Setiap anak terlahir unik dengan kepribadian dan sifat bawaan masing-masing. Hal ini mungkin, akan membuat Bunda dan Ayah penasaran sekaligus heran dengan kepribadian Si Kecil.
Ada anak yang terlihat tenang sejak bayi, ada pula yang aktif, ceria, dan tidak bisa diam sejak kecil. Tak jarang, orang tua menyamakan sifat anak dengan salah satu anggota keluarga mereka.
Beberapa orang percaya bahwa kepribadian sudah terbentuk sejak lahir, sementara ada juga yang meyakini bahwa lingkungan tempat anak tumbuh punya pengaruh paling besar dalam menentukan kepribadian Si Kecil. Yuk, bahas fakta-fakta ilmiahnya, Bunda!
Pengaruh genetik pada kepribadian anak
Melansir dari Healthline, para peneliti memperkirakan bahwa hanya sekitar 30 persen hingga 60 persen dari kepribadian seseorang diwariskan secara genetik. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara membandingkan sifat-sifat orang kembar identik yang memiliki 100 persen DNA yang sama, dibesarkan secara bersama, dan dibesarkan di lingkungan berbeda.
Hasil menunjukkan bahwa anak kembar identik yang dibesarkan pada lingkungan berbeda memiliki lebih banyak kesamaan kepribadian dibandingkan dengan yang dibesarkan secara bersama. Sejalan dengan hal ini, melansir The University of Edinburgh, faktor genetik hanya mempengaruhi setengah dari alasan orang memiliki kepribadian yang berbeda.
Mereka juga mengatakan seseorang hanya mewarisi setengah gen mereka dari salah satu orang tua. Oleh karena itu, menurut Dr. René Mottus, sang peneliti utama, menyebut bahwa gen yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya, tidak cukup membuat kepribadian mereka serupa. Hal ini mendorong fakta bahwa faktor lain juga berperan penting dalam menentukan kepribadian seorang anak.
Lingkungan dan pola asuh pengaruhi kepribadian anak
Bunda, meskipun sebagian besar kepribadian anak didapatkan melalui faktor genetik, faktor lingkungan dan pola asuh pada anak juga bisa berpengaruh dalam menentukan kepribadian anak, lho.
Melansir dari Psychology Today, seorang psikoterapis bernama Ugo menjelaskan bahwa perilaku anak terbentuk dari interaksi antara kepribadian bawaan dengan pola asuh sehari-hari.
Misalnya, anak pertama memiliki sifat pembangkang. Hal ini bisa disebabkan karena masalah konflik kepribadian antara orang tua dan anak. Biasanya orang tua tidak tahu bagaimana cara mengarahkan kemauan keras anak mereka. Sementara itu, anak kedua mungkin bisa menjadi lebih disiplin karena merasa didukung dan dihargai. Oleh karena itu, Ugo menyarankan untuk Bunda mengenali sifat dasar anak dan menyesuaikan pola asuhnya.
Pada penelitian yang diulas oleh Healthline, faktor lingkungan juga dapat berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Contohnya, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kekerasan, hidup dalam kemiskinan, atau sering terabaikan, cenderung memiliki sifat yang lebih impulsif, lho, Bunda. Namun, di sisi lain, ketika anak-anak dibesarkan dalam lingkungan yang sehat, penuh kasih sayang, dan aman cenderung memiliki kepribadian yang lebih tenang.
Kepribadian anak bisa berubah seiring bertambah usia
Kepribadian anak ternyata bisa berubah seiring berjalannya waktu, Bunda. Melansir Healthline, perubahan besar terjadi pada usia dewasa muda, terutama antara usia 20 hingga 40 tahun.
Sejak bayi, Si Kecil sudah menunjukkan yang namanya temperamen, yaitu gaya emosional dan cara mereka merespons lingkungan, Bunda. Tapi temperamen ini belum tentu bertahan selamanya. Seiring berjalannya waktu, kepribadian anak bisa berkembang dan berubah. Jadi, kalau Si Kecil sekarang terlihat pemalu atau keras kepala, belum tentu sifat itu akan begitu selamanya.
Ketika bertambah usia, banyak orang menjadi lebih percaya diri, lebih hangat, bisa mengontrol diri, dan memiliki emosi yang stabil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepribadian anak bisa diarahkan sejak kecil agar tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Masih melansir laman yang sama, Bunda juga bisa melakukan terapi untuk mengubah beberapa kepribadian yang tidak diinginkan, lho. Salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah terapi Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terapi ini membantu mengubah cara berpikir dan bertindak agar lebih positif.
Meskipun tidak langsung mengubah kepribadian, CBT bisa membantu orang jadi lebih percaya diri, tenang, dan terkontrol dalam menghadapi emosi atau masalah. Jadi, lewat proses ini, kepribadian seseorang bisa berkembang ke arah yang lebih sehat dan lebih baik.
Bunda, demikianlah artikel terkait dengan pewarisan kepribadian anak, ternyata tidak semua dipengaruhi oleh gen orang tua, faktor lingkungan dan pola asuh juga ikut berperan penting dalam hal ini. Pertambahan usia juga menjadi faktor kepribadian seseorang berubah.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)