China Usulkan Mata Pelajaran Pendidikan Cinta di Sekolah untuk Tingkatkan Angka Kelahiran, Seperti Apa?

3 hours ago 6

Jakarta -

Negara China mengalami penurunan angka kelahiran selama tiga tahun berturut-turut pada 2024. Hal tersebut membuat pemerintah China mengusulkan adanya mata pelajaran 'love education' atau 'pendidikan cinta' di sekolah.

Perlu diketahui, Biro Statistik Nasional China mengatakan bahwa jumlah total penduduk di negara ini turun sebesar 1,39 juta menjadi 1,408 miliar pada tahun 2024. Angka tersebut turun dari tahun 2023, yakni 1,409 miliar.

Sementara menurut Kementerian Urusan Sipil, dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, hanya 4,75 juta pernikahan yang terdaftar. Angka tersebut menandai penurunan 16,6 persen dari tahun sebelumnya.

Dilansir Reuters, angka kelahiran di China turun selama beberapa dekade akibat dari kebijakan satu anak yang diterapkan dari tahun 1980 hingga 2015, serta urbanisasi yang cepat di negara ini. Seperti di negara tetangga Jepang dan Korea Selatan, sejumlah besar penduduk China telah pindah ke kota-kota dengan biaya hidup untuk memiliki anak jauh lebih mahal.

Selain itu, pernikahan juga menjadi indikator utama yang membuat angka kelahiran China yang menurun. Banyak perempuan lajang memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak lantaran tidak mendapatkan akses tunjangan pengasuhan anak.

Pada 2024, pemerintah China dilaporkan telah meluncurkan serangkaian cara untuk meningkatkan angka kelahiran di negara tersebut.

Apa itu mata pelajaran 'pendidikan cinta'?

Pemerintah China mempertimbangkan upaya lain untuk meningkatkan angka kelahiran di 'Negeri Tirai Bambu' ini. Caranya dengan membuat mata pelajaran 'pendidikan cinta' di sekolah yang mempromosikan perspektif positif tentang pernikahan, cinta, kesuburan, dan kehidupan keluarga.

Menurut laporan South China Morning Post, inisiatif tersebut disajikan dalam sebuah artikel pada 2 Desember 2024 yang berjudul 'Universitas Harus Berfungsi sebagai Platform Utama untuk Pendidikan Cinta dan Pernikahan'. Artikel tersebut diterbitkan di China Population Daily dan ditulis oleh Yang Hualei dan Li Shuangshuang, dua peneliti dari School of Public Administration di Zhongnan University of Economics and Law di Provinsi Hubei.

Program 'pendidikan cinta' yang diusulkan dalam proposal akan difokuskan pada pengajaran mahasiswa tingkat pertama tentang masalah populasi nasional dan konsep kontemporer tentang pernikahan dan kelahiran anak. Untuk mahasiswa tingkat akhir dan pascasarjana, kurikulum dapat mencakup studi kasus dan diskusi kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang hubungan intim dan komunikasi yang efektif.

Hasil survei tentang 'pendidikan cinta'

Menurut survei terbaru yang ditampilkan dalam proposal 'pendidikan cinta', sekitar 57 persen pemuda di China tidak ingin terlibat dalam hubungan romantis, terutama karena kesulitan dalam menyeimbangkan tanggung jawab akademis dengan hubungan pribadi.

Nah, kurangnya pendidikan sistematis tentang hubungan emosional tersebut telah membuat banyak pemuda (mahasiswa) memiliki pemahaman yang samar tentang cinta dan pernikahan. Demikian seperti melansir dari laman MSN dan The Independent Singapura.

Survei ini juga menemukan bahwa 82 persen mahasiswa melaporkan bahwa universitas mereka tidak menawarkan kursus tentang cinta dan hubungan dengan lawan jenis. Meskipun demikian, hampir 66 persen menyatakan minat pada program tersebut.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah negara bagian telah meminta pemerintah daerah untuk mengalokasikan sumber daya guna membalikkan penurunan populasi dan untuk mempromosikan penghormatan terhadap pernikahan dan kelahiran anak pada usia yang tepat. Namun, para ahli telah menyatakan skeptisisme tentang efektivitas langkah-langkah ini di kalangan generasi muda.

Mata pelajaran 'pendidikan cinta' dalam kurikulum

Ada beberapa rekomendasi yang diusulkan dalam 'pendidikan cinta', yakni:

  • Mengintegrasikan 'pendidikan cinta' ke dalam kurikulum pilihan universitas
  • Menggunakan model pengajaran hibrida yang menggabungkan metode daring dan luring
  • Membangun sistem umpan balik (feedback) untuk evaluasi kursus.

Proposal ini juga menyerukan kepada pemerintah dan universitas agar mengalokasikan sumber daya untuk melatih instruktur yang berkualifikasi dan mendorong keluarga untuk menumbuhkan sikap yang sehat terhadap cinta dan pernikahan.

Pro dan kontra tentang 'pendidikan cinta'

Beberapa universitas, seperti Wuhan University, Xiamen University, dan Tianjin University, telah memperkenalkan mata kuliah seperti 'Pernikahan dan Cinta', 'Psikologi Cinta', dan 'Sosiologi Cinta'.

Usulan terkait 'pendidikan cinta' ini tidak lantas menuai respons positif dari berbagai pihak, Bunda. Netizen menyampaikan kritik tajam. Mereka menggambarkannya sebagai upaya yang tidak dipikirkan dengan matang untuk mengatasi masalah yang sangat rumit.

Sementara itu, para kritikus berpendapat bahwa angka kelahiran yang rendah bukanlah akibat dari kurangnya pendidikan cinta, tetapi berasal dari tantangan sosial dan ekonomi yang lebih luas.

"Fokuslah pada penyelesaian pengangguran terlebih dahulu! Orang-orang membutuhkan stabilitas keuangan bahkan sebelum mempertimbangkan pernikahan dan anak-anak. Bagaimana kalian bisa mengharapkan seseorang untuk menikah dan memiliki anak ketika mereka bahkan tidak dapat menemukan pekerjaan?" kata seorang netizen.

"Di sekolah menengah, mereka menindak tegas adanya cinta monyet dan melarang kencan, tetapi begitu masuk universitas, mereka berkata, 'Cepatlah dan segera menikah," kata yang lain.

Demikian penjelasan terkait 'pendidikan cinta' yang diusulkan ada di mata pelajaran di China untuk mengatasi penurunan angka kelahiran.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online