Jakarta -
Kreativitas menjadi bagian yang sangat penting untuk perkembangan anak. Kreativitas dapat meningkatkan kemampuan kognitif otak. Menurut penelitian, berpikir kreatif dapat membantu otak kita mengembangkan koneksi saraf dan mempelajari konsep-konsep baru.
Selain itu, aktivitas kreatif dapat meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan anak. Sebuah penelitian di Brooklyn College menemukan bahwa menggambar membantu anak-anak menjadi tenang setelah mengingat kembali kenangan yang menyedihkan.Ketika orang-orang fokus pada proyek kreatif, mereka cenderung merasa lebih bahagia dan melaporkan bahwa mereka 'berkembang pesat'.
Menurut Direktur pendiri Hunter College Center for Gifted Studies and Education, City University of New York, Dona Matthews Ph.D., anak-anak dan orang dewasa yang belajar berpikir kreatif lebih baik dalam memecahkan masalah dan menghadapi tantangan, Bunda.
"Mereka lebih bahagia, memiliki rasa kesejahteraan yang lebih kuat, tidak terlalu cemas, lebih tangguh, dan memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat," kata Dona dikutip dari Psychology Today.
Namun, dalam perjalanan merawat dan mendidik anak, lagi-lagi tidak ada orang tua yang sempurna. Ada beberapa kesalahan yang mungkin tanpa sadar orang tua lakukan dan ternyata bisa menghambat kreativitas anak. Apa saja kesalahan-kesalahan tersebut?
Kesalahan orang tua bisa menghambat kreativitas anak
Berikut kesalahan-kesalahan yang tanpa disadari dilakukan orang tua bisa menghambat kreativitas anak seperti dilansir berbagai sumber:
1. Selalu mengiyakan permintaan anak
Selalu mengiyakan permintaan anak tanpa meminta anak menyampaikan argumennya ternyata bisa menghambat kreativitas mereka, Bunda. Menurut seorang psikolog organisasi di Wharton School of the University of Pennsylvania, Adam Grant, anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang sering tidak setuju, dengan cara yang konstruktif, dapat menjadi orang dewasa yang lebih kreatif.
"Anak-anak seperti itu juga dapat menjadi lebih tangguh secara mental," tulis Grant dalam esai New York Times tahun 2017.
Dengan berdebat, tidak berarti berteriak dan menjerit. Sebaliknya, idenya adalah untuk menjadi contoh diskusi yang produktif bagi anak-anak, diskusi di mana kedua belah pihak terlibat dalam percakapan, saling mendengarkan dan, idealnya, mencapai konsensus yang sehat.
"Tumbuh dalam rumah tangga dengan ketegangan yang produktif dapat menunjukkan kepada anak-anak bahwa pertengkaran tidak selalu menciptakan konflik yang berkepanjangan, dan dapat mengarah pada cara-cara kreatif untuk memecahkan masalah," kata Grant, dikutip dari CNBC Make It.
2. Terlalu banyak aturan
Seorang kontributor di Huffington Post yang juga seorang mahasiswa dari Yale University, Kina Zhou, menceritakan pengalaman pribadi mengenai orang tuanya. Menurutnya, di masa kecil, orang tuanya terlalu banyak aturan.
"Ibu saya selalu membuat jadwal tertulis untuk saya, hingga menit saya harus bangun. Jadwalnya selalu sama, satu jam berlatih piano, dua jam mengerjakan tugas sekolah, dan satu jam berlatih biola. Terkadang jika saya beruntung, ia akan menjadwalkan satu jam untuk kegiatan seni," tulisnya dikutip dari Huff Post.
Dengan selalu diberi tahu apa yang harus dilakukan saat masih kecil, anak tidak pernah berpikir sendiri, mereka hanya mengikutinya. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa orang tua dari anak-anak yang sangat kreatif memiliki rata-rata kurang dari satu aturan.
Dipaksa mengikuti begitu banyak aturan saat masih kecil mungkin dapat menghalangi kemampuan anak untuk berpikir di luar kotak dan berpikiran terbuka.
3. Anak dipaksa melakukan hal-hal yang tidak disukai
Anak boleh saja berprestasi dalam berbagai bidang, tapi apakah orang tua bertanya ke anak, itu ah yang mereka senangi? Faktanya, sebagian orang tua tidak sadar dalam hal ini. Ternyata, anak merasa terpaksa melakukan hal-hal yang tidak ia sukai.
Ada perbedaan antara menjadi sangat terampil dan menjadi orisinal. "Jika Anda memaksa anak Anda untuk menjadi dokter, yang paling Anda dapatkan adalah seorang dokter dengan kemampuan luar biasa, tetapi bukan seseorang yang menemukan obat kanker. Kreativitas berasal dari hasrat, dan hasrat hanya datang dari dalam," kata Zhou.
4. Jarang ajak anak keluar rumah
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Edwin Tan
Berkemah, mendaki, dan bersepeda ternyata memiliki manfaat besar untuk menggali kreativitas anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa berjalan kaki sebenarnya meningkatkan ide kreatif.
Hal ini dapat dijelaskan dengan kimia sederhana yakni ketika kita berjalan, jantung kita memompa lebih cepat. Inilah yang menyebabkan lebih banyak oksigen mengalir ke tubuh kita, termasuk pikiran kita.
5. Tidak membiarkan anak punya waktu senggang
Membuat anak memiliki segudang jadwal dari pagi hingga malam membuat mereka kekurangan waktu untuk bisa 'melamun'. Jangan salah, membiarkan anak sesekali melamun ternyata ada manfaatnya, Bunda.
Sebuah studi di Selandia Baru menemukan bahwa melamun bermanfaat bagi keterampilan bahasa anak-anak dan juga dapat meningkatkan prestasi mereka di sekolah. Ada juga penelitian yang mengatakan bahwa anak-anak yang tidak punya cukup waktu untuk melamun atau yang mengisi waktu luang mereka dengan terlalu banyak menonton televisi menghasilkan karya yang membosankan dan tidak imajinatif.
Hal ini terkait dengan apa yang ditemukan psikolog Jerome dan Dorothy Singer dalam studi ekstensif mereka tentang topik anak-anak dan melamun. Bahwa melamun memiliki fungsi pemrosesan informasi yang penting.
Anak-anak mencoba memahami emosi dan peristiwa kompleks yang tidak mereka alami dalam kehidupan nyata, jadi mereka mengisi kekosongan tersebut dengan membuat cerita yang paralel dengan situasi nyata.
6. Intervensi proses kreativitas anak
Jika anak menempelkan stiker mereka terbalik atau menempelkan mata mainan mereka dengan cara yang salah, jangan memperbaikinya kecuali mereka yang meminta. Memperbaiki karya seni anak-anak kita mengirimkan pesan kepada mereka bahwa usaha mereka tidak cukup baik.
Bunda dan Ayah dapat memberi anak ruang serta waktu untuk memperbaiki diri mereka sendiri.
7. Anti rumah berantakan
Mungkin ada masanya kita lelah dan sebal melihat rumah berantakan. Namun, selama itu berkaitan dengan aktivitas yang melibatkan proses kreatif anak, sesekali tak apa jika membiarkannya, Bunda.
Proses kreatif atau seni bisa berantakan, bisa terlihat tidak teratur, dan terkadang bisa tampak sedikit kacau. Hal yang terpenting adalah Bunda dan anak bersenang-senang atas kegiatan tersebut.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)