Mengajarkan Nilai Idul Fitri pada Anak Sesuai Usia, Termasuk Etika saat Menerima THR

12 hours ago 4

Jakarta -

Idul Fitri adalah momen istimewa yang identik dengan tradisi saling memaafkan, silaturahmi, dan berbagi kebahagiaan. Ini juga menjadi waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral kepada anak-anak.

Salah satu tradisi yang kerap menjadi sorotan adalah pemberian uang Tunjangan Hari Raya (THR). Meski uang THR dapat membawa kebahagiaan, penting bagi orang tua untuk mengajarkan bahwa makna Idul Fitri lebih dari sekadar materi.

Pentingnya Mengajarkan Nilai-Nilai Idul Fitri

Idul Fitri merupakan momen yang tepat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan empati, kebaikan, dan perilaku prososial melalui observasi dan pengalaman langsung. Oleh karena itu, orang tua dapat memanfaatkan momen Idul Fitri untuk memperkenalkan nilai-nilai tersebut secara nyata.

Salah satu nilai penting yang dapat diajarkan adalah empati dan kepedulian sosial. Pemberian THR merupakan tradisi yang dapat dimanfaatkan untuk menanamkan nilai berbagi dan rasa syukur jika dilakukan dengan tepat.

Menurut penelitian Being grateful is beyond good manners: Gratitude and motivation to contribute to society, anak yang secara rutin diajarkan rasa syukur menunjukkan peningkatan kesejahteraan emosional dan perilaku prososial yang lebih baik. Oleh karena itu, pemberian THR sebaiknya disertai penjelasan bahwa sebagian uang tersebut dapat digunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, seperti berbagi dengan teman yang kurang mampu.

Selain itu, Idul Fitri dapat menjadi momen untuk menanamkan rasa syukur. Ayah dan Bunda dapat mengajak anak untuk mengungkapkan rasa syukur atas apa yang mereka miliki, baik dari segi materi seperti pakaian baru, makanan lezat, maupun hal-hal non-materi seperti kehangatan keluarga dan kesehatan.

Menurut penelitian, rasa syukur berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan emosional pada anak-anak, yang berkontribusi pada kebahagiaan jangka panjang.

Tradisi THR dan dampaknya pada anak

Berdasarkan penelitian mengenai Sawer on Eid al- Fitr Fitri Perspective Michel Foucault's theory, anak-anak yang terbiasa menerima THR mungkin menginternalisasi pemahaman bahwa Idul Fitri identik dengan hadiah atau uang. Jika makna Idul Fitri hanya dipahami sebagai "momen mendapatkan uang," anak berisiko mengabaikan nilai-nilai spiritual yang lebih penting, seperti introspeksi, memaafkan, dan bersyukur.

Jika anak terlalu fokus pada aspek materi, seperti menilai Idul Fitri hanya dari seberapa besar jumlah THR yang diterima, hal ini dapat menumbuhkan sikap materialistis yang kurang sehat. Ayah dan Bunda disarankan untuk menyeimbangkan tradisi ini dengan membangun diskusi tentang makna kebahagiaan yang berasal dari kebersamaan, kasih sayang, dan kebaikan hati.

Berikut hal yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama anak:

1. Menjelaskan bahwa THR adalah pemberian sukarela

Anak-anak perlu memahami bahwa tidak semua orang akan memberikan THR, dan hal itu sangat wajar. Orang tua dapat menjelaskan dengan bahasa sederhana, misalnya: "Nak, THR itu adalah hadiah dari hati, jadi tidak semua orang akan memberikannya. Kalau ada yang memberi, kita bersyukur, kalau tidak, kita tetap senang karena yang penting kita bisa bersilaturahmi."

Penjelasan ini membantu anak memahami bahwa perhatian dan kasih sayang lebih penting daripada aspek materi.

2. Melatih Anak untuk Tidak Meminta THR

Sampaikan bahwa meminta THR secara langsung adalah tindakan yang kurang sopan. Bunda bisa memberi contoh melalui permainan peran (role-play). Misalnya, berpura-pura menjadi tamu yang datang berkunjung, kemudian tunjukkan bagaimana bersikap ramah tanpa menyinggung soal THR. Ajarkan anak kalimat sopan seperti: "Selamat Idul Fitri, Om/Tante. Mohon maaf lahir dan batin."

Melalui latihan ini, anak belajar bahwa silaturahmi adalah bentuk menghargai orang lain, bukan sekadar momen untuk mendapatkan hadiah.

3. Mengajarkan Etika saat Menerima THR

Jika anak menerima THR, penting untuk menanamkan kebiasaan sopan santun seperti:

  • Ucapkan terima kasih dengan tulus.
  • Jangan langsung membuka amplop THR di depan pemberinya.
  • Buka THR di rumah agar tidak menimbulkan rasa canggung atau perbandingan dengan anak lain.

Orang tua dapat menjelaskan, misalnya: "Kalau kamu dapat THR, cukup bilang 'Terima kasih ya, Om/Tante.' Jangan langsung dibuka di depan mereka ya, nanti kita lihat di rumah saja." Penjelasan ini mengajarkan anak tentang kesopanan dalam interaksi sosial.

4. Menanamkan Rasa Syukur

Penting untuk mengajarkan bahwa berapapun jumlah THR yang diterima, anak harus tetap bersyukur. Orang tua bisa mengajak anak untuk mengucapkan doa syukur atau menuliskan hal-hal yang mereka syukuri. Misalnya, ajak anak berkata: "Aku bersyukur bisa main sama sepupu-sepupu dan dapat THR juga, alhamdulillah."

Kebiasaan ini membantu anak memahami bahwa kebahagiaan Idul Fitri tidak bergantung pada materi, melainkan pada momen kebersamaan dan kasih sayang keluarga.

Strategi mengajarkan nilai Idul Fitri pada Si Kecil

Penelitian The influence of negligence, intention, and outcome on children's moral judgments menunjukkan bahwa pada usia dini, anak cenderung memahami moralitas secara konkret berdasarkan konsekuensi tindakan. Oleh karena itu, mengajarkan nilai Idul Fitri harus melibatkan contoh nyata yang relevan dengan pengalaman anak.

Selain itu, teori pembelajaran sosial menekankan pentingnya peniruan (modeling) dalam pembentukan perilaku prososial. Orang tua yang menunjukkan perilaku seperti berbagi, memaafkan, dan bersyukur saat Idul Fitri dapat membantu anak memahami nilai tersebut secara efektif.

Usia 1-3 Tahun (Batita):

Guna memperkenalkan konsep berbagi dan kasih sayang, Ayah dan Bunda dapat menggunakan cerita sederhana yang dilengkapi ilustrasi menarik. Misalnya, kisah tentang tokoh yang berbagi mainan atau makanan dengan teman dapat membantu anak memahami konsep berbagi secara simbolis.

Selain itu, aktivitas seperti membuat kartu ucapan Lebaran menggunakan cap tangan untuk teman dan keluarga, dapat menjadi sarana untuk mengajarkan rasa empati dan perhatian terhadap orang lain. Ketika melakukan aktivitas tersebut secara berulang, anak akan mulai memahami bahwa berbagi adalah bagian dari interaksi sosial yang positif.

Usia 4-6 Tahun (Pra-sekolah):

Anak pada usia ini mulai mengembangkan pemahaman sosial yang lebih luas dan dapat memahami konsep berbagi dan memaafkan melalui permainan peran. Aktivitas seperti bermain "berbagi kue" atau "bermaaf-maafan" dapat membantu anak memahami makna tindakan tersebut secara simbolis.

Selain itu, Ayah dan Bunda dapat melibatkan anak dalam persiapan Idul Fitri, seperti menghias rumah atau membantu menyiapkan bingkisan Lebaran. Hal ini akan memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Aktivitas ini juga membangun rasa memiliki dan tanggung jawab sosial yang berharga bagi perkembangan moral mereka.

Usia 7-9 Tahun (Usia Sekolah):

Pada tahap ini, anak mulai mampu memahami konsep moral yang lebih abstrak, seperti niat di balik sebuah tindakan. Diskusi terbuka mengenai makna puasa, zakat, dan silaturahmi dapat membantu anak memahami bahwa Idul Fitri tidak hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang berbagi dan peduli terhadap sesama.

Ayah dan Bunda dapat melibatkan anak dalam kegiatan sosial, seperti membagikan makanan kepada tetangga atau berkunjung ke panti asuhan, menjadi cara efektif untuk menanamkan empati dan rasa tanggung jawab sosial. Pengalaman ini memberikan pemahaman nyata tentang pentingnya memberi dan membantu mereka memahami bahwa tindakan kebaikan memiliki dampak yang luas.

Mengelola uang THR anak

Idul Fitri juga dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan tanggung jawab finansial. Pengenalan konsep uang sebaiknya dimulai sejak dini agar anak memahami bahwa uang memiliki nilai tertentu dan berfungsi sebagai alat tukar. Adapun pendekatan yang efektif adalah menggunakan permainan atau cerita sederhana yang menggambarkan bagaimana uang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kutipan jurnal Parents' Influence on Children's Future Orientation and Saving, anak dapat diajarkan cara membagi uang yang mereka miliki ke dalam tiga kategori utama: Saving (Menabung), Spending (Belanja), dan Sharing (Beramal/Sedekah).

Pendekatan ini dikenal sebagai konsep "3S" dan efektif dalam mengajarkan anak untuk mengelola keuangan mereka dengan seimbang.

Misalnya, anak bisa menabung 50 persen dari uang THR mereka untuk keperluan masa depan, menyumbangkan 20 persen untuk amal agar mereka belajar berbagi, dan menggunakan 30 persen untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan.

Selain itu, Ayah dan Bunda dapat memberikan anak kesempatan membuat keputusan keuangan kecil. Misalnya, mereka dapat memilih antara dua mainan yang sesuai dengan anggaran yang mereka miliki. Ketika mendiskusikan konsekuensi dari pilihan tersebut, anak akan belajar memahami pentingnya mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan saat mengelola uang.

Kemudian untuk menanamkan kebiasaan menabung, orang tua dapat memberikan celengan khusus atau membuka rekening tabungan anak. Jelaskan manfaat menabung untuk memenuhi kebutuhan masa depan seperti membeli mainan, buku, atau mendanai aktivitas yang mereka sukai. Melalui cara ini, anak tidak hanya memahami pentingnya menabung tetapi juga merasakan manfaatnya secara langsung.

Demikian ulasan mengenai cara mengenalkan nilai Idul Fitri pada anak. Beserta etika ketika menerima THR, termasuk ketika tidak mendapatkannya hingga cara mengelola.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online