9 Kesalahan Orang Tua Penyebab Anak Manja Menurut Pakar

1 day ago 5

Anak manja bisa terjadi karena pola asuh yang salah. Sebagai orang tua, Bunda dan Ayah dapat mencegah hal-hal apa saja yang bisa menyebabkan anak tidak mandiri atau mungkin bersikap semaunya sendiri.

Definisi anak manja menurut pakar itu beragam, Bunda. Menurut Charles L. Thompson, PhD, profesor psikologi pendidikan dan konseling di Universitas Tennessee di Knoxville, AS, anak yang dimanja umumnya memiliki sindrom 'Saya ingin, saya ingin, saya ingin'. Filosofi hidupnya adalah 'Hidup tidak baik kecuali saya mendapatkan keinginan saya sendiri'.

Kemudian menurut direktur asosiasi, divisi pediatri perkembangan dan perilaku di Rumah Sakit Anak dan Pusat Penelitian di Oakland, California, Lane Tanner, MD, kata "manja" memiliki banyak arti berbeda dalam berbagai budaya. Bahkan terkadang, manja bisa menjadi pujian bagi sebagian orang dalam keluarga.

"Sering kali seorang kakek-nenek akan menggelengkan kepala sambil menyeringai, dan berkata 'Putriku sangat memanjakan bayi itu,' dan itu pujian," kata Tanner.

Sementara, menurut anggota komite American Academy of Pediatrics di bidang psikososial kesehatan anak dan keluarga, George Cohen, MD, apa yang dimanjakan oleh satu orang tua mungkin tidak bagi yang lain. 

"Banyak orang tua menganggap apa yang dilakukan anak mereka tidak apa-apa. Yang lain jauh lebih ketat," ujarnya, dikutip dari WebMD.

Apa pun definisi utama seseorang tentang manja. Dapat dikatakan, ada anak-anak yang membutuhkan sedikit lebih banyak disiplin. Mereka biasanya merasa sulit untuk berbagi, menunggu giliran, menghargai apa yang mereka miliki, dan menerima bahwa mereka tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Anak manja bukan karena dari lahir, Bunda, tapi terbentuk dari lingkungan terdekatnya. Tak terkecuali orang tua, ada beberapa kesalahan yang bisa menyebabkan anaknya manja. Berikut kesalahan-kesalahannya menurut pakar.

1. Mudah memberikan reward ke anak

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak jarang mereka pun mengorbankan diri mereka sendiri. Namun, melakukan 'segalanya' untuk anak-anak ternyata juga membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang manja, Bunda. Salah satunya mudah memberikan reward ke anak.

Anak melakukan hal kecil tapi dapat reward yang besar. Pakar pengasuhan anak, Kirsty Ketley mengingatkan apabila orang tua mudah memberikan reward atau imbalan pada anak. Anak akan tumbuh terbiasa dengan hal tersebut. Bahkan, bagian horornya adalah apabila anak sering diberi reward berupa uang. "Mereka seiring waktu akan mengharapkan imbalan finansial untuk setiap hal kecil yang telah ia lakukan," kata Ketley, dikutip dari Telegrafi.

2. Orang tua dianggap teman

Kita semua ingin memiliki hubungan yang baik dengan anak-anak kita, tetapi ada garis tipis yang tampaknya dilanggar oleh sebagian orang, menurut Ketley.

"Pada akhirnya, Anda adalah orang tua, Anda adalah orang yang menetapkan aturan dan batasan, dan anak-anak harus menghormatinya. Ini, jelasnya, tidak berarti Anda harus bersikap sangat ketat, tetapi konsisten," katanya.

Banyak orang tua yang sibuk merasa sulit untuk meluangkan waktu bersama anak-anak mereka. Beberapa orang tua merasa bersalah karena tidak dapat meluangkan waktu sebanyak yang mereka inginkan bersama anak-anak mereka. Dalam situasi seperti itu, mereka akan menggunakan cara lain yang sebagian besar bersifat materialistis untuk menebus waktu yang hilang.

Padahal, seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman dari orang tua.

3. Tak bisa kendalikan emosi

Jika memiliki anak, kita akan tahu betapa sulitnya menghadapi amukan. Menyerah dan memberikan apa yang diinginkan anak tidak selalu merupakan pilihan terbaik.

Anak-anak terkadang lebih pintar daripada orang dewasa dan akan segera menyadari bahwa menangis dan berteriak, terutama di depan umum, adalah cara tercepat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Hal terpenting, dan saya tahu ini sulit, adalah tetap tenang. Tarik napas dalam-dalam dan tetaplah setenang mungkin, karena Anda bisa lebih mengendalikan diri saat Anda tenang. Ini juga akan mengajarkan anak-anak mengenai cara mengendalikan emosi mereka. Beri tahu mereka bahwa Anda mengerti mengapa mereka frustrasi atau kesal. Namun, jangan pernah menyerah", ungkap Ketley.

4. Menjadi permisif

Menurut psikolog pendidikan dan pakar pengasuhan anak, Michele Borba, EdD, orang tua sering kali percaya bahwa kata “tidak” akan menurunkan harga diri anak, tetapi penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang terstruktur dan tidak terlalu permisif memiliki harga diri yang lebih tinggi dan merasa lebih berempati terhadap orang lain.

Saat Bunda mengatakan “tidak,” berikan alasan singkat untuk membantu mereka memahami alasannya. Misalnya, “Pekerjaan rumah harus dilakukan sebelum waktu bermain. Dengan begitu, kamu bisa bersenang-senang tanpa khawatir,” atau, “Tidak ada waktu bermain hari ini karena kamu batuk dan mungkin menular. Kita tidak ingin teman-temanmu sakit.”

5. Memberi pujian dengan tidak tepat

Memberi pujian terus-menerus bisa membuat anak manja, lho. Jika anak kecanduan pujian, cobalah memuji mereka saat mereka melakukan sesuatu atau dengan orang lain. Misalnya: “Kamu dan teman sekelasmu mengerjakan proyek sains dengan sangat baik,” atau, “Menyumbangkan mainan lamamu ke anak-anak panti asuhan adalah hal yang sangat bijaksana. Bunda suka kebaikan hatimu.”

"Ini menegaskan pentingnya kepedulian. Jadi, jangan cepat-cepat bertanya: “Berapa nilaimu di ulangan?” Sebaliknya, tanyakan: “Ceritakan satu hal baik yang kamu lakukan untuk seseorang hari ini.” kata Borba, dikutip dari CNBC.

6. Tidak menanamkan rasa syukur pada anak

Mempraktikkan rasa syukur membantu anak-anak merasa lebih bahagia, mengatasi kesulitan dengan lebih baik, dan meningkatkan kepuasan hidup mereka. Ajarkan cara bersyukur secara teratur dengan anak-anak. Misalnya, anak-anak yang lebih kecil dapat menggambar hal-hal yang mereka syukuri, dan anak-anak yang lebih besar dapat menulis rasa syukur mereka di buku harian.

7. Tidak mengajarkan kesabaran dan kegigihan

Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan untuk bersabar, berhenti sejenak, menunggu, dan menunda sangat berkorelasi dengan kesuksesan akademis dan finansial di masa depan. Hal kecil yang dapat orang tua lakukan, misalnya jika kita sedang menelepon dan anak menginginkan perhatian kita, kita bisa beri isyarat: “Nanti ya!” Bisa juga ketika anak menginginkan jajanan itu sekarang tetapi lupa membawa uang sakunya, katakan padanya: “Lain kali ya!”

8. Tidak peka pada setiap tindakan anak

Setiap kali anak melakukan sesuatu yang sedikit tidak sopan, bantu mereka mempertimbangkan perasaan orang lain: "Bagaimana menurutmu perasaan temanmu saat kamu mengambil permen dari tangannya tanpa bertanya?"

Lalu tanyakan, "Apa yang dapat kamu lakukan untuk menghindari perasaan sakit hati itu lain kali?" Pertanyaan yang tepat dapat membantu anak-anak belajar berempati dan menyadari bagaimana tindakan manja mereka memengaruhi orang lain.

9. Fokus pada menerima, bukan memberi

Menurut Borba, dalam hal menerima, tetapkan batasan pada barang-barang material dan patuhi batasan tersebut. Ajari anak cara menerima hadiah dengan melatih tanggapan yang sopan sebelum acara: "Terima kasih. Aku sangat menghargainya."

Demikian ulasan mengenai kesalahan orang tua yang dapat menyebabkan anak menjadi manja. Salah satunya memberikan pujian yang berlebihan. Hindari hal tersebut, dan mulai disiplinkan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online