10 Renungan Harian untuk Diceritakan ke Anak dengan Beragam Tema yang Menarik

3 months ago 58

Dalam kehidupan sehari-hari, Si Kecil perlu diajarkan tentang renungan harian pada agama Kristen, Bunda. Renungan harian merupakan cara sederhana namun berdampak besar untuk membantu anak memahami nilai-nilai kehidupan.

Dengan cerita singkat yang memiliki banyak makna, renungan harian menjadi momen refleksi bersama anak, sekaligus mempererat hubungan keluarga. Melalui tema menarik seperti kasih sayang, kejujuran, keberanian, hingga syukur untuk memperkaya wawasan mereka tentang dunia.

Seperti yang diketahui, anak-anak tumbuh dengan banyak pertanyaan dan keingintahuan. Renungan harian juga memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan mereka sekaligus menanamkan nilai-nilai positif, Bunda.

Melalui cerita yang menarik dan berkaitan dengan kehidupan, renungan harian bisa menjadi momen spesial di akhir hari untuk mengenang kebersamaan. Melalui renungan harian, anak dapat belajar dari kisah sederhana yang penuh hikmah.

Mulai dari cerita tentang keberanian seekor semut hingga keindahan berbagi, renungan ini membantu mereka memandang kehidupan dengan cara yang lebih positif. Dengan renungan harian, Bunda dapat membuat momen cerita menjadi jendela bagi nilai-nilai luhur yang akan Si Kecil ingat sepanjang hidupnya.

10 Renungan harian untuk diceritakan ke anak dengan beragam tema menarik

Mengutip buku Renungan Harian oleh Tim Penulis RH, terdapat renungan harian untuk diceritakan pada Si Kecil. Simak selengkapnya.

Kolose 3:13

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Berawal dari cerita dua orang rekan kerja sampai memulai bisnis bersama. Namun, karena tergiur keuntungan sesaat, salah satu pihak mengambil semua modal usaha dan kabur ke keluar kota. Walhasil, pihak kedua rugi besar dan harus berurusan dengan para konsumen yang menagih. Akhirnya, teman yang kabur kembali karena menyadari dosanya dan minta maaf. Kemudian kawan yang dirugikan itu nyatanya mau dengan tulus mengampuni kesalahan kawannya. Mereka pun berdamai.

Melalui cerita tersebut, tentunya mengajarkan bahwa mengampuni, memaafkan, berbelas kasih, memang enak diucapkan, namun tidak selalu mudah dilakukan. Sebagai manusia baru, tentunya berbagai karakter Allah harus dimiliki. Kalau Tuhan mau mengampuni segala dosa, tentu saja kita harus belajar mengampuni. Kalau Tuhan tidak menyimpan dendam, kita tidak menyimpan dendam. 

2 Raja-raja 2:15

Ketika rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat dia dari jauh, mereka berkata: "Roh Elia telah hinggap pada Elisa."

Kecelakaan mobil merenggut nyawa Lenny Robinson. Pria paruh baya dari Maryland itu dikenal sebagai Batman di kota asalnya. Pasalnya, ia sering melawat dan menghibur anak-anak yang sedang dirawat di rumah sakit dengan mengenakan kostum superhero itu. Sepuluh tahun kebiasaan itu dilakukannya dengan setia. Bagi anak-anak yang pernah dihiburnya, ia tak pernah mati. Selain karena Batman tak pernah mati, juga karena kebaikannya itu terlanjur melekat di hati mereka.

Kita bukan Batman, bukan pula superhero. Kita bisa dan akan mati. Namun, Tuhan menghendaki kita memberikan pengaruh positif yang membekas dalam hati sesama di seputar kehidupan kita.

Lukas 12:13

Kata-Nya lagi kepada mereka, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."

Meskipun tidak berakal budi, hewan punya naluri untuk menyelamatkan diri. Misalnya cicak dan kadal. Dalam keadaan terdesak, mereka akan memutuskan ekornya. Ketika perhatian pemangsa lengah akibat ekor yang putus, cicak dan kadal akan segera lari menyelamatkan diri. Jadi, jangan aneh jika melihat cicak atau kadal tanpa ekor. Itu berarti, mereka baru saja luput dari pemangsa. Tidak apa-apa. Setelah sekian lama, ekor yang baru akan tumbuh kembali.

Apa pun keadaan kita saat ini, baiklah kita bersikap rendah hati. Gantungkanlah hidup kita sepenuhnya hanya pada Tuhan. Jangan gantungkan hidup pada hal yang lain. Jangan tamak dan bermegah atas segala kekayaan. Ketahuilah, masih banyak hal lain, yang lebih berharga dari segala kekayaan. Kesehatan kita lebih berharga dari kekayaan. Hidup kita lebih berharga dari kekayaan. Dan di atas semuanya itu, Kristus lebih berharga dari segala kekayaan. 

Daniel 3:18

Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.

Pada umumnya, berhala merupakan patung-patung yang menyerupai bentuk apa pun (benda mati). Dalam kisah di Perjanjian Lama ini, bentuknya sebuah patung emas dengan tinggi 60 hasta (kira-kira 27 meter) dan lebar enam hasta.

Tapi sesungguhnya berhala itu berarti mementingkan sesuatu lebih besar daripada mengutamakan Tuhan. Bukan sekadar patung, tetapi sesuatu yang merintangi kita untuk datang pada Tuhan.

Dalam kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang diperintahkan Raja Nebukadnezar untuk menyembah sebuah patung emas itu, mereka tetap berpegang teguh kepada kebenaran dan tidak berkompromi. Berpegang teguh pada kebenaran berarti kita harus mengenal kebenaran itu. Dan bagaimana kita dapat mengenal kebenaran kalau kita tidak bersekutu dengan Tuhan? Karena apa yang menurut dunia itu benar, belum tentu benar menurut Alkitab. Sementara tidak berkompromi berarti jika 'iya' katakanlah 'iya' dan jika 'tidak' katakanlah 'tidak'.

Seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang memiliki prinsip untuk tidak menyembah berhala, kita pun kiranya dapat memiliki keteguhan hati yang serupa.

Yohanes 16:14

Ia akan memuliakan Aku, sebab ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari aku.

Tiga tahun murid-murid berjalan, bekerja, dan bercakap-cakap dengan Yesus. Mereka percaya kepada-Nya dan mengasihi-Nya. Kemudian pada suatu malam, Yesus menyampaikan berita yang mengejutkan. Dia akan segera mati. Para murid kecewa dan tawar hati. Tetapi, Yesus berkata bahwa Dia pergi kepada Bapa dan akan datang Penolong lain, yang akan tinggal bersama mereka selama-lamanya dan memberi mereka kuasa untuk bersaksi.

Penolong itu sudah datang, yaitu Roh Kudus. Dia tinggal dan berdiam dalam hati para pengikut-Nya. Hebatnya, Roh Kudus tinggal bersama mereka selama-lamanya dan ditawarkan kepada setiap pribadi. Roh Kudus datang untuk bersaksi tentang Kristus, menginsafkan akan dosa, menuntun pada segala kebenaran, memberikan keberanian, dan hikmat.

Melalui kuasa Roh Kudus, kehidupan Kristus, sifat-sifat-Nya, kuasa-Nya, dan kekuatan-Nya nyata melalui kehidupan seseorang. Setiap orang yang dikuasai Roh Kudus. Dengan kata lain, Kristus sendiri menyatakan kehidupan-Nya melalui kehidupan orang itu.

Orang yang dipimpin Roh Kudus pasti hidup mempermuliakan Kristus. Ya, Roh Kudus datang untuk mempermuliakan Kristus. Bersaksi tentang Dia dan menginsafkan dunia akan dosa serta memberitahukan penghakiman atas dunia. Roh Kudus akan memakai kita untuk tugas itu, jika kita mempersilakan Dia memimpin dan menguasai hidup kita. 

Kejadian 2:23a

Lalu berkatalah manusia itu, "Inilah dia...."

Ketika Adam menamai semua binatang, sebuah kesadaran yang kuat tumbuh di hatinya: dia ternyata sendirian, dan butuh teman hidup. Kesadaran itu memenuhi pikirannya. Sebab itu, ketika dia bangun dan menemukan Hawa di sisinya, dia berkata, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku." Ini dia teman hidupku!

Perkataan Adam "Inilah dia" bukanlah perkataan biasa. Itu adalah seruan penuh kegembiraan yang meluap dari hati Adam karena dia mengalami "momentum penemuan", titik ketika dia yakin telah menemukan hal penting yang dia dambakan. "Momentum penemuan" adalah pengalaman rohani ketika orang tiba pada titik di mana dia yakin telah menemukan jawaban dari Tuhan atas pencarian dan penantiannya.

Kalau begitu, "momentum penemuan" adalah hal yang amat penting, tidak hanya dalam soal jodoh, tetapi dalam semua hal penting dalam hidup. Sebelum memutuskan untuk menikahi seseorang, menentukan karier, menerjuni pelayanan, menjadi prajurit, menjadi abdi masyarakat, menjadi dokter atau perawat, dan hal-hal penting lainnya, kita perlu lebih dulu mengalami "momentum penemuan". Meski "momentum penemuan" itu tidak bisa dirancang apalagi dipaksakan, momentum itu tetap perlu. Mengapa demikian?

Karena hanya dengan mengalami "momentum penemuan", kita bisa menyakini pilihan kita, memiliki kemantapan dalam menjalani pilihan itu, punya semangat dalam menekuninya, tangguh dalam menghadapi tantangan, mencintai pilihan itu, dan menemukan serta memberikan kebahagiaan melaluinya. 

1 Samuel 2:1

Lalu Hana berdoa, "Hatiku bergembira dalam Tuhan, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh Tuhan; mulutku menertawai musuh-musuhku, sebab aku bersukacita atas pertolongan-Mu."

"Hatiku bergembira karena Tuhan," demikian nyanyian Hana. Hana bergembira karena mengalami pertolongan Allah. Pengalamannya sungguh menunjukkan betapa doa memiliki kuasa yang besar. Dalam Perjanjian Lama pun kerap ditunjukkan bagaimana orang-orang yang dalam kesesakan, mereka lari kepada Allah dalam doa.

Melalui doa, mereka mengutarakan pengalaman hidupnya kepada Allah. Itulah sesungguhnya nilai doa yang sejati, berkaitan langsung dengan situasi nyata yang dihadapi manusia.

Hana menyampaikan doanya dalam kesunyian hati. Saking sunyinya, mulutnya tak mampu lagi berucap, hatinyalah yang berkata-kata. Doa hati inilah yang nyatanya memiliki kekuatan yang besar. Tak jarang kita menjumpai orang-orang yang berdoa dengan kata-kata yang panjang dan indah, tetapi tanpa hati yang terarah kepada Allah.

Ada pula yang merasa kecewa karena doa yang belum terjawab. Kita lupa bahwa ketika kita boleh berbicara kepada Allah itu pun adalah suatu anugerah. Oleh sebab itu, doa menjadi bernilai bukan karena panjangnya atau indahnya kata-kata yang terucap atau bukan dinilai dari berapa banyaknya doa yang terkabul. Doa menjadi bernilai tatkala kita menjadikannya sebagai kesempatan mengutarakan isi hati kepada Allah. 

Matius 7:12

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah inti taurat dan Nabi-nabi.

Di depan pasar itu, beberapa laki-laki mengepung seorang pria kurus. "Copet kurang ajar!" bentak mereka. Seorang penjual kayu bakar baru saja tiba di pasar. Ia letakkan dagangannya, lalu berlari mendekat, dan menghajar pencopet malang itu. Untunglah datang pertolongan. Seorang lelaki tinggi kekar mendekat sambil berteriak mengguntur, "Hentikaaaan!!!" Semua mata menoleh ke pemilik suara, dan kebrutalan itu pun terhenti.

Peristiwa 55 tahun silam itu masih sering memantik tanya dalam hati. Mengapa orang bisa begitu kejam terhadap sesama? Apa yang dipikirkan penjual kayu bakar itu hingga ia tega menghajar si pencopet? Andai kata dia sendirilah si pencopet, dia pasti tak ingin diperlakukan seperti ia memperlakukan pencopet itu. Jadi, mengapa dia bersikap begitu? Ada hal amat penting yang hilang dari hati penjual kayu bakar itu: tepa salira.

Tuhan Yesus berpesan agar kita memiliki tepa salira, yakni menempatkan diri di tempat dan situasi sesama, dan memperlakukan sesama seperti memperlakukan diri sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Tuhan.

Memang, kita tidak boleh menoleransi kejahatan, apa pun wujudnya. Namun, itu bukan berarti bahwa kita boleh meninggalkan tepa salira kepada sesama, siapa pun mereka.

Pengkhotbah 3:16

Ada lagi yang ku lihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situ ada kejahatan, dan di tempat keadilan, di situ ada ketidakadilan.

Sudah dua hari An mogok sekolah. Sebelumnya, ia dituduh mengunci temannya di toilet. Ia sudah mengaku dengan jujur apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa saat ia melintasi toilet sekembalinya dari kantin, ia mendengar seseorang berteriak minta tolong.

Ia melihat pintu toilet terkunci dari luar, sehingga ia membukanya. Ia sangat kecewa ketika sang guru yang menangani kasus itu tetap menuduh, bahkan menghukumnya.

Sebagian orang berpendapat bahwa keadilan pada masa kini semakin menjadi barang langka. Sekalipun ada ukuran dalam perundang-undangan (hukum), tetapi pada praktiknya keadilan tak jarang dimanipulasi demi kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok.

Siapa memiliki uang, dialah yang menang. Siapa berkuasa, dialah yang dibela. Pengkhotbah turut menyatakan bahwa di tempat pengadilan pun terdapat ketidakadilan. Namun demikian, sang pengkhotbah merasa yakin bahwa masih ada satu tempat yang mampu memberikan keadilan.

Dialah Allah. Memang, di dunia ini kesempurnaan maksud Allah bisa saja tercemar oleh kefasikan dan ketidakadilan. Namun, Allah akan memberi upah kepada orang benar dan menghukum orang fasik tepat pada waktu-Nya.

Karena itu, sekalipun fakta kehidupan dunia menunjukkan ketimpangan keadilan, orang beriman tak boleh menjadi pesimis. Apalagi memilih bermain hakim sendiri atau berlaku semena-mena. Pastikan kita tidak kehilangan upah kebahagiaan pada saat hari penghakiman Allah dengan menjaga kesetiaan kepada-Nya! Bukan hidup di dunia, menjadi abu dan binasa dalam kesia-siaan.

2 Korintus 8:9

Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun ia kaya, oleh karena kamu ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Semakin lama seseorang mengikut Yesus, seharusnya kualitas kehidupan menjadi lebih baik karena hal-hal baik dalam pribadi Yesus akan menginspirasinya untuk melakukan hal yang serupa. Hari ini ketika kita membaca nas renungan mengenai pengorbanan Yesus, yang rela memberikan seluruh hidupnya, bahkan Ia rela menjadi miskin agar kita menjadi kaya dalam segala sesuatu, apakah hal pertama yang terlintas dalam benak kita?

Tentu saja maksud dari kebenaran firman itu tak hanya berbicara soal kekayaan secara materi. Jika itu yang dimaksud, tentu hari ini kita tidak lagi melihat seorang Kristen yang berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. Sudut pandang kita perlu diarahkan pada hidup kita "diperkaya" dalam berbagai macam hal: kaya dalam kasih, kemurahan hati, pengampunan, dan masih banyak lagi.

Allah menghendaki agar cara hidup yang serupa juga melekat dalam diri setiap orang percaya, yang tidak segan membagikan segala sesuatu yang baik kepada sesama, supaya kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Jika lantas kesediaan untuk meneladani cara hidup Yesus itu mengarah pada berbagai materi, dalam hal ini pun hendaknya kita melakukan dengan kerelaan, tanpa pernah takut mengalami kekurangan.

Setiap orang percaya yang bersedia meneladani cara hidup Yesus, baginya akan berlaku hukum tabur-tuai sehingga apa pun yang pernah ditaburkan, maka cepat atau lambat berkat Tuhan akan dituai pula. Bersediakah kita menempuh jalan hidup seperti itu?

Itulah 10 renungan harian untuk diceritakan ke anak dengan beragam tema yang menarik. Semoga bermanfaat untuk pengetahuan Si Kecil, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online