usia, dan ketidakteraturan menstruasi lebih umum terjadi pada rentang usia ini.

5. Kehamilan ektopik

Terjadi pada sekitar 1 hingga 2 persen kehamilan, kehamilan ektopik juga dapat menyebabkan hasil tes kehamilan negatif. Pada jenis kehamilan ini, embrio biasanya menempel di tuba fallopi, bukan di rahim, tetapi bisa juga terjadi di tempat lain. 

"Kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik meningkat karena hal-hal yang menyebabkan jaringan parut atau kerusakan pada tuba fallopi, seperti infeksi atau operasi sebelumnya," kata VanRooyen.

Kehamilan ektopik tidak berkembang dengan baik dan tidak dapat bertahan hidup. Pembentukan plasenta tidak hanya tertunda, tetapi produksi hormon kehamilan—human chorionic gonadotropin (hCG)—terganggu. Kondisi ini juga dapat berbahaya jika menyebabkan pecahnya tuba fallopi.

"Awalnya, kehamilan ektopik tumbuh seperti kehamilan normal, tetapi setelah mencapai ukuran tertentu, ia tidak dapat berkembang lebih jauh karena tuba falopi tidak dirancang untuk mengembang seperti rahim," kata VanRooyen. 

“Hal ini menyebabkan peningkatan rasa sakit, pendarahan, dan sering kali, jika tidak diobati, pecahnya tuba fallopi, yang dapat menjadi keadaan darurat yang mengancam jiwa.”

6. Kondisi medis

Berbagai gangguan, termasuk sindrom ovarium polikistik (PCOS), juga dapat menyebabkan ketidaknormalan pada haid. PCOS adalah gangguan hormonal yang memengaruhi ovarium dan menyebabkan menstruasi yang terlambat karena kurangnya ovulasi dan kadar androgen yang lebih tinggi.

Endometriosis (pertumbuhan jaringan abnormal di luar rahim), penyakit Von Willebrand (gangguan pembekuan darah), dan kanker endometrium (sel kanker yang ditemukan di lapisan rahim) semuanya dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur, berat, atau terlambat juga. 

7. Stres

Siklus menstruasi juga dapat dipengaruhi stres fisik atau emosional. Stres mengganggu keseimbangan hormon di dalam tubuh, sehingga ovulasi menjadi tertunda atau tidak terjadi sama sekali.

Cara mengatasi haid telat tapi tes kehamilan negatif

Bunda yang khawatir telat haid tapi tes kehamilan negatif dapat mengatasinya dengan berbagai cara di bawah ini:

  1. Memperbaiki pola hidup: Bunda dapat memilih makan makanan sehat, cukup beristirahat, serta rajin berolahraga untuk menjaga keseimbangan hormon.
  2. Pantau siklus haid: Ada banyak cara untuk memantau siklus haid Bunda, seperti menggunakan aplikasi pelacak menstruasi agar Bunda mengetahui siklus haid dengan lebih teratur.
  3. Kurangi stres: Bunda dapat menghindari pemicu stres. Selain itu cobalah untuk melakukan rileksasi baik dengan yoga maupun meditasi.
  4. Periksa ke dokter. Jika Bunda tak kunjung haid setelah beberapa minggu, cobalah berkonsultasi dengan dokter.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online