Jakarta -
Dukungan positif dari keluarga menjadi suntikan energi bagi ibu menyusui dalam menjalani perannya. Diketahui, cuti melahirkan untuk Ayah di AS terbukti mampu bantu Bunda menyusui bayi lebih lama.
Menurut survei terbaru yang dipimpin oleh Northwestern University dan Ann & Robert H. Lurie Children Hospital of Chicago bahwa Ayah yang mengambil cuti setelah kelahiran anak mereka cenderung melaporkan durasi menyusui yang lebih lama.
"Studi kami menunjukkan bahwa para Ayah memainkan peran penting dalam keberhasilan menyusui dan waktu istirahat memungkinkan mereka memberikan dukungan penting saat dibutuhkan," kata penulis utama studi Dr. John James Parker, asisten profesor pediatri dan kedokteran di Northwestern University Feinberg School of Medicine, dan dokter anak di Lurie Children and internist di Northwestern Medicine.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Temuan yang dipublikasikan pekan ini di BMC Public Health memberikan analisis pertama, menggunakan data yang dilaporkan oleh para Ayah, tentang pengaruh cuti Ayah terhadap pemberian ASI di AS.
Seperti diketahui bahwa pemberian ASI memberikan manfaat kesehatan yang penting bagi ibu dan bayi, tetapi tingkatnya di AS masih belum optimal. Hanya 46,5 persen bayi yang disusui secara eksklusif selama tiga bulan.
Dengan menggunakan data dari survei PRAMS for Dads, para ilmuwan menganalisis jawaban dari sampel representatif 240 Ayah yang bekerja di negara bagian Georgia.
Mereka menemukan bahwa Ayah yang mengambil cuti dua minggu atau lebih memiliki kemungkinan 31 persen lebih besar untuk melaporkan bahwa bayi mereka disusui pada usia delapan minggu dibandingkan dengan mereka yang mengambil cuti kurang dari dua minggu.
Di antara keluarga yang mulai menyusui, keluarga dengan Ayah mengambil cuti setidaknya dua minggu memiliki tingkat kelanjutan menyusui 25 persen lebih tinggi pada usia delapan minggu dibandingkan keluarga yang Ayah mengambil cuti lebih sedikit. Hal ini berlaku bahkan setelah disesuaikan dengan karakteristik Ayah, ibu, dan bayi seperti dikutip dari laman News.northwestern.
“Ayah dapat mendukung pemberian ASI dengan melakukan perawatan bayi secara langsung seperti mengganti popok, menyendawakan, mengayun, dan memberikan ASI perah sekaligus memastikan ibu mendapatkan nutrisi, hidrasi, dan istirahat yang mereka butuhkan untuk pulih,” kata Parker. “Semua kegiatan yang mendukung ayah ini lebih mudah dilakukan ketika ayah memiliki cuti yang lebih banyak.”
Studi ini juga menemukan kesenjangan dalam akses cuti berbayar, dengan Ayah kulit putih lebih mungkin menerima cuti berbayar daripada Ayah dari kelompok ras dan etnis lain. Secara total, 73 persen Ayah yang bekerja dalam sampel melaporkan mengambil cuti, dengan sedikit lebih dari 50 persen menerima cuti berbayar. Ayah yang mengambil cuti berbayar lebih mungkin mengambil cuti setidaknya dua minggu.
Penulis utama studi Dr. John James Parker, seorang ayah tiga anak, mengatakan pengalamannya sendiri seputar kelahiran anak-anaknya menginspirasi penelitiannya.
Tidak seorang pun berbicara tentang melibatkan Ayah. Parker, seorang Ayah tiga anak, mengatakan pengalamannya sendiri seputar kelahiran anak-anaknya menginspirasi penelitiannya. “Ketika saya menjadi seorang Ayah, saya menyadari betapa absennya Ayah dari percakapan,” katanya.
Dalam pelatihan medis sendiri, tidak seorang pun berbicara tentang melibatkan Ayah atau mengapa itu penting. Titik balik datang ketika dokter anak memberinya kiat-kiat untuk mendukung istrinya dalam menyusui. “Itu membuat saya merasa menjadi bagian dari tim,” katanya. “Sekarang, saya melakukan hal yang sama untuk para Ayah yang bekerja dengan saya.”
Menilik praktik cuti Ayah di AS
AS tertinggal dari negara-negara berpendapatan tinggi lainnya dalam menyediakan cuti orang tua berbayar. Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan hanya 13 persen pemberi kerja yang menawarkan cuti ayah berbayar kepada semua karyawan laki-laki mereka, dan sebagian besar ayah yang mendapatkan cuti berbayar hanya mengambil cuti selama satu minggu atau kurang.
Tiga belas negara bagian di AS dan Washington, D.C., telah mengesahkan undang-undang cuti keluarga berbayar, meskipun hanya sembilan negara bagian yang telah menerapkannya sepenuhnya.
“Kesenjangan ini menyoroti tantangan bagi keluarga dan menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut,” kata Parker.
“Kami berharap studi kami membantu para pembuat kebijakan dan bagaimana hal itu memengaruhi kesehatan keluarga,"tambahnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)