Jangan Ucap Tidak saat Menolak Ajakan Anak Bermain, Ini 3 Kata Pengganti Terbaiknya Menurut Pakar

22 hours ago 9

Saat anak mengajak bermain di tengah kesibukan, banyak orang tua spontan menjawab, “Enggak bisa sekarang,” atau langsung berkata, “Tidak”. Meski terdengar sederhana, kata “tidak” bisa terasa seperti penolakan yang menyakitkan bagi anak, terutama jika diucapkan berulang kali.

Menolak ajakan bermain sebenarnya bukan hal yang salah. Orang tua juga punya kebutuhan, tanggung jawab, dan waktu istirahat yang perlu dihargai. Namun, cara kita menyampaikan penolakan itulah yang bisa membuat anak tetap merasa disayangi atau justru merasa diabaikan.

Lalu, apa kata-kata yang bisa digunakan sebagai pengganti “tidak” agar tetap hangat dan empatik? Yuk, simak saran dari para pakar parenting berikut ini!

3 Alternatif untuk menolak ajakan anak bermain

Melansir dari Life Hacker, dua ahli parenting dan perkembangan anak dari Parenting Center, Katie Dilzell dan Mariel Benjamin, membagikan tips alternatif bagi orang tua untuk mengatakan “tidak” saat anak mengajak bermain. Berikut beberapa kalimat yang bisa Ayah dan Bunda coba sampaikan kepada Si Kecil.

1. Tawarkan waktu alternatif untuk bermain

Menolak ajakan anak bermain bukan berarti menolak anak itu sendiri, ya. Justru ini adalah kesempatan untuk mengajarkan bahwa setiap orang, termasuk orang tua, punya waktu, kebutuhan, dan minat pribadi.

Anak perlu tahu bahwa orang tuanya juga punya kegiatan yang disukai, seperti membaca, memasak, atau sekadar ingin beristirahat. Jadi, tak harus selalu menunggu anak tidur baru bisa punya waktu sendiri.

Contohnya, saat anak mengajak bermain, Bunda bisa berkata, "Bunda mau baca buku dulu 20 menit, ya. Nanti kalau sudah selesai, kita main bersama. Oke?" atau "Ayah lagi selesaikan kerjaan sebentar. Setelah itu, kita bisa main pesawat-pesawatan, ya."

Di awal, anak mungkin kecewa atau rewel karena belum terbiasa. Itu wajar. Tanggapilah dengan tenang dan penuh empati, seperti, "Kamu kelihatan sedih, ya. Kamu pingin main sekarang. Tapi membaca juga penting buat Bunda. Setelah 15 menit, kita main bareng, ya."

Jika dilakukan secara konsisten, anak akan belajar bahwa mereka tetap diperhatikan, hanya saja waktunya harus bergiliran. Bunda juga bisa mengajak mereka memilih secara adil. Contohnya, "Hari ini kamu pilih permainannya, besok giliran Bunda, ya." 

Dengan begitu, anak akan belajar tentang kesabaran dan menghargai batasan orang lain.

2. Ajak anak bergabung dalam aktivitas orang tua

Daripada langsung berkata, “Main sana dulu”, coba ajak anak ikut dalam kegiatan yang sedang orang tua lakukan. Ini bukan menolak, tapi mengganti bentuk kebersamaan.

Contohnya, saat sedang memasak, "Bunda lagi masak nih, kamu mau bantu kupas wortel atau atur sendok di meja?"

Atau saat sedang membaca, "Ayah lagi baca buku. Mau duduk bareng dan baca juga?"

Dengan cara ini, anak diberi dua pilihan positif: ikut bersama orang tua atau bermain sendiri. Hal ini jauh lebih baik daripada menyuruh mereka pergi bermain sendiri, yang kadang terasa seperti ditolak.

Selain itu, orang tua membutuhkan waktu untuk sendiri atau merasa jenuh untuk bermain hal yang sama dengan anak. Ini sangat wajar untuk dirasakan ya. Orang tua tak harus selalu mengiyakan dan bergabung untuk main robot atau boneka setiap kali Si Kecil meminta.

Sebagai gantinya, coba tawarkan aktivitas yang Ayah dan Bunda sukai, "Bunda mau beresin dapur. Kamu mau bantu atau baca buku favorit dulu?” atau “Ayah belum bisa main dinosaurus sekarang, tapi mau bantu Ayah sapu halaman?"

Olah kata ini mendorong anak tetap merasa dekat dan diperhatikan. Tak hanya itu, mereka juga secara tak langsung diajarkan tentang kebersamaan bisa hadir lewat kegiatan sederhana bersama.

3. Tetapkan batasan dengan jelas

Jujur pada anak adalah bentuk kasih sayang. Orang tua ingin dekat dengan anak, tapi terkadang tidak sedang ingin bermain. Dan itu boleh saja. Anak-anak bisa merasakan kalau Ayah dan Bunda tidak menikmati permainan, meskipun berusaha terlihat antusias.

Daripada memaksakan diri, lebih baik tetapkan batas dengan jelas. Contohnya, "Bunda bisa main dandan-dandanan 10 menit, ya. Setelah itu Bunda harus lipat baju," atau “Ayah belum mau main dinosaurus sekarang, tapi Ayah senang lihat kamu main sambil Ayah kerja."

Cara ini mengajarkan anak bahwa setiap orang punya batas tenaga dan waktu. Kalaupun anak kesulitan bermain sendiri, mainlah bersama mereka selama 10–15 menit, lalu perlahan beri ruang agar mereka bisa mandiri.

Misalnya, "Bunda temani dulu ya sebentar. Setelah itu, kamu main sendiri, karena Bunda mau setrika baju."

Mengapa orang tua perlu ucapkan 'tidak' pada anak

Banyak orang tua merasa bersalah saat harus berkata “tidak” pada anak. Namun, penting untuk diketahui bahwa berkata “tidak” merupakan bagian dari mendidik anak jadi pribadi yang mandiri dan tangguh, lho.

Dilansir Motherly, saat orang tua mengatakan “tidak” yang disertai koneksi emosional, anak justru belajar keterampilan penting untuk hidupnya kelak, seperti:

  • Mengelola emosi (belajar menghadapi kekecewaan)
  • Memahami batasan orang lain
  • Mengembangkan kemandirian dan kreativitas
  • Menghargai waktu dan prioritas

Misalnya, Ayah berkata, "Ayah pingin banget main, tapi sekarang Ayah harus kerja. Nanti malam, kita bisa main bareng, ya."

Kalau anak tantrum atau rewel, jangan langsung menyerah. Tanggapi perasaannya dengan penuh empati, tetapi tetap jaga batasan, seperti, "Bunda tahu kamu kecewa. Kamu pingin main sekarang, tapi sayangnya Ayah harus pergi sekarang."

Sikap tenang dan konsisten ini mengajarkan anak bahwa orang tua mampu menghadapi emosi mereka tanpa marah atau panik. Ini membantu mereka merasa aman dan belajar mengatur emosinya sendiri.

Nah, supaya anak enggak merasa terus-menerus ditolak, penting sekali untuk orang tua meluangkan waktu khusus bersama mereka. Cukup 15 menit sehari tanpa distraksi (gadget) bisa bikin Si Kecil merasa dicintai dan diperhatikan, lho.

Biarkan anak memilih aktivitasnya, seperti main board game bersama, mengobrol, baca buku, atau sekadar pelukan sambil bercanda. Untuk anak yang berusia lebih dewasa, waktu spesial ini bisa dilakukan seminggu sekali. Misalnya jalan-jalan ke taman, beli es krim, atau nonton film bersama.

Apabila anak sudah merasa punya hubungan yang kuat dengan orang tuanya, mereka akan lebih mudah menerima ketika Ayah atau Bunda harus berkata “tidak” di lain waktu.

Itulah beberapa cara alternatif untuk menolak atau katakan "tidak" ketika anak mengajak bermain bersama. Semoga bermanfaat, ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online