Hindari Berhubungan Intim di Usia Kehamilan Ini, Bisa Sebabkan Ketuban Pecah Dini

1 month ago 24

Berhubungan intim atau seks adalah bagian alami dan normal dari kehamilan. Dengan catatan, jika ibu hamil mengalami kehamilan yang normal. Gerakan penetrasi dan hubungan seksual tidak akan membahayakan bayi, yang dilindungi oleh cairan air ketuban dan dinding otot rahim. 

Sementara, kontraksi orgasme tidak sama dengan kontraksi persalinan. Namun, sebagai tindakan pencegahan umum, beberapa dokter menyarankan untuk menghindari seks pada minggu-minggu terakhir kehamilan, karena percaya bahwa hormon dalam air mani yang disebut prostaglandin dapat merangsang kontraksi.

Satu pengecualian mungkin berlaku bagi ibu hamil yang sudah melewati batas waktu dan ingin menginduksi persalinan. Dalam kondisi ini, bisanya hubungan seks diperbolehkan oleh dokter, Bunda.

Dilansir WebMD, beberapa dokter percaya bahwa prostaglandin dalam air mani benar-benar menginduksi persalinan pada kehamilan cukup bulan atau lewat batas waktu, karena gel yang digunakan untuk "mematangkan" serviks dan menginduksi persalinan juga mengandung prostaglandin. Namun, dokter lain berpikir bahwa hubungan air mani/persalinan ini hanya teori dan bahwa berhubungan seks tidak memicu persalinan.

Mereka mungkin menyarankan ibu hamil untuk tidak berhubungan seks jika mereka memiliki salah satu dari jenis kehamilan berisiko tinggi berikut ini. Salah satu alasan yang membuat seks atau berhubungan intim menjadi berbahaya ketika air ketuban terasa merembes dari vagina, Bunda.

Di usia kehamilan berapa adanya risiko air ketumban rembes dan pecah sebelum waktunya jika berhubungan seks?

Sebabkan ketuban pecah dini, hindari berhubungan Intim di usia kehamilan ini

Kebocoran ketuban sebagian besar ditandai dengan keluarnya cairan bening dan tidak berbau, tetapi mungkin mengandung darah atau lendir. Ini biasanya merupakan tanda persalinan.

Kadang-kadang bisa pecah lebih awal, yang disebut ketuban pecah dini (PROM). Cairan ketuban yang bocor mungkin terasa seperti semburan cairan hangat atau tetesan perlahan dari vagina. Biasanya berwarna bening dan tidak berbau, tetapi terkadang mengandung bekas darah atau lendir.

Jika cairan tersebut adalah cairan ketuban, kemungkinan besar kebocorannya tidak akan berhenti. Jika Bunda merasakan tetesan-tetesan dari vagina, itu berarti harus menghubungi dokter.

Itu mungkin pertanda bahwa dinding yang mengelilingi kantung tempat bayi mungkin telah pecah. Hubungan seksual dalam situasi ini dapat meningkatkan risiko infeksi, Bunda.

Faktanya bahwa tidak umum bagi ketuban pecah sebelum mulai bersalin. PROM, atau kebocoran cairan ketuban setelah 37 minggu, terjadi antara 8-15 persen pada kehamilan. PPROM atau Preterm Premature Rupture of Membrane jauh lebih jarang terjadi, terjadi pada sekitar tiga persen kehamilan. Namun, ini lebih serius, karena disertai dengan risiko persalinan prematur dan kelahiran sebelum 37 minggu.

Risiko kebocoran cairan ketuban

Dikutip dari What to Expect, masalah medis yang mungkin terjadi akibat PROM dan PPROM meliputi:

  • Persalinan dan kelahiran prematur, yang merupakan risiko utama PROM dan PPROM
  • Infeksi cairan ketuban
  • Prolaps atau kompresi tali pusat jika kepala bayi belum masuk ke panggul

Hal yang harus dilakukan jika ada tanda-tanda ketuban rembes

Jika ibu hamil merasa mengalami kebocoran cairan ketuban pada tahap mana pun selama kehamilan, segera hubungi dokter. Dokter dapat membantu mengetahui apakah ketuban benar-benar pecah dan langkah selanjutnya yang harus diambil.

Jika ketuban pecah dan usia kehamilan setidaknya 37 minggu, persalinan kemungkinan akan dimulai dengan sendirinya dalam waktu 24 jam. Jika kontraksi tidak dimulai dengan sendirinya, dokter mungkin akan menginduksi persalinan. Apa pun itu, kemungkinan besar ibu hamil harus sudah melahirkan, Bunda.

Jika mengalami kebocoran cairan ketuban dan selaput ketuban pecah sebelum 37 minggu, dan dokter menentukan bahwa bayi terlalu dini untuk dilahirkan dengan selamat, kemungkinan besar ibu hamil akan menerima antibiotik untuk menangkal infeksi dan mungkin perlu dirawat di rumah sakit.

Penyebab lain ibu hamil dilarang berhubungan intim

Dikutip dari laman Cleveland Clinic ada beberapa penyebab lain yang tak bolehkan ibu hamil berhubungan intim:

  • Perubahan serviks: Biasanya, serviks menciptakan penghalang antara vagina dan rahim. Perubahan seperti dilatasi (pembukaan) dini dapat meningkatkan risiko persalinan prematur jika berhubungan seks.
  • Riwayat persalinan prematur atau keguguran: Jika memiliki riwayat persalinan prematur atau keguguran, dokter mungkin meminta untuk tidak berhubungan seks. Air mani mengandung prostaglandin, dan selama orgasme, otak melepaskan oksitosin. Kedua hormon ini berperan dalam merangsang kontraksi.
  • Penyakit menular seksual (PMS): Jika dokter mendiagnosis ibu hamil atau pasangannya dengan infeksi menular seksual, jangan melakukan hubungan seksual tanpa kondom sampai telah diobati dan diuji ulang. PMS yang tidak diobati dapat membahayakan bayi.
  • Perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis: Sampai dokter menentukan penyebab perdarahan vagina, ibu hamil harus menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seksual.
  • Plasenta letak rendah (juga dikenal sebagai plasenta previa): Terjadi ketika plasenta menempel lebih rendah dan dapat menutupi sebagian atau seluruh serviks (pintu masuk rahim). Karena plasenta berada di bagian bawah rahim, ada risiko Bunda mengalami perdarahan pada paruh kedua kehamilan. Ini dapat terjadi setelah berhubungan seks.

Demikian informasi mengenai kondisi ibu hamil yang dilarang berhubungan intim karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Semoga informasinya bermanfaat ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online