Alasan di Balik Tren Maternity Shoot Kalangan Gen Z yang Tidak Hamil

3 months ago 50

Jakarta -

Tren maternity shoot di kalangan gen Z yang tidak hamil tengah viral di Cina. Hal ini lantas memicu perdebatan bahkan kritik dari berbagai pihak. Tren ini dianggap bisa menimbulkan ekspektasi yang tidak realistis, Bunda.

Dilansir South China Morning Post, para perempuan yang mengikuti tren ini menggunakan perut palsu (fake belly) untuk mengambil foto 'kehamilan'. Tren ini ternyata dilakukan untuk mengabadikan momen penting saat mereka belum hamil dan berada di masa 'kejayaan' atau saat cantik-cantiknya.

Maternity shoot viral ini pertama kali menjadi sorotan nasional setelah sebuah video diunggah secara daring oleh seorang influencer Generasi Z, Meizi Gege. Ia adalah perempuan asal provinsi Hunan yang memiliki lebih dari 5,7 juta pengikut di platform media sosialnya.

"Saat saya masih langsing, saya mengenakan perut palsu untuk mengambil foto kehamilan dan menikmati hidup sebelum kejadian (hamil sebenarnya). Saya bahkan melakukannya dengan sahabat saya!" kata influencer tersebut.

Pada tanggal 13 Oktober, Meizi Gege membagikan foto-foto dari maternity shoot yang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang tampak ramping dan penampilan awet muda. Sementara dalam yang diunggah, Meizi Gege tampak sedang dibantu beberapa orang saat mengenakan aksesoris dan perut palsu. Tak lama setelah itu, ia dengan bangga memamerkan bentuk tubuhnya.

Unggahan Meizi Gege menimbulkan beragam reaksi dari netizen. Beberapa di antaranya ikut terpengaruh dan ingin melakukan hal yang sama, Bunda.

"Saya telah mempelajari sesuatu yang baru. Saya akan membeli perut palsu dan mengambil foto kehamilan saat saya masih dalam kondisi paling ramping!" kata seorang perempuan.

Sementara seorang netizen berusia 26 tahun mengatakan bahwa ia telah mengambil maternity shoot pada usia 23 tahun, meskipun ia belum menikah. Netizen lain juga mengklaim bahwa ia telah melakukan hal serupa namun berbeda konteks. Netizen ini mengambil foto pernikahan pada usia 22 tahun untuk berjaga-jaga bila ia memiliki kerutan pada usia 30 tahun.

Melakukan maternity shoot saat tidak hamil bukanlah sesuatu yang sulit. Ya, Bunda hanya perlu menyiapkan perut palsu sesuai ukuran untuk tahap kehamilan. Perut palsu ini banyak dijual di toko daring.

Ilustrasi Maternity ShootIlustrasi Maternity Shoot/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Kontroversi dan kritik dari beberapa kalangan

Popularitas maternity shoot dilirik lantaran didorong oleh keinginan perempuan yang ingin memastikan bahwa mereka memiliki foto kehamilan yang indah, terlepas dari perubahan tubuh di kemudian hari.

Meski dipandang sebagai sesuatu yang tak merugikan, tren ini nyatanya tetap mendapatkan kritik, Bunda. Publik khawatir kalau maternity shoot ini dapat menciptakan standar kecantikan baru, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecemasan tentang citra tubuh di kalangan ibu baru.

Foto maternity shoot ini sering kali menunjukkan bahwa perempuan harus mempertahankan bentuk tubuh yang muda dan ramping selama kehamilan. Hal tersebut tentu saja berbanding terbalik dan dianggap tidak realistis oleh para kritikus.

Selain kritik, ada pula netizen yang menganggap tren ini sebagai candaan. Mereka merasa ide ini juga dapat diterapkan di beberapa kondisi.

"Saya akan mengambil foto ulang tahun ke-70 saya sekarang dan kemudian mengunggahnya di media sosial nanti. Itu akan membuat saya terlihat sangat muda!" tulis seorang netizen.

"Saya akan mencari waktu untuk mengatur foto pemakaman saya sebelum saya meninggal," timpal yang lain melontarkan candaan.

"Saya harus mengambil lebih banyak foto saat saya masih muda, sehingga saya dapat menggunakannya untuk kencan daring saat saya dewasa," ungkap yang lain.

Meski tren maternity shoot ini viral, nyatanya angka kelahiran di Cina menurun. Fakta mengungkap bahwa negara ini terus mengalami tren angka pernikahan yang rendah dan penurunan angka kelahiran.

Dilansir laman News Week, Cina mengakhiri kebijakan satu anak pada tahun 2016, dengan meningkatkan batasan menjadi dua anak, kemudian menjadi tiga anak di tahun 2021. Namun, langkah tersebut belum membuahkan hasil manis.

Pada tahun 2023, jumlah kelahiran yang diharapkan per perempuan mengalami penurunan lagi, yakni jauh di bawah 2,1 yang dibutuhkan untuk menopang populasi 1,4 miliar. Sementara itu, jumlah pernikahan yang terdaftar hanya ada 4,57 juta pada kuartal ketiga tahun 2023. Sementara itu, dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, ada 4,75 juta pasangan yang mendaftarkan pernikahan.

Menurut pakar, menjalani kehamilan dan memiliki anak adalah hal yang sulit bagi kaum muda. Kebijakan satu anak selama puluhan tahun dan ekonomi yang melambat menjadi faktor di balik keputusan generasi muda untuk menunda berkeluarga atau memilih tidak punya anak sama sekali.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online