Jakarta -
Demam berdarah bisa menyerang siapa saja, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak sekalipun. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi virus yang menyebar dari nyamuk ke manusia. Penyakit ini lebih umum terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis.
Kebanyakan orang yang terkena demam berdarah tidak akan menunjukkan gejala. Namun bagi mereka yang mengalaminya, gejala yang paling umum adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri tubuh, mual, dan ruam. Kebanyakan akan membaik dalam 1–2 minggu.
Beberapa anak mengalami demam berdarah parah dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Demam berdarah diobati dengan obat pereda nyeri karena saat ini belum ada pengobatan khusus.
Pada kasus yang parah, demam berdarah bisa berakibat fatal. Bunda dapat menurunkan risiko anak terkena demam berdarah dengan menghindari gigitan nyamuk, terutama pada siang hari.
Lalu seperti apa penyebab DBD, gejala khas, hingga cara mengecek DBD pada anak dan bayi?
Penyebab DBD pada anak
Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue. Anak tidak dapat tertular demam berdarah karena berada di sekitar orang yang terinfeksi. Sebaliknya, demam berdarah menyebar melalui gigitan nyamuk.
Dilansir dari Mayo Clinic, dua jenis nyamuk yang paling sering menyebarkan virus dengue umum ditemukan di dalam dan di sekitar tempat tinggal manusia. Ketika nyamuk menggigit orang yang terinfeksi virus dengue, virus tersebut masuk ke dalam nyamuk. Kemudian, ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit orang lain, virus tersebut masuk ke aliran darah orang tersebut dan menyebabkan infeksi.
Setelah anak pulih dari demam dengue, anak memiliki kekebalan jangka panjang terhadap jenis virus yang menginfeksi anak, tetapi tidak terhadap tiga jenis virus demam dengue lainnya. Hal ini berarti anak dapat terinfeksi lagi di masa mendatang oleh salah satu dari tiga jenis virus lainnya.
Risiko anak terkena demam dengue parah meningkat jika anak terkena demam dengue untuk kedua, ketiga, atau keempat kalinya.
Fase Demam Berdarah pada Anak
Setelah masa inkubasi selama empat hingga 10 hari, DBD terjadi dalam tiga fase:
1. Fase pertama (Fase Febrile)
Fase pertama, anak mengalami demam tinggi (39 hingga 40 °C) yang berlangsung 2 hingga 7 hari. Sering kali disertai nyeri menyeluruh, ruam makulopapular, dan manifestasi hemoragik ringan.
2. Fase kedua (Fase Kritis)
Fase kritis (antara hari ketiga dan ketujuh): pada akhir fase demam, suhu menurun. Sebagian besar pasien akan mengalami demam berdarah tanpa tanda-tanda peringatan dan berlanjut ke fase pemulihan.
Pasien tertentu akan mengalami demam berdarah dengan tanda-tanda peringatan pada tahap ini. Pasien-pasien ini berisiko lebih tinggi mengalami demam berdarah parah.
3. Fase ketiga (Fase Pemulihan)
Fase pemulihan yaitu pasien membaik, tanda-tanda vital kembali normal. Ciri-ciri DBD sudah sembuh lainnya yaitu gejala gastrointestinal mereda dan nafsu makan kembali. Kadang-kadang, bradikardia, dan pruritus menyeluruh.
5 Gejala DBD pada Anak yang Harus Diwaspadai
Ada lima gejala khas pada anak yang harus diwaspadai. Berikut lima gejalanya seperti dikutip dari berbagai sumber:
Demam tinggi
Demam berdarah biasanya terjadi setelah masa inkubasi 4–10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Dikutip dari Ayo Sehat Kementerian Kesehatan RI, demam tinggi (40 °C) biasanya disertai dengan setidaknya dua dari gejala berikut: sakit kepala dan nyeri di belakang mata.
Sakit kepala parah
Sakit kepala pada pasien dengan demam berdarah digambarkan sebagai nyeri hebat di bagian depan dan belakang mata. Dalam penelitian, sakit kepala ditemukan pada lebih dari 95 persen pasien dengan infeksi demam berdarah.
Telah ditunjukkan bahwa sakit kepala dan nyeri di bagian belakang mata sama seringnya terjadi pada pasien dengan DBD, Bunda.
Nyeri di belakang mata
Nyeri di belakang mata, juga dikenal sebagai nyeri retro-orbital, merupakan gejala umum demam berdarah pada anak-anak, terutama selama fase pertama penyakit. Anak-anak juga mungkin mengalami kepekaan terhadap cahaya dan ketidaknyamanan mata, yang dapat diperburuk oleh gerakan mata.
Nyeri sendi, otot, atau tulang
Nyeri sendi, otot, atau tulang bisa menjadi pertanda DBD. Dilansir dari CDC, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini dapat menyebabkan nyeri tubuh yang sangat hebat sehingga terkadang disebut demam patah tulang. Namun dalam beberapa kasus, penyakit ini paling berbahaya setelah nyeri dan demam mereda.
Ruam
Ruam merah datar mungkin muncul di sebagian besar tubuh 2 hingga 5 hari setelah demam dimulai. Ruam kedua, yang tampak seperti campak, muncul di kemudian harinya.
5 Cara Mengecek DBD pada Anak dan Bayi
Ada beberapa cara untuk mengecek DBD pada anak dan bayi yang perlu Bunda ketahui. Hal yang perlu diingat, jangan ragu untuk bawa ke dokter jika Bunda sudah khawatir dengan gejala yang tampak.
1. Curiga ketika anak alami demam tinggi yang tiba-tiba
Kenapa harus dicurigai? Demam tinggi adalah fase pertama DBD, di mana demam berlangsung 2-7 hari. Bayi mengalami demam tinggi dan gejala lain seperti rewel karena nyeri sendi dan otot, ruam, muntah, dan diare.
Hanya sekitar 25 persen orang dewasa dan anak-anak yang terinfeksi demam berdarah akan mengalami gejala. Bagi mereka yang mengalami gejala, demam berdarah dapat menyebabkan banyak rasa sakit dan ketidaknyamanan.
2. Perhatikan gejala lainnya
Ciri-ciri DBD pada anak dapat meliputi sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah. Gejala lainnya bisa berupa pembengkakan kelenjar.
3. Munculnya bintik ruam di kulit
Ruam seperti campak sering muncul. Ruam ini bisa berupa bercak merah yang menyatu sehingga tampak seperti 'pulau-pulau putih di tengah lautan merah'.
Bintik-bintik merah kecil yang tidak hilang saat kulit ditekan juga bisa muncul. Pada demam berdarah yang tidak parah, demam akan mereda dan pasien pulih.
4. Anak rewel terus dan susah tidur
Anak-anak dan bayi yang terkena demam berdarah juga bisa menjadi lebih mudah rewel dari biasanya dan nafsu makan serta pola tidur mereka bisa berubah.
5. Bawa ke dokter dan periksa lab
Berdasarkan UNICEF, demam berdarah bisa terlihat sangat mirip dengan penyakit lain seperti chikungunya dan malaria. Lantaran banyak orang yang terkena demam berdarah tidak memiliki gejala atau gejalanya ringan, kasus-kasus tersebut juga sering salah didiagnosis sebagai penyakit lain.
Satu-satunya cara, pertolongan pertama, untuk mengetahui dengan pasti apakah anak terkena demam berdarah adalah melalui tes laboratorium.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)