Bunda Ini Alami Penyakit Langka karena Menyusui, Nyeri saat Bersin dan Kini Pakai Alat Bantu Jalan

1 day ago 7

Jakarta -

Menyusui seharusnya tidak memberikan dampak negatif bagi para ibu. Tetapi, ada satu kisah menyedihkan di luar sana di mana seorang Bunda alami penyakit tulang karena menyusui. Ia merasa sakit saat bersin dan kini pakai alat bantu jalan.

Sukses melewati persalinan dengan lancar dan melanjutkan peran ibu dengan mengASIhi bayi menjadi sebuah kebahagiaan yang tak tergambarkan dengan kata-kata. Dengan berbagai perintilannya yang menyibukkan sekaligus melelahkan, rasanya kebahagiaan begitu utuh dirasakan.

Sayangnya, kondisi tersebut justru tak dirasakan seorang perempuan berusia 35 tahun yang justru mengalami patah tulang, sebuah kasus yang jarang terjadi akibat menyusui. Kini, perempuan tersebut harus menggunakan alat bantu jalan dan bersin dengan rasa sakit terburuk dalam hidupnya.

Kisah berawal dari diagnosis osteoporosis

Ultima Espino tidak pernah membayangkan kondisi terburuk yang harus diterimanya saat harus mengurus anaknya. Ya, Espino ternyata mengalami beberapa patah tulang yang tidak dapat dijelaskan.

Kisah tersebut bermula saat ia didiagnonis menderita osteoporosis terkait kehamilan dan menyusui, suatu bentuk penyakit yang langka terjadi. Kurang lebih enam bulan setelah ia melahirkan putra keduanya, kondisi Ultima Espino tak memungkinkannya untuk berjalan normal. Ia pun harus menggunakan alat bantu saat ingin berjalan.

Espino mengingat nyeri pertama di punggungnya muncul tiga bulan pascapersalinan. Saat itu, ia mengangkat putranya yang berusia tiga tahun keluar dari mobil.

"Saya merasa otot saya tertarik begitu parah sehingga setiap jam setiap hari, nyeri itu bertambah parah," kata Espino seperti dikutip dari laman Business Insider.

Beberapa bulan kemudian, setelah ia berulang kali berupaya mengunjungi beberapa dokter, ia mengetahui bahwa ia sebenarnya mengalami patah tulang di bagian tulang belakangnya. Ini merupakan suatu sindrom langka yang dipicu oleh menyusui.

Mendengar diagnosa tersebut, Espino pun bingung. Ia mengingat bahwa dirinya sangat aktif selama kedua kehamilannya termasuk dengan menghadiri kelas Orangetheory. Ia bahkan sangat rajin berolahraga sepanjang kehamilan pertamanya. Hanya saja, ketubannya pecah saat ia berolahraga dan dia harus berhenti melakukannya selama kehamilan keduanya saat ia merasakan nyeri sendi tepatnya dua bulan sebelum tanggap persalinannya.

"Saya pikir ini karena kebanyakan perempuan tidak berolahraga selama kehamilan," katanya. Bersyukur, usai melahirkan, Espino merasa baik-baik saja sampai terjadilah insiden pada punggungnya tersebut.

Ia mengingat bahwa dalam beberapa bulan, nyeri yang dirasakannya justru menjadi sangat parah. Espino mau tak mau mulai menggunakan penyangga punggung yang direkomendasikan oleh interventional spine and pain management physician. Akhirnya, ketika dirinya kesulitan berjalan, suaminya menyarankan untuk membeli alat bantu jalan yang memudahkan Espino. 

Kondisi Espino yang langka tersebut memang cukup tragis dan menyedihkan. Kasus yang jarang terjadi itu ternyata disebabkan oleh osteoporosis, penyakit yang paling sering dikaitkan dengan perempuan pascamenopause.

Tiba-tiba rasakan nyeri luar biasa

Awalnya, Espino yang bekerja sebagai  senior director of sports partnerships di Orlando Health mengira kalau dirinya memiliki masalah umum dalam berolahraga dan pascapersalinan yang membuat otot intinya melemah. Ia pun membuat janji temu dengan terapis fisik dasar panggul.

Tak disangka, pada saat Espino bertemu dengan terapis, nyeri yang dirasakannya justru makin parah, Bunda. "Saya tidak bisa memakai celana tanpa menangis,"katanya. 

Terapis tersebut mengatakan kalau rasa sakitnya tersebut tak ada hubungannya dengan tubuhnya. Pihak terapis berkata 'Kamu seharusnya berada di tempat lain. Itu jelas bukan di sini' kata Espino mengenang saat itu.

Yang menyedihkan, rasa sakit tersebut kian bertambah selama berbulan-bulan tanpa adanya jawaban yang jelas. Bahkan Espino tidak lagi bisa membaringkan bayinya yang baru lahir tanpa terlebih dahulu meletakkan lengan bawahnya di kedua sisi ranjang bayi. Dia juga tidak bisa melakukannya dengan nyaman karena meratapi kesakitan yang luar biasa.

Sementara itu, aktivitasnya sebagai ibu terus dijalani. Dengan kondisinya yang terbatas, tentunya semua aktivitas jadi semakin menantang. Pernah suatu kali, ia harus memasang dan mengeluarkan kursi dari mobil. Ia mencoba melepaskannya dengan bayinya masih ada di dalam kursi tersebut. Saat itu, ia merasakan sakit luar biasa, dan kursi itu terjatuh. Seseorang kemudian berlari untuk menangkap car seat tersebut dengan tepat waktu.

Hari-hari yang semakin sulit dengan nyeri yang dirasakannya membuat Espino sadar bahwa ada masalah serius dari sekadar otot yang tertarik atau punggung yang terkilir. Sang suami semakin khawatir dengan kondisnya dan menyarankan dirinya untuk membeli alat bantu jalan untuk sementara waktu. Saat ia mencobanya, alat tersebut membantunya berjalan dari satu sudut rumah ke sudut lainnya tanpa merasa seperti ada yang patah.

Tetapi masalah sepertinya tidak berhenti sampai di sana, Bunda. Suatu hari saat dirinya bangun pagi, rasa sakit yang dirasakannya semakin banyak. Namun ia tetap membantu putra sulungnya berpakaian untuk pergi ke sekolah. Tiba-tiba, ia merasa akan bersin. 

"Seluruh tubuh saya tahu bahwa itu tidak akan berjalan baik,"katanya.

Dan, benar saja ketika dirinya bersih, rasa sakit itu sungguh luar biasa, Bunda. Rasanya seperti sakit paling parah yang ia rasakan dalam hidupnya. Bahkan, lebih dahsyat daripada sakit persalinan.

"Rasanya seperti tulang belakang saya ditarik terpisah,"katanya.

Espino kemudian dilarikan ke Orlando Health Jewel Orthopedic Institute dan menjalani MRI. Ia mengetahui kalau dirinya mengalami empat fraktur kompresi di tulang belakangnya.

Ia pun segera menjalani pengujian mulai dari analisis kalsium hingga USG. Pemindaian Dexa, yang mengukur massa otot dan tulang pun dilakukan. Hingga akhirnya merilis bahwa ia menderita osteoporosis meskipun masih belum jelas bagaimana atau alasan di baliknya.

Dr Christine Jablonski, salah satu dokter yang menangani Espino dan mengkhususkan diri dalam kesehatan tulang dan ortopedi di Orlando Health menduga bahwa Espino yang ibunya juga didiagnosis osteoporosis di usia muda oleh Jablonski, mungkin menderita osteoporosis langka yang berhubungan dengan laktasi.

Pada kedua kehamilannya, Espino memang mengalami produksi ASI yang berlebihan dan berimbas pada hilangnya kalsium lebih banyak. Ketika tubuh tidak dapat pulih dari produksi yang berlebihan, hal itu kemudian dapat mengakibatkan osteoporosis.

"Kasus ini tidak terlalu umum dan saya belum pernah melihatnya sebelumnya. Tetapi saya menduga inilah penyebab kondisi Ultima," kata Jablonski.

Saat menangani kasus tersebut, Jablonski kebetulan juga menghadiri Simposium tahunan tentang osteoporosis di Washington, DC. Ketika salah satu pembicara memberikan presentasi tentang osteoporosis terkait kehamilan dan laktasi, ia bergegas menemui pembicara dan menceritakan gejala yang dialami Espino. Ia mengonfirmasi bahwa gejalanya mirip dengan pregnancy and lactation-associated osteoporosis (PLO).

Dari situ, ia dapat menyimpulkan bahwa yang mungkin terjadi pada Espino secara genetik cenderung mengalami osteoporosis. Karena ia mengalami dua kehamilan yang berdekatan yakni pada usia 30 dan 33 dengan kondisi produksi ASI berlebihan, hal itu menciptakan badai yang sempurna untuk mengembangkan osteoporosis.

Mengasuh anak saat pemulihan

Sambil menjalani masa pemulihan, Espino diinstruksikan untuk berhenti menyusui putranya untuk meminimalisir kehilangan kalsiumnya lebih lanjut. Ini mungkin jadi aturan yang sulit untuk ditaati. Apalagi, putra pertamanya tidak menyusu dan ia sangat merasakan kedekatan melalui bonding saat menyusui putra keduanya. Tentunya ini jadi hal yang sulit diterima baginya.

Selain itu, Espino juga tidak dianjurkan hamil lagi karena hal tersebut dapat memperburuk kondisi osteoporosis yang dialaminya.

"Kami berencana untuk tidak lagi memiliki anak, tetapi ketika rasa sakitnya memuncak, kami diberi tahu bahwa kami mungkin tidak boleh mengandung bayi lagi dan harus berhenti menyusui. Itu sangat sulit," katanya.

Selama setahun terakhir, Espino terus menerima suntikan pertumbuhan tulang dan mengonsumsi suplemen kalsium. Dalam enam bulan pertama pengobatan, kepadatan tulangnya meningkat sebesar 15 persen dan salah satu fraktur kompresinya sembuh. Meskipun rasa sakitnya berkurang, ia tidak memiliki jadwal pasti kapan ia akan terbebas dari rasa sakit.

Namun, ia melihat sedikit peningkatan dalam kualitas hidupnya. Ia dapat menggendong anaknya yang berusia satu tahun dan menurunkannya di lantai untuk bermain dengan putranya yang berusia empat tahun.

Pada akhirnya, Espino sangat senang dengan hasil yang didapatkannya tersebut dan berharap lebih banyak ibu melakukan hal yang sama meskipun kondisinya sangat langka.

"Terutama sebagai ibu, kami benar-benar menerima semuanya dan berkata, 'kami tahu tahun-tahun ini akan sulit. Jika ibu tidak merawat dirinya sendiri, tidak ada orang lain yang bisa," tuturnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online