Jakarta -
Perempuan rentan mengalami gangguan makan, termasuk ibu hamil. Padahal gangguan makan ini merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kesehatan, baik fisik maupun mental. Berikut 3 kelompok usia perempuan yang rentan mengalami gangguan makan.
Melansir laman PMC, gangguan makan sering dianggap menyerang perempuan muda. Hanya sedikit penelitian gangguan makan di kalangan perempuan dewasa.
Gangguan makan dan masalah citra tubuh memang paling umum terjadi pada gadis remaja, tetapi prevalensinya pada orang dewasa hampir sama, terutama pada perempuan berusia 30-an, 40-an, dan 50-an.
Kelompok usia perempuan rentan alami gangguan makan
Maslaah gangguan makan tak hanya pada gadis remaja. Melansir TheConversation, kelompok usia perempuan yang rentan mengalami masalah citra tubuh dan gangguan makan dikenal dengan 3 P. Apa saja?
1. Remaja (puberty)
Pada tinjauan penelitian yang mengamati anak-anak berusia 6 tahun hingga remaja berusia 18 tahun, sekitar 30 persen anak perempuan dalam kelompok tersebut melaporkan pola makan yang tidak teratur, ketimbang anak laki-laki berjumlah 17 persen. Angka pola makan yang tidak teratur ini lebih tinggi seiring bertambahnya usia anak-anak.
Remaja perempuan merupakan kelompok yang paling rentan mengalami gangguan makan, seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorder. Faktor-faktor seperti tekanan sosial, citra tubuh, dan perubahan hormonal selama masa pubertas berkontribusi pada peningkatan risiko ini.
Media sosial sering memaparkan konten maupun iklan dengan standar kecantikan yang tidak realistis. Ini dapat membuat remaja merasa tidak puas dengan tubuhnya. Akibatnya remaja berusaha menurunkan berat badan dengan cara tidak sehat, seperti tidak mau makan atau olahraga berlebihan, yang lama-lama berkembang menjadi gangguan makan.
2. Kehamilan (pregnancy)
Ibu hamil termasuk yang rentan mengalami gangguan makan. Perubahan tubuh selama kehamilan dan tekanan untuk kembali ke bentuk tubuh pasca melahirkan dapat memicu gangguan makan.
Selama kehamilan, prevalensi gangguan makan diperkirakan sekitar 7,5 persen. Hampir 70 persen perempuan merasa tidak puas dengan berat badan serta bentuk tubuh pada periode pasca persalinan.
Perempuan yang memiliki riwayat gangguan makan sebelum hamil berisiko lebih tinggi untuk kambuh selama kehamilan.
3. Perimenopause
Sebanyak 73 persen perempuan paruh baya berusia 42-52 tahun diperkirakan merasa tidak puas dengan berat badannya. Namun, hanya sebagian dari perempuan ini yang akan mengalami transisi menopause pada saat penelitian ini dilakukan.
Prevalensi gangguan makan sekitar 3,5 persen pada perempuan di atas usia 40 tahun dan 1–2 persen pada pria pada tahap yang sama.
Berdasarkan laporan dari The Butterfly Foundation, tiga kelompok prevalensi tertinggi untuk masalah citra tubuh adalah gadis remaja berusia 15–17 (39,9%), perempuan berusia 55–64 (35,7 persen), dan perempuan berusia 35–44 (32,6 persen).
Dampak gangguan makan pada kesehatan
Gangguan makan tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga mental. Beberapa dampak serius yang dapat terjadi meliputi:
1. Gangguan nutrisi
Penderita gangguan makan kemungkinan besar menjalani pola makan yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi dasar. Padahal, tubuh membutuhkan berbagai vitamin, mineral, dan protein, serta hidrasi yang tepat. Jika tubuh tidak mendapatkan nutrisi penting, kualitas sperma dan sel telur mungkin lebih buruk.
Tubuh mungkin juga mengalami lebih banyak kesulitan dalam mensintesis hormon penting untuk reproduksi. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kesuburan.
Kekurangan nutrisi juga dapat menyebabkan anemia, osteoporosis, dan masalah kesehatan lainnya.
2. Masalah kesehatan mental
Orang dengan gangguan makan berisiko mengalami penyakit mental yang muncul bersamaan, yang paling sering meliputi depresi, kecemasan, dan gangguan penggunaan zat.
Orang dengan gangguan makan juga berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Sangat penting untuk mengobati kondisi yang muncul bersamaan sebagai bagian dari rencana perawatan.
Gangguan makan seringkali disertai dengan depresi, kecemasan, dan gangguan obsesif-kompulsif.
3. Komplikasi kehamilan
Pada ibu hamil, gangguan makan dapat meningkatkan risiko keguguran, persalinan prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Cara mencegah gangguan makan saat hamil
Tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan makan, tetapi Bunda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengembangkan kebiasaan makan yang sehat selama kehamilan.
Berikut beberapa cara mencegah dan mengatasi gangguan makan dikutip dari MayoClinic:
-
Pilih pola makan sehat yang kaya akan biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran.
-
Batasi garam, gula, alkohol, lemak jenuh, dan lemak trans.
-
Hindari diet ekstrem.
-
Jika Bunda ingin menurunkan berat badan, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan atau ahli gizi untuk membuat rencana yang sesuai dengan kebutuhan.
-
Jangan gunakan suplemen makanan, pencahar, atau produk herbal untuk menurunkan berat badan.
-
Lakukan aktivitas fisik yang cukup. Setiap minggu, lakukan setidaknya 150 menit aktivitas aerobik, seperti jalan cepat. Pilih aktivitas yang Anda sukai, sehingga Anda lebih mungkin melakukannya.
-
Cari bantuan untuk masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau masalah dengan harga diri dan citra tubuh.
-
Bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan jika Bunda memiliki kekhawatiran tentang perilaku makan. Mendapatkan perawatan sejak dini dapat mencegah masalah tersebut bertambah parah.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)