Jakarta -
Bunda pernah dengar istilah newborn bubble? Istilah ini sering dikaitkan dengan kehidupan orang tua yang baru dikaruniai seorang anak.
Newborn bubble juga mengacu pada masa kelahiran awal bayi. Lantas, apa makna dari newborn bubble?
Apa itu newborn bubble?
Dilansir Family Friendly, newborn bubble adalah periode waktu setelah melahirkan ketika Bunda dan Ayah hanya fokus dan peduli pada bayi baru lahir. Di masa newborn bubble ini, Bunda menganggap apa pun di luar 'urusan anak' tidak menarik sama sekali.
Banyak dokter menyarankan orang tua baru untuk menciptakan newborn bubble. Di masa awal kelahiran bayi ini, orang tua diminta untuk menghabiskan waktu bersama keluarga inti di rumah dan membatasi jumlah kunjungan yang berisiko membuat Si Kecil terpapar sakit.
"(Newborn bubble) Adalah ide yang baik untuk menjaga bayi baru lahir tetap terisolasi dari potensi virus apa pun setidaknya selama 28 hari, hingga sistem kekebalan tubuhnya menjadi lebih kuat," kata dokter anak di Fountain Valley, California, Gina Posner, M.D., dikutip dari What to Expect.
Tantangan menciptakan newborn bubble
Menciptakan newborn bubble tak selalu mudah, Bunda. Tidak semua orang akan antusias dengan keputusan ini.
Keluarga dan kerabat terdekat, seperti kakek dan nenek atau paman dan bibi, mungkin tidak akan setuju dengan newborn bubble karena mereka ingin dekat dengan bayi yang baru lahir. Tak hanya itu, merawat bayi yang baru lahir tanpa bantuan dari satu atau dua orang juga bisa sangat melelahkan secara fisik dan emosional.
Tapi lagi-lagi, menciptakan lingkungan yang aman bagi bayi yang baru lahir adalah keputusan pribadi. Jadi, tidak ada cara yang benar atau salah untuk melakukannya ya.
"Hal pertama yang perlu dilakukan adalah berbicara dengan pasangan tentang siapa yang dapat datang berkunjung dan siapa yang harus menunggu hingga bayi lebih besar atau idealnya saat Si Kecil berusia setidaknya satu bulan," ujar Posner.
Beberapa orang tua mungkin juga ingin membatasi pengunjung hanya pada orang dewasa yang sehat saja. Bila memungkinkan, prang-orang yang baru saja sakit dan anak-anak kecil dari tempat penitipan anak atau sekolah sebaiknya menjauhi bayi yang baru lahir.
"Orang tua hanya ingin orang-orang yang berkunjung itu merasa 100 persen sehat," ungkap Posner.
Tips menciptakan newborn bubble usai melahirkan
Bayi Baru Lahir/ Foto: iStock
Ada beberapa tips yang dapat Bunda lakukan untuk menciptakan newborn bubble agar bisa fokus mengurus anak. Berikut 3 tipsnya:
1. Komunikasikan batasan dengan teman dan keluarga
Setelah menetapkan batasan yang membuat diri nyaman, Bunda dan Ayah perlu menyampaikan ekspektasi tersebut kepada orang-orang terdekat. Ingatlah bahwa Bunda memiliki hak untuk menetapkan batasan tentang siapa yang boleh melihat Si Kecil dan dalam kondisi apa pun itu.
"Prioritasnya adalah kesehatan dan keselamatan bayi kita, bukan perasaan mereka," kata seorang Bunda yang menerapkan newborn bubble.
"Saya tahu kedengarannya kasar, tetapi siapa lagi yang bertanggung jawab untuk mengadvokasi anak kita?" sambungnya.
Saat menetapkan aturan, bersikaplah hormat tetapi tegas. Keinginan kita saja sudah cukup, tetapi kita juga dapat memberi tahu keluarga atau teman bahwa kita hanya mengikuti petunjuk dari dokter.
"Kami sepakat bahwa jika ada penolakan, orang-orang tersebut dapat pulang dan tidak perlu berkunjung," ujar Bunda tadi.
2. Memiliki protokol kunjungan
Bila Bunda dan Ayah mengizinkan teman dan kerabat untuk datang menjenguk anak, maka buatlah protokol kunjungan. Misalnya, Bunda dapat meminta pengunjung untuk menggunakan masker atau mencuci tangan sebelum menyentuh bayi.
"Ketahuilah bahwa sangat wajar untuk meminta pengunjung mengenakan masker wajah di sekitar bayi baru lahir," ungkap Posner.
Bunda juga perlu mempertimbangkan larangan mencium bayi. Bahkan bila pengunjung tersebut tidak sedang sakit, mereka dapat membawa virus herpes yang dapat berbahaya bagi bayi baru lahir.
Salah satu yang tak kalah penting adalah memastikan pengunjung mendapatkan vaksin terbaru, terutama vaksin Tdap, yang dapat melindungi dari tetanus, difteri, dan pertusis (batuk rejan). "(Bilang saja) Jika kamu menolak untuk mendapatkan vaksin Tdap, maka kamu tidak diizinkan berada di dekat bayi," kata Posner.
3. Membatasi Si Kakak untuk melakukan aktivitas di luar rumah
Bila memiliki lebih dari satu anak, maka Bunda perlu mempertimbangkan untuk membatasi aktivitas mereka di luar rumah. Misalnya, membatasi Si Kakak untuk pergi ke perpustakaan, tempat penitipan anak, atau latihan sepak bola. Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan kakak membawa pulang penyakit menular.
"Jika saudara kandung yang lebih tua pergi ke tempat penitipan anak atau prasekolah, maka pertimbangkan untuk menjaga mereka di rumah selama sekitar satu minggu sebelum bayi lahir, dan satu hingga empat minggu setelah bayi lahir," ujar Posner.
Jika Si Kakak tidak bisa membatasi aktivitasnya di luar rumah, maka Bunda perlu membatasinya untuk melakukan kontak fisik dengan sang adik. Cobalah untuk memberikan penjelasan tentang risiko penularan penyakit ke anak.
Demikian penjelasan terkait newborn bubble dan cara menciptakannya di masa awal kelahiran bayi. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)