Kenali Penyakit Bronkopneumonia pada Anak dan Cara Mencegahnya

3 days ago 12

Jakarta -

Sama seperti sistem tubuh lainnya, sistem pernapasan anak turut kerap terserang berbagai masalah kesehatan. Pada sistem ini, anak lebih rentan terkena penyakit bronkopneumonia, Bunda.

Berdasarkan data tahun 2019 yang dikutip dari laman Kemenkes RS Sardjito, diketahui ada sekitar 400 ribu kasus pneumonia di Indonesia. Bahkan, fakta menyebut pneumonia menjadi penyebab kematian balita nomor satu di dunia.

Bronkopneumonia sendiri adalah bentuk pneumonia yang memengaruhi alveoli di paru-paru dan bronkus. Lantas, seperti apa penjelasan lengkapnya?

Apa itu bronkopneumonia pada anak?

Menurut Dokter Anak Subspesialis Respirologi RSAB Harapan Kita, dr. Retno Widyaningsih, bronkopneumonia adalah penyakit infeksi atau radang paru-paru yang menyerang bagian bronkus dan alveolus. Brokus merupakan pipa yang menghubungkan pipa saluran napas atas dengan bawah dan bercabang ke paru-paru kiri.

Sementara itu, alveolus adalah gelembung-gelembung udara di mana terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Ketika kedua bagian ini terinfeksi, maka anak tidak bisa bernapas.

"Alveolus merupakan gelembung-gelembung udara tempat terjadinya pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara paru dan pembuluh darah. Ketika dua bagian tersebut terkena infeksi, maka anak akan mengalami kesulitan bernapas," katanya ketika diwawancara HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, dr. Retno mengatakan bronkopneumonia ini bisa menyerang siapa saja di berbagai usia. Namun, anak-anak menjadi usia yang paling sering terinfeksi karena perkembangannya belum sempurna.

"Bronkopneumonia bisa mengenai semua orang baik tua, muda, anak, dan bayi. Tapi memang lebih sering terkena pada anak-anak. Karena apa? Karena daya tahan tubuhnya masih rentan, masih dalam perkembangan," jelasnya.

"Jadi bronkopneumonia lebih sering mengenai anak-anak terutama di bawah 5 tahun. Namun, juga bisa mengenai anak yang berusia lebih besar, kemudian pada lansia atau anak besar yang mana daya tahan tubuhnya juga mengalami kekurangan," sambung dr. Retno.

Gejala bronkopneumonia pada anak

Menurut dr. Retno, gejala bronkopneumonia umumnya dimulai dengan batuk dan pilek seperti yang terjadi ketika flu. Setelahnya, anak akan mengalami kekurangan oksigen, Bunda.

"Gejala ini biasanya didahului oleh batuk pilek, kemudian karena daya tahan tubuhnya mengalami kekurangan, maka penyakit itu menyebar langsung ke infeksi saluran nafas bagian bawah yaitu pada paru," tuturnya.

Ketika anak kekurangan oksigen, paru-paru akan mengalami infeksi. Inilah yang menyebabkan anak menjadi sesak napas.

"Gejalanya awalnya memang batuk pilek kemudian terjadi kekurangan oksigen. Kalau ada infeksi di paru, anaknya akan terlihat sesak," kata dr. Retno.

Selain itu, ada pula gejala lainnya yang mungkin terlihat ketika anak mengalami bronkopneumonia. Melansir dari laman Medical News Today, berikut ini deretannya:

  • Demam
  • Nyeri dada yang dapat bertambah parah
  • Batuk berlendir
  • Berkeringat
  • Tubuh menggigil
  • Nyeri otot
  • Energi rendah dan kelelahan
  • Kehilangan selera makan
  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Mual dan muntah
  • Batuk berdarah

Penyebab bronkopneumonia pada anak

Ada beberapa penyebab anak mengalami bronkopneumonia pada anak. Berikut ini deretannya:

1. Bakteri

Dokter Retno menyebut bronkopneumonia bisa disebabkan oleh berbagai macam jenis bakteri. Misalnya saja bakteri berikut ini:

  • Streptococcus pneumoniae atau pneumococcus
  • Stafilococcus
  • Hemophilus influenzae tipe B

2. Virus

Selain bakteri, bronkopneumonia juga bisa disebabkan oleh beberapa jenis virus. Menurut dr. Retno, berikut ini deretan virusnya:

  • Virus influenza
  • Virus respiratoris
  • Insidial virus
  • Virus campak

3. Campuran bakteri dan virus

Campuran antara bakteri dan virus juga bisa menyebabkan anak mengalami infeksi paru-paru. Hal ini tentu membuat anak sesak napas, Bunda.

4. Jamur dan organisme lainnya

Infeksi paru-paru akibat virus dan jamur juga bisa menyebabkan bronkopneumonia, Bunda. Hal ini juga disebutkan oleh dr. Retno pada penjelasannya.

"Kemudian ada pula berbagai macam jamur juga bisa (menyebabkan bronkopneumonia)," ujar dr. Retno.

Banyak kasus bronkopneumonia terjadi karena infeksi bakteri, Bunda. Dikutip dari laman Healthline, di luar tubuh, bakteri bisa menular dan dapat menyebar di antara orang-orang sekitar anak.

Penularan ini pun terjadi melalui droplet ketika anak terinfeksi melalui bersin atau batuk. Mereka akan terinfeksi dengan menghirup bakteri tersebut.

Diagnosis bronkopneumonia pada anak

Mendiagnosis bronkopneumonia bisa dilakukan dengan beberapa cara, Bunda. Berikut ini deretannya seperti dikutip dari laman Medical News Today:

1. Tes darah

Salah satu tes yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bronkopneumonia pada anak adalah dengan tes darah. Tes ini membantu mendeteksi tanda-tanda infeksi seperti jumlah sel darah putih yang tidak normal.

2. Rontgen dada atau CT scan

Ini merupakan tes pencitraan yang memungkinkan dokter melihat bagian dalam paru-paru Si Kecil. Dengan begitu, dokter bisa mengetahui adanya tanda-tanda infeksi.

3. Bronkoskopi

Bronkoskopi adalah prosedur yang melibatkan memasukkan tabung tipis dengan lampu dan kamar melalui mulut anak, turut ke tenggorokan, dan masuk ke paru-paru. Prosedur ini juga memungkinkan dokter melihat bagian dalam paru-paru anak lebih jelas.

4. Oksimetri nadi

Ini merupakan tes yang digunakan untuk menghitung jumlah oksigen yang mengalir melalui aliran darah. Biasanya, dokter akan menjepit telunjuk Si Kecil dengan sebuah alat untuk melihat kadar oksigen di dalam darahnya.

5. Pemeriksaan kultur dahak

Pemeriksaan dahak adalah tes laboratorium yang bisa mendeteksi infeksi dari lendir yang dikeluarkan anak saat batuk, Bunda. Biasanya, petugas kesehatan akan meminta anak batuk terlebih dahulu dan mengeluarkan dahaknya dalam sebuah tabung.

Cara mengatasi bronkopneumonia

Penyebab Infeksi Echovirus-11 & Cara Mengatasinya, Penyakit Puluhan Anak di EropaIlustrasi anak sakit/Foto: Getty Images/iStockphoto/wckiw

Terdapat beberapa tips untuk mengatasi bronkopneumonia yang dialami oleh Si Kecil. Berikut ini Bubun rangkumkan deretannya:

1. Terapi cairan (infus)

Ketika anak mengalami bronkopneumonia, salah satu gejala yang akan dialami adalah demam. Ketika ini terjadi, cairan di dalam tubuh tentu akan berkurang.

Dokter Retno menjelaskan Bunda harus terus memantau asupan cairan di dalam tubuh Si Kecil. Pastikan mereka mendapatkan air minum yang cukup.

"Dan berikan cukup cairan. Cukup minum juga harus kita lihat pada seorang anak ketika mengalami bronkopneumonia," ungkap dr. Retno.

Ketika berada di rumah sakit, dokter mungkin akan memberikan anak tambahan cairan melalui infus, Bunda.

2. Pemberian obat-obatan

Demam yang terjadi pada anak juga perlu diatasi dengan pemberian obat penurun panas. Jadi, segera atasi gejala bronkopneumonia lainnya ya, Bunda.

"Yang pertama kali dilakukan kalau anak panas, terutamanya kalau dia panas, segera kasih obat demam," ungkap dr. Retno.

3. Terapi oksigen

Ketika anak sesak dan mengalami batuk yang keras, mereka harus segera dibawa ke rumah sakit. Dengan begitu, anak akan mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisinya termasuk terapi oksigen.

Cara mencegah bronkopneumonia pada anak

Dilansir dari laman Healthline, tindakan perawatan sederhana untuk mengurangi risiko terkena bronkopneumonia adalah dengan rajin mencuci tangan. Mengajari anak tentang rutinitas menjaga kebersihan bisa menciptakan kebiasaan hidup sehat di kemudian hari.

Tidak hanya itu, pastikan juga anak sudah mendapatkan vaksinasi sehingga mereka terhindar dari berbagai jenis pneumonia. Pastikan anak juga mendapatkan vaksin flu tahunan ya, Bunda.

Komplikasi

Ketika bronkopneumonia pada anak tidak diobati, tentu akan menyebabkan komplikasi yang berisiko. Dikutip dari laman Medical News Today, berikut ini deretannya:

1. Infeksi darah

Infeksi darah sering juga disebut dengan sepsis, Bunda. Ini adakan kondisi ketika infeksi menyebabkan respons imun berlebihan dan merusak organ dan jaringan tubuh. Sepsis bisa menyebabkan kegagalan banyak orang dan tentunya bisa mengancam jiwa Si Kecil.

2. Abses paru-paru

Abses paru merupakan kondisi ketika kantong paru-paru Si Kecil dipenuhi dengan nanah, Bunda.

3. Efusi pleura

Menilik dari laman Healthline, efusi pleura adalah kondisi ketika cairan menumpuk di ruang antara paru-paru dan rongga dada. Ketika ini terjadi, anak mungkin akan mengalami berbagai gejala seperti nyeri dada.

4. Gagal napas

Gagal napas terjadi ketika pertukaran penting oksigen dan paru-paru mulai gagal. Anak dengan gagal napas mungkin memerlukan ventilator atau mesin pernapasan untuk membantu mereka bernapas.

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah jenis gagal napas yang lebih parah. Ketika ini terjadi, jiwa anak tentu akan semakin terancam.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online