Jakarta -
Bunda pasti sudah sering dengar tentang oksitosin, si 'hormon cinta' yang bikin kita merasa hangat dan dekat dengan orang tersayang. Hormon ini biasanya dikaitkan dengan momen penuh kasih sayang, seperti saat memeluk Si Kecil atau bonding sama pasangan. Tapi tahukah Bunda kalau ternyata oksitosin juga punya efek lain yang cukup mengejutkan?
Penelitian terbaru menemukan bahwa hormon ini bisa membantu menunda kehamilan.
Penelitian yang dipublikasikan oleh National Library of Medicine ini menemukan bahwa oksitosin bisa menghambat produksi hormon luteinizing (LH), yaitu hormon yang berperan dalam ovulasi. Kalau kadar LH menurun, pelepasan sel telur bisa tertunda atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
Selain itu, oksitosin juga disebut-sebut bisa mengurangi kemampuan rahim dalam menerima sel telur yang sudah dibuahi. Artinya, meskipun ada pembuahan, kemungkinan terjadinya kehamilan tetap lebih kecil.
Apa itu oksitosin?
Oksitosin adalah yang diproduksi tubuh secara alami, terutama saat kita merasa bahagia, jatuh cinta, atau menyusui Si Kecil. Oksitosin adalah hormon yang sering disebut sebagai 'hormon cinta' karena perannya dalam membangun ikatan emosional dan meningkatkan perasaan bahagia. Hormon ini diproduksi oleh hipotalamus di otak dan dilepaskan oleh kelenjar pituitari, lalu beredar ke seluruh tubuh.
Hormon ini juga berperan penting dalam Membantu proses persalinan dengan merangsang kontraksi rahim, meningkatkan bonding ibu dan bayi saat menyusui dan memperkuat hubungan dengan pasangan lewat sentuhan dan keintiman.
Para ilmuwan menemukan bahwa oksitosin, yang sering disebut sebagai 'hormon pelukan' atau 'hormon cinta' memainkan peran yang mengejutkan dalam menunda kehamilan. Dikutip dari Greekreporter, sebuah studi baru pada tikus menunjukkan bahwa hormon tersebut dapat memperlambat perkembangan embrio, sehingga memungkinkan ibu untuk menghentikan kehamilan sementara ketika sumber daya terbatas.
Para peneliti di Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York menemukan bahwa oksitosin membantu memicu proses alami yang disebut diapause, yakni embrio berhenti tumbuh sebelum tertanam di rahim. Penundaan ini dapat memberi ibu menyusui waktu untuk pulih sebelum mengandung anak lagi.
Jessica Minder, penulis utama studi dan mahasiswa pascasarjana di NYU, menyelidiki peran oksitosin karena hormon tersebut telah diketahui memengaruhi proses menyusui dan perkembangan embrio awal. Untuk mengeksplorasi efek oksitosin, Minder dan tim melakukan eksperimen pada tikus. Tikus betina yang baru saja melahirkan ditempatkan dengan tikus jantan dan dibiarkan kawin.
Para peneliti menemukan bahwa kehamilan pada tikus betina yang menyusui berlangsung sekitar seminggu lebih lama daripada pada tikus yang tidak menyusui. Karena kehamilan tikus pada umumnya hanya berlangsung 19 hingga 21 hari, penundaan ini signifikan.
Selanjutnya, para peneliti menggunakan metode yang disebut optogenetika, yang mengaktifkan sel-sel otak dengan cahaya, untuk merangsang pelepasan oksitosin pada tikus yang baru hamil. Mereka mengatur waktu stimulasi untuk meniru denyut oksitosin yang diproduksi secara alami selama menyusui.
Setelah lima hari, tim tersebut memeriksa embrio dan menemukan bahwa lima dari enam tikus menunjukkan tanda-tanda diapause. Sebaliknya, tikus yang tidak menerima stimulasi oksitosin menunjukkan perkembangan embrio yang normal. Untuk mengonfirmasi temuan mereka, para ilmuwan memaparkan embrio awal ke oksitosin di cawan laboratorium. Embrio-embrio ini juga menunjukkan perubahan yang terkait dengan diapause, yang selanjutnya mendukung peran hormon dalam menghentikan kehamilan.
Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, meskipun embrio dapat memasuki diapause tanpa oksitosin, hormon tersebut tampaknya membantu mereka bertahan hidup dari jeda tersebut. Ketika para peneliti memblokir reseptor oksitosin pada embrio tikus, hanya 11% yang bertahan hidup diapause, dibandingkan dengan 42% embrio dengan reseptor yang berfungsi.
Moses Chao, seorang ahli saraf di NYU mengatakan bahwa penelitian ini memberi kita pandangan awal tentang bagaimana embrio mengelola penggunaan energinya. Memahami proses ini dapat memberikan wawasan tentang keguguran dini dan perawatan kesuburan yang potensial.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)