Ciri-ciri Orang Tua yang Akan Memiliki Hubungan Tidak Sehat dengan Anak Remajanya

2 days ago 7

Jakarta -

Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk sampai usia remaja. Namun dalam upaya mencapai hal tersebut, sering kali orang tua terjebak dalam pola asuh keliru, yang bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak. Seperti apa saja ciri-ciri orang tua yang akan memiliki hubungan tidak sehat dengan anak remajanya?

Dikutip dari Huffington Post, penting untuk orang tua pahami tentang istilah gradual release. Menurut Psikolog Meredith Sjoberg, ini adalah frasa yang digunakan para pakar dan psikolog untuk menggambarkan langkah-langkah kecil yang diambil orang tua dalam melepas dan menumbuhkan kemandirian anak-anak remaja. 

Namun seringnya yang terjadi justru penerapan helicopter parenting, di mana orang tua terlalu terlibat dalam setiap aspek kehidupan anak, termasuk keputusan-keputusan yang seharusnya bisa mereka ambil sendiri. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Banner Fokus Kisah Para Nabi

Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Youth, ditemukan bahwa pola asuh helikopter selama masa remaja dan dewasa awal dapat menghilangkan waktu belajar bagi anak.

"Padahal ini merupakan kesempatan penting bagi anak-anak untuk terlibat dalam perilaku dan masa transisi menuju kedewasaan," demikian kesimpulan para peneliti dalam studi tersebut.

Ciri-ciri pola asuh orang tua yang tak sehat pada anak remaja

Lalu seperti apa saja ciri-ciri pola asuh orang tua terhadap anak remaja, yang berpotensi memberikan dampak buruk di kemudian hari? Berikut tanda-tanda seperti dikutip dari berbagai sumber:

1. Selalu mengingatkan anak tentang tenggat waktu

Memasuki usia remaja, anak seharusnya mulai belajar untuk mengelola waktu dengan baik. Mereka bisa menggunakan alat bantu seperti agenda atau aplikasi kalender untuk mengingatkan tentang deadline atau tenggat waktu.

Orang tua yang terlalu sering mengingatkan anak tentang tenggat waktu sebenarnya justru menghalangi mereka untuk merasakan konsekuensi dari kesalahan. Hal ini berujung pada hambatan perkembangan kemandirian dan mengelola tanggung jawab. 

Meskipun terkadang orang tua merasa harus membantu, Psikolog Crystal Sandiford mengingatkan bahwa ini tak sepenuhnya diperlukan. 

"Anak yang terlihat kesulitan soal mengatur waktu di rumah, sering kali dapat menyelesaikan tugas tepat waktu di sekolah tanpa bantuan orang tua. Ini menunjukkan bahwa orang tua kadang-kadang terlalu terbiasa mengingatkan anak, sehingga menghalangi mereka untuk belajar dari pengalaman dan memperbaiki diri," ungkap Sandiford.

2. Berkomunikasi atas nama anak dengan guru

Biasanya orang tua ingin memastikan anak mendapatkan hasil terbaik di sekolah atau dalam interaksi sosial. Namun jika orang tua terlibat secara berlebihan dalam komunikasi dengan guru atau orang dewasa lainnya, ini justru membuat anak jadi ketergantungan dan tidak mandiri. 

Hal tersebut juga menunjukkan kurangnya kepercayaan orang tua pada kemampuan anak untuk mengambil keputusan sendiri. Anak-anak remaja seharusnya mulai belajar untuk mengelola urusan mereka sendiri dengan bimbingan yang minimal dari orang tua.

3. Segera menyelesaikan masalah anak

9 Cara Mengatasi Kenakalan Remaja dengan Bijak, Efektif, dan Tanpa KekerasanIlustrasi/Foto: Getty Images/1shot Production

Orang tua sering kali merasa khawatir dan cemas saat melihat anak terlibat dalam masalah. Terlebih jika setelah diamati, masalah tersebut bisa dengan mudah diselesaikan oleh orang tua. 

Dalam buku How to Raise an Adult, Julie Lythcott-Haims menceritakan tentang seorang mahasiswa yang menghubungi ibundanya untuk meminta bantuan karena tidak tahu bagaimana cara membawa kotak-kotak besar ke kamarnya di asrama. 

Alih-alih membiarkan anaknya mencari solusi, sang Bunda langsung menghubungi petugas asrama untuk mengurusnya.

Padahal jika ibundanya tersebut memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengatasi masalah itu sendiri, ia akan belajar keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah yang sangat penting dalam kehidupan dewasa kelak.

"Membiarkan anak menyelesaikan masalah secara mandiri justru membantu mereka menjadi lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan kehidupan," pesan Psikolog Meredith Sjoberg.

4. Terlalu ikut campur dalam tugas akademik anak

Pada usia yang lebih muda, misalnya di jenjang TK atau SD, wajar jika orang tua terlibat dalam membantu anak-anak dengan pekerjaan rumah atau memandu mereka dalam memilih kegiatan akademik. 

Namun saat anak sudah beranjak remaja, orang tua seharusnya mulai memberikan mereka lebih banyak kebebasan dalam membuat keputusan terkait pendidikan.

Bukannya langsung mencarikan solusi tentang topik atau tugas secara detail, orang tua dapat mengarahkan anak untuk mencari bantuan dari teman, guru, atau pusat bimbingan di sekolah.

Terlibat dalam pilihan akademik anak secara berlebihan, baik dalam memilih mata pelajaran atau topik tugas, bisa membuat anak merasa bahwa mereka tidak mampu membuat keputusan sendiri. 

5. Kurang mendisiplinkan anak sejak dini

Menurut Psikoterapis Sharron Frederick, anak-anak yang kurang atau tidak dibiasakan untuk disiplin rentan tumbuh dengan tidak memahami batasan.

"Anak-anak melihat dari orang tua untuk menentukan batasan-batasan yang ada dan konsekuensi yang dapat terjadi jika melanggar batasan-batasan tersebut," ungkap Frederick, seperti dikutip dari Healthline. 

Meskipun niat orang tua umumnya baik dalam membantu anak, keterlibatan yang berlebihan dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.

Dalam jangka panjang, hal ini bahkan dapat menghambat proses belajar anak untuk jadi individu tangguh dan siap menghadapi tantangan kehidupan dewasa. 

Jadi, pastikan Bunda memberikan ruang bagi anak remaja untuk membuat keputusan, belajar dari kesalahan, dan mengelola tanggung jawab sendiri. Dengan begitu, Bunda dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan mendukung perkembangan anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online