Benarkah Bunda dengan Ekonomi Mapan Cenderung Lebih Sukses Menyusui?

3 months ago 49

Kondisi ekonomi yang baik disebut-sebut memengaruhi kesuksesan seseorang dalam menyusui anaknya. Artinya, benarkah Bunda dengan ekonomi mapan sedikit menghadapi hambatan dalam proses menyusui?

Laporan terkini dari Departemen Kesehatan Amerika bahwa pemberian ASI pada usia dini berbeda-beda berdasarkan lingkungan tempat tinggal, kemiskinan, dan ras.

Manfaat menyusui seperti diketahui telah terbukti bagus untuk menjaga kesehatan Si Kecil di masa depan. Berbagai masalah kesehatan seperti virus perut, penyakit pernapasan bawah, infeksi telinga, dan meningitis lebih jarang terjadi pada bayi yang disusui dan tidak terlalu parah jika terjadi pada bayi tersebut.

Selain itu, menyusui juga menurunkan risiko bayi terkena diabetes, obesitas, asma, dan penyakit kronis lainnya. Bagi ibu, menyusui dapat menurunkan risiko terkena kanker ovarium dan payudara, serta penyakit kardiovaskular, seperti dikutip dari laman Yourtango.

The American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya, dan dilanjutkan hingga usia satu tahun atau lebih, sesuai keinginan ibu dan bayi. Meskipun manfaat menyusui sangat banyak, para ibu banyak juga yang menghadapi tantangan berat untuk terus menyusui.

Laporan Departemen Kesehatan Amerika menemukan bahwa ibu di lingkungan yang ekonominya lebih mapan memiliki kemungkinan 1.6 kali lebih besar memberikan ASI secara eksklusif (hanya ASI, bukan susu formula) selama lima hari pertama kehidupan bayi daripada ibu di lingkungan yang lebih miskin. 

Laporan lain menemukan bahwa perempuan yang di rawat di rumah sakit dengan dana yang lebih baik cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayi lahir mereka. Dan sebaliknya, rumah sakit dengan kinerja terendah dalam hal pemberian ASI ialah rumah sakit yang terutama melayani masyarakat miskin.

Pada kasus rumah sakit yang merawat warga Amerika berpenghasilan rendah mengalami pemotongan anggaran, mereka terpaksa menghentikan banyak program pelatihan ibu pertama kali, yang mencakup pendidikan menyusui.

Rumah sakit ini biasanya kekurangan staf, kewalahan dokter dan perawat yang cenderung memberikan susu formula daripada meluangkan waktu untuk membantu mempersiapkan dan mengajari ibu baru cara menyusui. Hal ini membuat ibu-ibu miskin mencoba cara lain untuk menyusui.

Peningkatan pendanaan untuk program perawatan bersalin bagi rumah sakit yang melayani masyarakat miskin merupakan salah satu cara yang mungkin untuk mengurangi kesenjangan menyusui antara masyarakat kaya dan miskin. Tetapi, meskipun menyusui mungkin hal yang alami, hal itu tidak selalu mudah, juga tidak terjadi begitu saja.

Beberapa ibu punya alasan tersendiri untuk tidak mau menyusui dan memilih untuk tidak melakukannya. Setiap orang harus memiliki petunjuk menyusui yang tersedia bagi mereka, baik mereka dari golongan kaya atau tidak. 

ASI nutrisi terbaik untuk bayi sejak lahir

Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pemberian makanan bayi dan anak kecil, serta praktik pemberian makanan tradisional sangat penting untuk mendukung kesehatan yang baik, meningkatkan pertumbuhan anak, dan mengurangi angka kematian anak. 

ASI adalah  satu-satunya sumber nutrisi yang direkomendasikan oleh WHO untuk bayi baru lahir dan bayi hingga usia 6 bulan. Namun, menurut statistik WHO, hanya 1 dari 3 anak di seluruh dunia yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya, dan hanya 2 dari 5 yang langsung mendapatkan ASI pada jam pertama setelah lahir. 

Selain itu, WHO dan UNICEF merekomendasikan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI bersamaan dengan menyusui setelah enam bulan pertama kehidupan untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan pada masa kanak-kanak. 

ASI saja tidak cukup untuk memastikan pertumbuhan anak yang memadai setelah usia enam bulan. Kualitas dan kuantitas makanan yang rendah, serta pengenalan makanan padat yang terlambat ditemukan sebagai penyebab kekurangan gizi.

Seperti diketahui bahwa pola makan ibu memengaruhi pola makan bayi. Karenanya diusulkan adanya pendekatan ekologis untuk memahami pengaruh gizi ibu terhadap praktik pemberian ASI dan pemberian makanan bayi dengan menganalisis faktor kontekstual seperti keluarga, masyarakat dan sistem perawatan kesehatan seperti dikutip dari laman Ncbi.

Kemudian, yang lain memperluas fokus model ini untuk juga mencakup konteks masyarakat dan lingkungan yang berubah. Memang, pemberian makanan pada anak telah diamati pada populasi pribumi didorong oleh konteks sosial dan lingkungan, yang diidentifikasi sebagai hal penting dalam memahami praktik pemberian ASI dan pemberian makanan pada bayi. 

Misalnya, adanya perubahan dalam pilihan individu dan perilaku makanan di antara keluarga pribumi karena perubahan kondisi sosial-lingkungan, seperti budaya, aktivitas kerja, lingkungan alam, dan persediaan makanan tradisional. Dalam beberapa kasus, ibu mengganti makanan bayi tradisional dengan makanan kemasan selama periode pemberian makanan pendamping.

Nah, terlepas dari itu semua, sebenarnya pilihan ibu terhadap anaknya merupakan keputusan individual termasuk pilihan untuk menyusui. Sehingga, apa yang mereka putuskan dan berikan untuk Si Kecil merupakan pilihan terbaik dari para orang tua untuk anaknya. 

Keputusan menyusui anak sangat mungkin dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga, dimulai dari pemilihan rumah sakit yang pro ASI hingga kesempatan untuk belajar menyusui lebih banyak dibanding mereka yang harus segera bekerja usai melahirkan.

Tetap semangat mengASIhi ya, Bunda. Semoga informasinya membantu, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online