Wabah flu di Jepang mengalami lonjakan. Beberapa orang meninggal dunia karena infeksi flu, termasuk aktris Taiwan, Barbie Hsu. Waspadai gejala wabah flu Jepang buat Bunda yang ingin berlibur ke Negeri Sakura tersebut.
Mengutip NHK World Japan dan AL 24 News, Jepang mencatat jumlah kasus flu tertinggi selama satu pekan terakhir di bulan Desember 2024. Berdasarkan data tersebut, wabah flu Jepang menjadi yang tertinggi sejak 1999 atau sekitar 25 tahun berselang.
Menurut otoritas kesehatan beberapa waktu lalu, dalam periode 23 hingga 29 Desember 2024, sebanyak 317.812 orang didiagnosis mengidap flu di seluruh Jepang. Angka ini tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan menjadi rekor mingguan tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1999.
Kondisi ini memicu lonjakan pasien di berbagai rumah sakit bahkan beberapa klinik harus tetap buka selama liburan Tahun Baru untuk menangani jumlah pasien yang terus bertambah. Kematian artis Barbie Hsu karena flu saat berlibur dalam rangka Tahun Baru Imlek ke Jepang juga menyita perhatian dunia.
Faktor pemicu lonjakan kasus flu di Jepang
Bagaimana gejala flu Jepang yang bisa merenggut nyawa? Mari bahas di sini, Bunda.
1. Mobilitas tinggi masyarakat selama musim dingin di Jepang
Peningkatan kasus flu yang drastis di Jepang dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Pertama, musim dingin yang lebih dingin dari biasanya menyebabkan virus lebih mudah menyebar.
Selain itu, mobilitas masyarakat yang tinggi selama liburan akhir tahun meningkatkan risiko penularan. Aktivitas sosial yang padat, termasuk perayaan Tahun Baru serta Imlek, kunjungan keluarga, turut mempercepat penyebaran virus.
2. Vaksinasi flu yang rendah
Kedua, tingkat vaksinasi flu yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya juga menjadi salah satu pemicu. Beberapa kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis, lebih mudah terkena infeksi jika tidak mendapatkan perlindungan dari vaksin.
Di sisi lain, mutasi virus flu yang berkembang setiap tahunnya membuat efektivitas vaksin menjadi tantangan tersendiri dalam pencegahan penyebaran.
3. Keterbatasan dalam hal medis
Ketiga, tekanan pada sistem kesehatan di Jepang juga memperburuk situasi. Dengan jumlah pasien yang meningkat tajam, rumah sakit dan klinik mengalami keterbatasan tenaga medis dan obat-obatan.
Keterbatasan pasokan obat antivirus, seperti oseltamivir, membuat pengobatan bagi pasien flu menjadi lebih sulit. Hal ini menambah beban untuk fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan menangani pasien dalam jumlah besar.
Di Tokyo, klinik-klinik kesehatan kewalahan menghadapi lonjakan pasien yang datang untuk mendapatkan pengobatan. Kepala sebuah klinik di Tokyo, Ito Hiromichi, mengatakan bahwa jumlah pasien flu meningkat drastis dengan sekitar 25 orang per hari dinyatakan positif.
Ito bahkan juga terpaksa membuka kliniknya pada hari libur Tahun Baru karena jumlah pasien yang terus bertambah.
Menurut laporan NHK, rata-rata pasien flu di setiap institusi medis mencapai 64,39 pada akhir Desember 2024. Dari 47 prefektur di Jepang, 43 di antaranya telah melewati ambang batas peringatan.
Prefektur Oita di Jepang bagian barat juga mencatat angka tertinggi dengan 104,84 pasien per fasilitas medis, disusul oleh prefektur di wilayah Kyushu. Sementara itu, kota-kota besar seperti Aichi (82,35), Osaka (67,53), dan Tokyo (56,52) mengalami peningkatan drastis.
Ketua Asosiasi Medis Prefektur Okayama, Matsuyama Masaharu, mengungkapkan bahwa kondisi ini bisa disebut sebagai krisis jika jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit terus bertambah. Apalagi, salah satu produsen obat generik terbesar di Jepang, Sawai Pharmaceutical, mengumumkan penghentian sementara distribusi obat antivirus oseltamivir akibat kendala produksi.
Obat tersebut menyumbang sekitar 25 persen dari total pasokan obat flu nasional yang jika dihentikan distribusinya berpotensi memperparah situasi.
Gejala flu Jepang yang perlu diwaspadai
Gejala flu yang mewabah di Jepang saat ini dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai meliputi:
- Demam tinggi yang biasanya mencapai 38 derajat Celsius atau lebih.
- Batuk kering atau berdahak yang sering kali berlangsung selama lebih dari seminggu.
- Sakit tenggorokan yang menyebabkan kesulitan menelan.
- Nyeri otot dan sendi yang membuat tubuh terasa lemas dan sulit bergerak.
- Sakit kepala intens, terutama di sekitar dahi dan pelipis.
- Kelelahan ekstrem yang menyebabkan sulit menjalani aktivitas harian.
- Mual, muntah, dan diare, terutama pada anak-anak dan lansia.
- Sesak napas atau sulit bernapas yang bisa menjadi tanda komplikasi serius.
Selain itu, pada beberapa kasus, flu ini dapat menyebabkan komplikasi ensefalopati, yaitu gangguan fungsi otak yang ditandai dengan kehilangan kesadaran atau kejang. Jika Bunda atau seseorang yang dikenal mengalami kesulitan sadar, berbicara tidak masuk akal, atau mengalami kejang, segera cari pertolongan medis.
Shoji Takayo dari Shizuoka Children's Hospital, melaporkan bahwa mereka menangani tiga kasus ensefalopati terkait flu dalam kurun waktu sebulan yang merupakan jumlah tinggi dalam periode singkat. Salah satu pasien yang masih balita meninggal dunia akibat kondisi ini.
Di Tokyo Metropolitan Children’s Medical Center, hingga 5 Januari 2025, terdapat empat pasien anak yang dirawat dengan kasus ensefalopati akibat flu. Satu di antaranya meninggal dunia.
Pakar penyakit menular, Horikoshi Yuho, menyebutkan bahwa meskipun komplikasi ini jarang terjadi, orang tua perlu waspada. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berbicara tidak masuk akal, atau kejang, ensefalopati mungkin sudah berkembang dan segera perlu dibawa ke unit gawat darurat.
Cara mencegahnya
Mengingat peningkatan drastis kasus flu di Jepang, masyarakat diimbau untuk lebih waspada dan menerapkan langkah-langkah pencegahan. Apa saja langkah pencegahan yang bisa Bunda lakukan?
Mengenakan masker, menjaga kebersihan tangan, dan mendapatkan vaksin flu menjadi langkah penting dalam mengurangi risiko infeksi. Selain itu, jika mengalami gejala flu seperti demam tinggi, batuk, dan kelelahan ekstrem, segera periksakan diri ke fasilitas medis terdekat guna mendapatkan perawatan yang tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)