Jakarta -
Tanpa disadari, perlengkapan rumah yang Bunda gunakan mengandung bahan kimia. Salah satu bahan kimia yang turut bisa memengaruhi IQ anak adalah phthalate atau flatat.
Penggunaan bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari bisa berdampak signifikan terhadap perkembangan anak. Bahan kimia umumnya ditemukan pada produk pembersih, kosmetik, mainan anak, hingga perlengkapan rumah tangga.
Dikutip dari malam CNN Health, sebuah studi menemukan bahwa pada usia tujuh tahun, anak-anak yang terpapar lebih banyak bahan kimia flatat memiliki IQ lebih dari enam poin lebih rendah daripada anak-anak yang terpapar bahan kimia dengan kadar lebih rendah.
Bahan kimia yang pengaruhi IQ anak
Flatat merupakan kandungan yang digunakan untuk membuat plastik lebih fleksibel dan lebih sulit pecah. Tidak hanya itu, kandungan ini juga bagus dalam membantu bahan kimia membawa aroma tertentu.
Bahan ini ditemukan dalam berbagai macam barang yang digunakan setiap hari. Misalnya saja seperti wadah untuk menyimpan makanan atau memanaskan makanan dalam microwave. Flatat juga ada di penyegar ruangan, seprai, sampo, kosmetik, dan banyak hal lain yang bisa ditemukan di sekitar rumah.
The Environmental Protection Agency atau Badan Perlindungan Lingkungan memperkirakan lebih dari 470 juta pon flatat yang diproduksi setiap tahunnya.
Kandungan ini bisa berakhir di dalam tubuh setelah makan atau minum makanan yang telah bersentuhan dengan flatat, Bunda. Tidak hanya itu, Bunda dan keluarga juga bisa menghirupnya dari uap atau debu yang mengandung partikel flatat.
"Dalam beberapa tahun terakhir, flatat berada di bawah pengawasan yang lebih ketat," ujar penulis utama studi tersebut, Pam Factor-Litvak.
Studi terbaru ini berfokus pada kesehatan 328 ribu Bunda dalam kota dan anak-anak mereka. Para ilmuwan mengukur bahan kimia ini dengan melihat jumlah flatat yang ada di dalam urine Ibu pada trimester ketiga.
Tes IQ juga diberikan kepada anak-anak ketika mereka berusia tujuh tahun. Tes ini mengevaluasi seberapa cepat seorang anak memproses informasi, bagaimana mereka menggunakan penalaran persepsi mereka, bagaimana anak menggunakan memori kerja mereka, dan menguji pemahaman verbal mereka.
Para peneliti menyaring unsur-unsur yang sudah berdampak negatif pada IQ anak. Unsur-unsur ini termasuk tingkat pendidikan Bunda, persepsinya tentang kesulitan dan akses yang dia miliki terhadap makanan dan pakaian yang layak, serta kepuasannya terhadap kondisi hidupnya.
Para peneliti juga memeriksa lingkungan anak-anak dan paparan mereka terhadap asap rokok. Bahkan, setelah menyaring faktor-faktor ini, para peneliti pelihat perbedaan IQ-nya.
Para ilmuwan tidak tahu mengapa mungkin ada hubungan antara bahan kimia dengan IQ ini. Flatat bisa memengaruhi cara kerja hormon seseorang, Bunda.
Selama perkembangan, hormon memengaruhi perkembangan otak dan organ lainnya. Namun, penelitian ini tidak menunjukkan secara pasti bahwa bahan kimia ini bisa merusak otak.
"Kami sedikit terkejut dengan besarnya penurunan IQ. Kami tidak senang dengan temuan ini karena flatat sangat tersebar di mana-mana di lingkungan," ujarnya.
Flatat dapat meniru hormon tubuh
Sejak tahun 1930-an, para ilmuwan telah menggunakan bahan kimia flatat untuk membuat berbagai barang. Misalnya tirai kamar mandi, kosmetik, hingga wadah makanan.
Flatat juga digunakan untuk berbagai tujuan, Bunda. Mulai dari untuk mempertahankan aroma yang digunakan dalam wewangian, untuk melembutkan dan memperkuat plastik, hingga membantu produk topikal seperti losion serta kosmetik bisa menempel serta menyerap pada kulit.
Dilansir dari laman NRDC, pada tahun 1990-an, penelitian menunjukkan bahwa flatat juga bisa meniru hormon alami di dalam tubuh. Para ilmuwan pun merasa khawatir akan efek kesehatan dari bahan kimia yang satu ini.
"Hormon beroperasi pada tingkat bagian per triliun dalam tubuh secara normal. Itu sepersekian sendok teh di kolam renang untuk ukuran olimpiade, Setiap perubahan dalam rasio itu bisa mengganggu fungsi normal tubuh Anda seperti pengganggu endokrin terkenal BPA dan DDT, flatat sangat berbahaya bagi Ibu hamil dan bayi," ujar ilmuwan senior di NRDC, Jennifer Sass.
Saat tertelan oleh Ibu hamil, flatat bisa menyebar melalui aliran darah dan bersentuhan langsung dengan janin yang sedang berkembang. Nantinya, bahan kimia ini juga bisa masuk ke dalam ASI
Bahan kimia ini juga bisa menimbulkan risiko bagi perkembangan sistem reproduksi, otak, dan organ lainnya. Anak laki-laki yang terpapar sebelum lahir juga bisa mengalami kelainan alat kelamin yang dapat menyebabkan kemandulan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)