Jakarta -
Masalah keuangan dalam keluarga rentan melahirkan sandwich generation. Ini bagaikan bom waktu, yang akan meledak di masa depan jika tidak dituntaskan sejak sekarang.
Saat ini, sandwich generation sedang menjadi topik hangat yang ramai dibicarakan di media sosial. Banyak di antara mereka yang berbagi pengalaman dan kesulitan yang dialami sebagai bagian dari generasi ini.
Berdasarkan survei Dataindonesia.id pada tahun 2023, sebanyak 46,3 persen Gen Z di Indonesia masuk ke dalam kategori sandwich generation. Mereka dihadapkan pada beban keuangan yang berat karena harus menanggung kebutuhan diri sendiri, orang tua, dan anak-anak mereka.
Dengan persentase Gen Z yang cukup besar dalam kategori sandwich generation, maka perhatian yang lebih harus diberikan juga pada generasi selanjutnya, yaitu Gen Alpha. Karena Gen Alpha bisa jadi akan merasakan hal yang sama di masa depan, yakni harus merasakan sandwich generation.
Ini artinya anak-anak yang lahir di tahun 2000-an bukan hanya menanggung hidup sendiri, mereka sudah harus bersiap menanggung kebutuhan orang tua dan beban keuangan keluarganya.
Mengenal sandwich generation
Sandwich generation menjadi salah satu istilah yang ramai digunakan di media sosial. Ini merujuk pada istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi finansial seseorang yang terhimpit di antara dua generasi.
Seperti sandwich, lapisan roti pertama adalah anak-anak. Lapisan roti kedua adalah orang tua, sedangkan bagian di tengahnya adalah diri sendiri atau seseorang yang menanggung kebutuhan roti pertama dan kedua.
Penyebab terjadinya sandwich generation
Sandwich generation tentu sudah tidak asing bagi Bunda. Fenomena ini bukan baru muncul, karena sebenarnya ini sudah menjadi gunung es yang terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Apa penyebabnya? Simak ulasannya berikut ini:
1. Kurang literasi mengelola keuangan
Pengelolaan keuangan keluarga yang buruk, akan membuat Bunda dan Ayah kesulitan menyiapkan masa depan yang mapan bagi keluarga. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai perencanaan keuangan yang baik.
Kurangnya literasi keuangan ini membuat cara mengatur keuangan tidak cermat. Sehingga mengakibatkan tidak ada tabungan untuk masa tua.
2. Tradisi pengelolaan keuangan keluarga sebabkan efek domino
Efek dari kurangnya literasi soal keuangan, dapat mengakibatkan efek domino ke keluarga secara turun-temurun. Ketika pendapatan di masa produktif digunakan untuk membiayai keluarga, maka orang tersebut tidak berkesempatan untuk menabung masa depan.
Inilah yang disebut efek domino, Bunda. Sandwich generation akan melanjutkan tanggung jawab generasi sebelumnya untuk menghidupi orang tua dan saudaranya.
Dampak sandwich generation pada masa depan anak dan keluarga
Sandwich generation ini dapat berdampak pada masa depan anak-anak. Simak ulasan selengkapnya berikut ini:
1. Kesempatan untuk meraih mimpi kurang optimal
Anak-anak yang terbebani masalah keuangan keluarga tentunya tidak akan bebas meraih mimpinya. Sejak masa sekolah, mereka dihadapkan pada keterbatasan untuk mengakses pendidikan dengan kualitas terbaik.
Begitu pula dengan urusan fasilitas kesehatan, mengembangkan minat bakat, hingga kesempatan untuk bermain. Keterbatasan finansial orang tua memaksa anak-anak untuk mengorbankan mimpinya sejak dini.
2. Konflik keluarga
Anak-anak yang harus menanggung keuangan keluarga, bisa jadi tumbuh dalam tekanan. Hal ini dapat pula mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Anak yang dibebani tanggung jawab keluarga akan selalu hidup dalam rasa khawatir, cemas dan takut yang bisa berlanjut ketika mereka menjadi orang tua.
Perasaan takut kekurangan untuk membiayai kehidupan sehari-hari ini tentunya akan mempengaruhi cara mendidik anak pula. Hal ini sangat rentan membuat konflik keluarga.
Tips memutus rantai sandwich generation sejak sekarang
Sebagai orang tua, tentunya kita tidak ingin melahirkan sandwich generation kan? Bunda dapat melakukan beberapa cara berikut ini:
1. Ajarkan anak melek literasi keuangan
Sandwich generation bisa dicegah, Bunda. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengajari anak mengenai pentingnya menabung.
Kenalkan anak dengan literasi keuangan yang tepat, agar bijak mengelola uang sedari kecil.
2. Buat rencana keuangan yang matang
Setelah memiliki anak, Bunda dan Ayah sebaiknya segera membuat rencana keuangan yang matang. Alokasikan dana khusus anak, seperti untuk dana pendidikan hingga dana kesehatan. Ini sangat membantu untuk memilih sekolah terbaik untuk anak dan menghindari sandwich generation di masa depannya.
3. Buat tabungan berencana
Selain itu, salah satu langkah penting yang tidak boleh diabaikan adalah membuat tabungan berjangka, Bunda. Tabungan ini dapat digunakan untuk kebutuhan masa depan anak di waktu yang tepat.
Nah, bagaimana cara memilih tabungan berjangka yang pas untuk mencegah anak menjadi sandwich generation? Hal itu bisa dipelajari bersama pakar untuk mengelola keuangan, Bunda.
Cara mengajarkan anak melek literasi keuangan
Saat Bunda dan Ayah melek perencanaan keuangan, ini akan membangun kebiasaan finansial yang baik pula pada anak. Selain anak belajar menabung sejak dini, mereka juga akan mendapat pemahaman mengenai mengelola keuangan secara bijak.
Anak akan tahu bagaimana mengatur keuangan dan memilih prioritas yang penting untuk hidupnya. Sehingga dapat menggunakan uangnya dengan bijaksana.
Selain itu, literasi keuangan ini juga akan membentuk generasi yang mandiri, sehingga rantai sandwich generation dapat diputus di tangan Bunda.
Mengenal tabungan OCTO Savers JR dari CIMB Niaga
Masih bingung harus mulai dari mana? Bunda dapat memulai dengan memberikan edukasi keuangan pada Si Kecil.
Tabungan OCTO CIMB Niaga/ Foto: CIMB Niaga
Salah satunya dengan mengenalkan OCTO Savers JR dari CIMB Niaga nih. Ini adalah bentuk tabungan yang dirancang untuk mengajari anak-anak mengenal pengelolaan keuangan sejak dini.
Wah menarik ya, Bunda. Apa saja sih isi programnya? Anak-anak yang terdaftar dalam tabungan ini akan mendapatkan kartu debit pribadi, sehingga mereka diajarkan langsung dalam menggunakan tabungannya. Tidak dilepas begitu saja, karena tabungan ini tetap butuh supervisi dari orang tua.
Bunda bisa memberi tahu Si Kecil, selain menabung, OCTO Savers JR juga akan memberikan hadiah spesial untuk anak-anak yang berulang tahun. Ini menjadi spesial rewards untuk hari spesial mereka, di mana mereka akan merasa dihargai karena telah bersedia mempelajari soal keuangan sejak dini.
Menariknya lagi, untuk membuka rekening tidak perlu menyiapkan dana besar lho. Bunda hanya perlu menyiapkan uang Rp 20 Ribu untuk membuka rekening, dengan keuntungan bebas biaya admin dan transaksi.
Perlu Bunda ketahui juga, Tabungan OCTO Savers JR juga menyediakan perlindungan untuk anak sebesar Rp 100 Juta yang dapat diperoleh tanpa premi jika menabung mulai dari Rp 10 Juta.
Solusi untuk dukung masa depan anak cerah
Lalu, cara pasti untuk mencegah lahirnya sandwich generation baru dalam keluarga juga bisa dilakukan dengan memastikan masa depan anak yang terjamin. Hal ini akan mencegah anak-anak bergantung secara finansial pada generasi selanjutnya.
Salah satu langkah penting yang dapat Bunda lakukan adalah dengan memanfaatkan tabungan berjangka GOAL Savers JR dari CIMB Niaga. Tabungan berjangka ini dapat membantu mewujudkan masa depan anak dengan lebih mudah. Untuk setoran awal dimulai dari Rp 1 juta dan didukung oleh fitur autodebet yang fleksibel, mulai dari Rp 100 Ribu per bulan, jadi bisa mengatur keuangan dengan secara otomatis dan anti skip nih buat para Bunda.
Sedangkan jangka waktu menabung dapat dipilih antara 1-10 tahun. Terlebih lagi, jika dalam periode menabung terjadi risiko pada orang tua, tujuan keuangan tetap bisa tercapai dengan total uang pertanggungan hingga Rp 500 Jutaan. Hal tersebut bisa diperoleh tanpa premi jika menabung mulai dari Rp 5 Juta per bulan.
Yuk, Bunda, tunggu apa lagi? Demi masa depan anak yang terjamin dan jauh dari risiko sandwich generation, ajarkan Si kecil cara mengelola keuangan yang bijak sejak dini dengan membuka Tabungan OCTO Savers JR & GOAL Savers JR sejak sekarang!
(rap/rap)