Jangan Ucapkan "Sana, Masuk Kamar!" saat Marah ke Anak, Ini Bahaya dan Kata Pengganti Terbaik Menurut Pakar

1 day ago 9

Jakarta -

Saat anak membuat masalah, Bunda dan Ayah perlu hati-hati memberikan respons. Jangan sampai membuatnya memendam emosi, termasuk dengan menyuruhnya masuk kamar. Apa efek bahaya dari mengucapkan kalimat suruhan ke kamar ini pada anak?

Perlu dipahami bahwa menyuruh anak untuk ke kamar saja tanpa membicarakan masalah yang ada justru bisa berdampak buruk bagi anak. Terutama bagi perkembangan emosi dan kesehatan mentalnya.

Anak juga jadi tidak belajar cara menyelesaikan masalah dengan komunikasi terbuka, bahkan jadi enggan untuk percaya pada orang tua lagi di kemudian hari.

Apa bahaya menyuruh anak masuk kamar saat marah?

Pertama-tama, perlu dipahami terlebih dahulu mengapa orang tua merasa ingin berteriak 'sana masuk kamar!' pada anak. Kemungkinannya adalah pada saat itu, Bunda merasa sangat kesal atau bahkan sangat marah. 

Tidak apa-apa untuk merasa seperti itu. Namun, kemarahan dan frustrasi bukanlah alat pengasuhan yang efektif.

"Kemarahan dan frustrasi dapat membuat orang tua bereaksi secara impulsif dan menggunakan taktik yang membuat anak merasa malu dan bersalah," ujar psikolog perkembangan anak, Dr. Siggie Cohen, dikutip dari Pure Wow.

Lalu apa dampaknya bagi anak? Kemungkinan besar mereka tidak akan menggunakan waktu itu untuk merenungkan diri atau memikirkan apa yang seharusnya mereka lakukan secara berbeda. 

"Sebaliknya, anak justru akan menghabiskan waktu sendirian dengan perasaan disalahkan dan marah kepada orang tua," jelas Siggie. 

Respons dan kata pengganti yang lebih tepat

Menurut Siggie, ada alternatif respons dan kalimat yang dapat digunakan orang tua menghilangkan faktor rasa malu anak, sekaligus mendorong mereka untuk introspeksi. Misalnya ucapkan kalimat seperti:

'Kita berdua perlu memikirkannya bersama-sama. Jadi, kita akan beristirahat sejenak. Kemudian kita bertemu lagi dan kita bicarakan bersama. Bunda akan memberi tahu pendapat Bunda tentang apa yang terjadi dan kamu beri tahu juga tentang apa yang kamu pikirkan. Lalu kita putuskan apa yang harus dilakukan dengan lebih baik di lain waktu.'

Dengan begitu, Bunda tetap memberi anak waktu dan ruang untuk berpikir tentang apa yang telah mereka lakukan. Namun alih-alih menyalahkan mereka, Bunda mengajak anak untuk membicarakan bersama tentang situasi yang ada. 

"Ini menciptakan lebih banyak ruang untuk perenungan. Orang tua juga melibatkan anak dalam pemecahan masalah, keterampilan yang akan berguna bagi mereka hingga masa remaja dan seterusnya," pesan Siggie.

Nilai utamanya, Bunda juga mencontohkan tentang kolaborasi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang pengaturan emosional responsif.

Manfaat berdiskusi dengan anak

7 Kalimat Pantang Diucapkan Orang Tua ke Anak, Bikin Tidak Cerdas dalam Pelajaran & EmosionalIlustrasi/Foto: Getty Images/filadendron

Dikutip dari The Atlantic, menyuruh anak ke kamarnya saat marah bertentangan dengan tujuan orang tua untuk membesarkan anak dengan penuh perhatian.

Menurut Psikolog Laura Markham, saat disuruh demikian, anak-anak mungkin keluar dari kamarnya dengan lebih tenang. Akan tetapi, anak telah kehilangan kesempatan untuk berkembang.

"Situasi under anger ini, membuat anak-anak selalu ada rasa takut, sakit hati atau ketidakberdayaan saat bertindak," ungkap Markham.

Berikan kesempatan untuk saling membicarakan semuanya. Ketika anak merasa didengarkan, maka mereka akan mulai menarik napas dalam-dalam dan mengendalikan diri.

"Sebuah percakapan dan validasi atas perasaan anak, memungkinkan sisi emosionalnya yang lebih rentan muncul," imbuhnya. 

Pentingnya komunikasi secara terbuka dengan anak

Dikutip dari laman Raising Children, hubungan keluarga berubah selama masa remaja, tetapi cenderung tetap kuat. Faktanya, saat memasuki usia sekolah dan remaja, anak tetap membutuhkan cinta dan dukungan keluarga sama seperti saat mereka masih balita.

Namun pada saat yang sama, anak-anak praremaja juga biasanya menginginkan lebih banyak privasi dan ruang pribadi. Hal ini adalah bagian alami dari perkembangan anak di usia tersebut.

Anak-anak juga membutuhkan lebih banyak tanggung jawab dan kemandirian saat usianya bertambah. 

Kepercayaan adalah kunci untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan anak akan privasi dan tanggung jawab, dengan kebutuhan Bunda sebagai orang tua untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. 

Jika Bunda dan anak saling percaya dan tetap terhubung dengan komunikasi yang baik, mereka lebih mungkin untuk berbagi tentang apa yang mereka rasakan. 

Mendengarkan secara aktif dapat menjadi cara yang ampuh untuk meningkatkan komunikasi dan membangun hubungan yang positif dengan anak. 

Demikian ulasan tentang dampak dan kata pengganti menyuruh anak masuk kamar saat marah. Ingat, perhatikan respons anak dan pastikan untuk Bunda tetap tenang sebisa mungkin.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online