Anak yang Lahir dari Bunda Religius Cenderung Lebih Memendam Masalah, Kok Bisa? Ini Kata Studi

5 hours ago 2

Jakarta -

Dalam banyak budaya, seorang Bunda yang religius sering dianggap sebagai sosok panutan dalam hal moral maupun spiritual keluarga. Bunda tersebut dinilai dapat membesarkan anak-anaknya dengan nilai-nilai agama yang kuat, mengajarkan pentingnya kesabaran, pengorbanan, serta kepatuhan.

Meski begitu, ada sisi lain dari pola asuh ini yang muncul tanpa Bunda sadari. Anak yang dibesarkan oleh Bunda religius disebut cenderung lebih tertutup.

Tidak hanya itu, Si Kecil mungkin juga enggan mengungkapkan perasaan mereka. Dengan begitu, anak akan memendam masalah yang sedang mereka hadapi.

Studi Bunda religius buat anak lebih memendam masalah

Dilansir dari laman Psypost, beberapa penelitian telah melaporkan adanya hubungan antara religiusitas orang tua dan masalah internalisasi pada anak-anak. Misalnya seperti perkembangan kecemasan atau depresi.

Penelitian lain telah melaporkan hubungan dengan masalah eksternalisasi, Bunda. Sementara itu, beberapa penelitian lainnya tidak menemukan hubungan sama sekali.

Penulis studi, Isaac Halstead dan rekan-rekannya, mencatat bahwa kesimpulan dari banyak penelitian ini dibatasi oleh fakta bahwa penelitian dilakukan pada kelompok individu yang kecil. Untuk memperbaiki situasi ini, para peneliti memutuskan untuk menganalisis data dari Avon Longitudinal Study of Parents and Children (ALSPAC) dengan tujuan untuk mengkaji hubungan antara religiusitas Bunda dan berbagai hasil kesehatan mental anak saat usia tujuh sampai delapan tahun.

Studi ini dilakukan untuk memahami bagaimana faktor genetik dan lingkungan memengaruhi kesehatan dan perkembangan pada orang tua dan anak. Para pesertanya adalah Bunda hamil yang tinggal di daerah tertentu di Inggris Barat Daya dan diperkirakan melahirkan antara April 1991 dan Desember 1992.

Sekitar 14.000 orang tua dan anak-anak dilibatkan dalam penelitian ini dan mereka diikuti selama 30 tahun berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan penilaian tentang berbagai faktor seperti demografi, fisiologi, aspek sosial, serta psikologi.

Para peneliti menganalisis data tentang religiusitas, kesehatan mental anak-anak pada usia tujuh tahun, dan hasil psikososial. Para Bunda dikategorikan menjadi empat kelompok, yakni sangat religius, cukup religius, agnostik, dan ateis.

Hasil psikososialnya juga dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, termasuk bullying, kompetensi sekolah, harga diri, kebahagiaan bersama teman, hingga perilaku antisosial.

Hasil penelitian

Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak dari Bunda yang sangat religius memiliki risiko lebih tinggi mengalami attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD), depresi, obsessive-compulsive disorder, dan oppositional defiant disorder, dibandingkan dengan anak-anak dari Bunda agnostik.

Anak-anak dari Bunda yang cukup religius memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan perkembangan oposisi. 

Ketika melihat hasil psikososial, anak-anak dari Bunda yang sangat religius memiliki risiko lebih tinggi berperilaku anti-sosial, diintimidasi, dan kemungkinan lebih rendah menjadi pelaku intimidasi.

"Studi saat ini menemukan bahwa keyakinan agama Bunda dikaitkan dengan berbagai kesehatan mental dan hasil psikososial pada anak mereka di usia tujuh sampai 8 tahun. Dibandingkan dengan anak-anak dari Bunda agnostik, anak-anak dari orang tua yang sangat religius dan cukup religius lebih besar mengalami gejala internalisasi," begitu kesimpulan para peneliti, yakni Isaac Halstead, Jon Heron, Connie Svob, dan Carol Joinson.

"Dan anak-anak dari orang tua ateis berisiko lebih besar mengalami gejala eksternalisasi. Namun, tidak ada pola hasil yang jelas untuk hasil psikososial," lanjut para peneliti.

Meskipun penelitian dengan judul 'Examining the Role of Maternal Religiosity in Offspring Mental Health Using Latent Class Analysis in a UK Prospective Cohort Study' ini memberikan wawasan berharga tentang hubungan antara religiusitas orang tua dan kesehatan mental anak-anak, penelitian ini juga memiliki keterbatasan, Bunda. Banyak peserta keluar dari penelitian antara pengumpulan data awal dan akhir.

Dampak positif Bunda religius dalam mendidik anak

Selain menimbulkan dampak di atas, anak-anak yang diasuh Bunda dengan kehidupan religius tinggi juga memiliki banyak sisi positif untuk perkembangan psikologisnya. 

Dikutip dari laman The Public Discourse, selama dua dekade terakhir, studi American Families of Faith telah mempelajari alasan keterlibatan orang tua religius dalam keluarga. Hasilnya disebutkan bahwa pola perilaku ini dalam hubungan keluarga yang berbasis agama membantu menumbuhkan interaksi yang sehat.

Baik anak maupun orang tua yang diwawancarai dalam studi ini menekankan bahwa sangat penting bagi orang tua untuk menjadi teladan yang jujur tentang apa yang mereka yakini. Banyak orang tua religius yang menekankan sikap jujur sangat dibutuhkan.

Tidak hanya itu, para orang tua juga menyebut bahwa mereka memiliki kualitas hubungan antara orang tua dan anak yang baik. Bahkan, ibadah menjadi salah satu bentuk kehangatan dan cinta.

Dalam studi ini, para orang tua mengatakan mereka telah menemukan pentingnya keseimbangan antara keteguhan agama dengan fleksibilitas agama dalam mengasuh anak. Mereka belajar menghindari kekakuan agama yang tidak sehat dalam hubungan mereka dengan anak-anak, sehingga orang tua memiliki hubungan yang lebih positif dengan anak-anak.

Penelitian juga menunjukkan bahwa keseimbangan antara pentingnya agama dan keluarga terjadi ketika mereka melakukan doa bersama secara teratur. Kegiatan ini juga menjadi ruang untuk dukungan sosial serta spiritual anak.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online