Jakarta -
Memperhatikan bayi baru lahir dari ujung kepala hingga ujung kaki menjadi tugas baru para orang tua. Tak terkecuali buang air besar (BAB) Si Kecil.
Tahukah Bunda, BAB bayi baru lahir termasuk hal yang diperhatikan selama observasi setelah kelahiran di rumah sakit? Bahkan, secara umum rumah sakit tidak memperbolehkan bayi pulang ke rumah jika ia belum mengeluarkan kotoran pertamanya yang dikenal dengan sebutan mekonium.
Ya, memahami kebiasaan BAB bayi, termasuk frekuensi, warna, dan konsistensinya, adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa Si Kecil sehat serta ternutrisi dengan baik.
Selain itu, bagi orang tua, warna kotoran bayi dapat mengejutkan kita. Bayi dapat menghasilkan warna-warna 'pelangi' pada kotorannya, tetapi biasanya hal ini tidak berarti ada masalah.
Untuk itu, yuk, ketahui apa saja perlu diperhatikan dari BAB bayi baru lahir termasuk frekuensi, warna, hingga tanda-tanda yang perlu diwaspadai.
Ketahui frekuensi BAB bayi baru lahir
Dalam 24 hingga 48 jam pertama setelah lahir, bayi baru lahir mengeluarkan zat yang disebut mekonium. Feses yang kental, berwarna hijau tua atau cokelat ini mengandung bahan yang telah ditelan bayi saat berada di dalam rahim.
Pada hari-hari berikutnya, bayi akan mulai buang air besar dan buang air kecil lebih teratur. Hingga sekitar usia 6 minggu, sebagian besar bayi buang air besar dua hingga lima kali sehari. Beberapa bayi buang air besar setelah setiap kali makan.
Antara usia 6 minggu dan 3 bulan, frekuensi buang air besar biasanya menurun. Banyak bayi buang air besar hanya sekali sehari dan beberapa lainnya buang air besar seminggu sekali. Hal ini biasanya bukan pertanda masalah, selama bayi mempertahankan berat badan yang sehat.
Dikutip dari Medical News Today, sebuah studi tahun 2012 menganalisis frekuensi buang air besar pada 600 bayi baru lahir di bawah usia 3 bulan. Pada minggu-minggu pertama kehidupan, bayi yang disusui dalam studi tersebut buang air besar rata-rata 3,65 kali per hari.
Pada usia 3 bulan, frekuensi rata-rata adalah 1,88 kali per hari. Bayi yang diberi susu formula BAB lebih jarang pada setiap tahap perkembangan.
Penyebab perubahan frekuensi dan konsistensi BAB bayi baru lahir
Buang air besar pertama bayi baru lahir atau mekonium merupakan campuran cairan ketuban, empedu, lendir, lanugo, sel-sel kulit, dan banyak lagi.
Pada bayi baru lahir, tinja mekonium bertahan selama 24 hingga 48 jam. Menyusui dapat membantu mekonium keluar dari tubuh bayi, karena ASI pertama, kolostrum, merupakan pencahar alami.
Bunda mungkin akan melihat perubahan pada tinja bayi baru lahir seiring pertumbuhannya. Bunda juga mungkin melihat perbedaan jika pola makan Si Kecil berubah.
Dikutip dari Healthline, misalnya, beralih dari ASI ke susu formula atau mengubah jenis susu formula yang diberikan kepada bayi dapat menyebabkan perubahan pada jumlah, konsistensi, dan warna feses.
Saat bayi mulai makan makanan padat, Bunda mungkin melihat potongan-potongan kecil makanan pada fesesnya. Perubahan pola makan ini juga dapat mengubah seberapa sering bayi BAB per hari. Hal yang perlu Bunda ingat, selalu bicarakan dengan dokter anak jika khawatir tentang perubahan pada feses bayi.
Warna BAB bayi baru lahir yang normal
Apa warna BAB bayi baru lahir yang normal? Simak penjelasan berikut ini agar Bunda tahu kapan harus segera konsultasi ke dokter.
Hijau kehitaman
Dilansir dari laman Parents, kotoran pertama bayi disebut mekonium. Warnanya hijau kehitaman dan sangat lengket, dan terbuat dari menelan lanugo (rambut yang menutupi tubuh bayi di dalam rahim), cairan ketuban, lendir, dan empedu. Kotoran berwarna hijau juga dapat disebabkan oleh faktor normal lainnya, dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan.
Hijau kecokelatan
Antara hari ketiga dan keenam kehidupan, mekonium hitam yang kental akan mulai berubah menjadi feses transisi yang lebih encer dan encer berwarna cokelat kehijauan atau kuning kehijauan. Feses transisi ini merupakan kombinasi mekonium dan fase feses berikutnya yang disebut feses susu.
Kuning
Bayi yang disusui biasanya memiliki feses berwarna kuning sawi. Konsistensi fesesnya mungkin juga seperti biji.
Bayi yang diberi susu formula cenderung mengeluarkan feses berwarna kekuningan atau cokelat kekuningan. Feses bayi yang warnanya berkisar dari kuning hingga jingga atau cokelat keemasan adalah hal yang umum dan normal.
Warna BAB bayi baru lahir yang perlu diwaspadai
Warna BAB bayi baru lahir yang seperti apa yang perlu Bunda waspadai? Berikut warna-warnanya yang perlu diperhatikan:
Merah
Warna merah dapat berasal dari pewarna makanan dan obat-obatan. Jika yakin bayi tidak menelan apa pun yang mengandung pewarna merah, maka mungkin warna merah tersebut merupakan bercak darah segar, yang dapat disebabkan oleh sembelit serta buang air besar yang kecil dan keras.
Sangat pucat atau putih
Jika bayi memiliki kotoran bayi berwarna putih atau abu-abu, segera konsultasi ke dokter ya, Bunda. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa hati mereka tidak memproduksi cukup empedu untuk memecah dan mencerna makanan mereka dengan baik.
Hitam
Kotoran bayi berwarna hitam dapat mengindikasikan pendarahan internal. Hubungi dokter untuk mencegah kemungkinan yang serius.
Tanda-tanda BAB bayi yang perlu diwaspadai
Jika bayi mengalami BAB, orang tua harus menghubungi dokter karena alasan berikut:
- BAB bayi berwarna putih (tanda bayi tidak memproduksi cukup empedu), hitam (tanda darah yang dicerna dari lambung atau usus halus), atau mengandung garis-garis merah (bisa berarti darah dari usus besar atau rektum)
- Bayi menjerit kesakitan atau berdarah saat BAB
- Terdapat lendir pada BAB bayi, yang bisa jadi merupakan tanda infeksi atau intoleransi
- BAB anak berubah drastis setelah memperkenalkan makanan baru (yang bisa jadi merupakan tanda alergi makanan)
- BAB anak masih sangat encer pada usia 1 tahun (jika anak mengalami diare lebih dari lima kali sehari, maka segera konsultasi ke dokter)
- Anak mengalami diare dan memiliki gejala dehidrasi
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)