Jakarta -
Bekerja saat sakit dapat berdampak tidak sehat bagi karyawan, produktivitas, dan perusahaan. Namun, sebagian pekerja justru memaksakan diri untuk masuk dan bekerja saat sakit karena faktor tertentu.
Menurut sebuah penelitian di University of East Anglia, tuntutan pekerjaan yang tinggi, stres, dan ketidakamanan pekerjaan merupakan beberapa alasan utama mengapa orang tetap bekerja saat mereka sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai penyebab utama karyawan tetap bekerja saat sakit, yang dikenal sebagai presenteeism, dan membantu para manajer agar lebih sadar akan hal yang semakin berkembang ini, apa yang memicu perilaku tersebut dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas karyawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab psikologis pekerja yang sakit tetap masuk
Temuan utama studi tersebut, yang diterbitkan di Journal of Occupational Health Psychology, adalah presenteeism tidak hanya berasal dari kesehatan yang buruk dan stres, tetapi juga dari motivasi yang meningkat, misalnya kepuasan kerja yang tinggi dan rasa komitmen yang kuat terhadap perusahaan.
Hal ini dapat memotivasi orang untuk berusaha lebih keras, menyebabkan mereka bekerja lebih intensif, bahkan saat sakit.
Dilansir dari laman University of East Anglia, salah satu kaitan signifikan dengan presenteeism adalah beratnya kebijakan perusahaan yang digunakan untuk memantau atau mengurangi ketidakhadiran pekerja, seperti titik pemicu yang ketat untuk tindakan disipliner, ketidakamanan pekerjaan, cuti sakit berbayar yang terbatas, atau sedikit hari cuti yang diizinkan tanpa surat keterangan dokter.
Penulis utama, Dr. Mariella Miraglia, dosen perilaku organisasi di Sekolah Bisnis Norwich UEA, berpendapat bahwa presenteeism dikaitkan dengan faktor pekerjaan dan pribadi, bukan hanya kondisi medis.
Tuntutan pekerjaan, seperti beban kerja, kekurangan staf, lembur, dan tekanan waktu, beserta kesulitan mencari pekerjaan, dan ada masalah finansial, ditemukan sebagai alasan utama mengapa seseorang tidak mengambil izin saat sakit.
Dampak buruk masuk kerja saat sakit
Presenteeism mengacu pada hilangnya produktivitas yang terjadi ketika karyawan tidak bisa bekerja sepenuhnya di kantor karena sakit, cedera, atau kondisi lainnya.
Meskipun karyawan tersebut bekerja secara fisik, mereka mungkin tidak dapat sepenuhnya fokus melaksanakan tugas karena kondisinya yang sedang sakit.
Dilansir dari laman Investopedia, presenteeism merugikan pengusaha. Sementara seorang karyawan berkontribusi dengan tetap datang bekerja meskipun sedang cedera, stres, atau sakit, presenteeism dapat merugikan pengusaha dalam beberapa cara berbeda.
Dampak yang paling jelas adalah kesenjangan produktivitas antara karyawan yang sedang berjuang sepanjang hari dibandingkan dengan saat karyawan tersebut sehat dan bahagia.
Selain itu, karyawan yang sedang berjuang dan stres lebih rentan melakukan kesalahan yang dapat merugikan perusahaan dibandingkan jika karyawan yang sama hanya absen.
Ada pula kemungkinan bahwa seorang karyawan dapat memperpanjang penyakit atau kondisinya dengan mencoba mengatasinya, daripada beristirahat di rumah. Hal ini memperpanjang periode waktu produktivitas yang menurun.
Jika ada karyawan yang sakit, tetapi tetap masuk kerja, ada kemungkinan penyakit tersebut akan menular ke pekerja lain sehingga menyebabkan peningkatan ketidakhadiran.
Bagaimana cara memperbaiki presenteeism?
Memperbaiki presenteeism melibatkan penciptaan budaya kerja yang mendukung kesehatan karyawan.
Ini dapat mencakup banyak inisiatif, seperti cuti sakit yang cukup, akses ke dukungan kesehatan mental, manajer yang mendorong pengambilan cuti sakit, penyediaan tunjangan kesehatan, dan kebijakan lain yang menegakkan kesejahteraan karyawan.
Nah, itulah penyebab seorang pekerja tetap masuk meski sedang sakit hingga beberapa hal tentang presenteeism yang dapat Bunda ketahui. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)