Hewan Peliharaan Anak Mati? Ini Cara Menjelaskan Kematian dan Mengatasi Kesedihan Si Kecil Menurut Pakar

17 hours ago 7

Jakarta -

Memiliki hewan peliharaan bisa membantu melatih tanggung jawab dan kemandirian pada anak. Lalu bagaimana jika suatu saat hewan peliharaan anak meninggal? Orang tua perlu tahu cara menjelaskan tentang kematian dan mengatasi kesedihan anak.

Bagi sebagian besar anak, pengalaman pertama mereka yang sesungguhnya dengan kehilangan terjadi saat hewan peliharaannya mati. Saat ini terjadi, mereka tentu membutuhkan cinta, dukungan, dan kasih sayang daripada penjelasan medis atau ilmiah yang rumit.

Dikutip dari The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, reaksi anak-anak terhadap kematian hewan peliharaan akan bergantung pada usia dan tingkat perkembangan mereka. Anak-anak berusia 3 hingga 5 tahun melihat kematian sebagai sesuatu yang sementara dan berpotensi dapat dipulihkan.

Di antara usia 6 dan 8 tahun, anak-anak mulai mengembangkan pemahaman yang lebih realistis tentang sifat dan konsekuensi kematian. Umumnya, anak-anak baru sepenuhnya memahami bahwa kematian bersifat permanen pada usia 9 tahun.

Lantaran alasan ini, anak-anak yang masih sangat kecil harus diberi tahu bahwa saat hewan peliharaannya mati maka ia berhenti bergerak, tidak dapat melihat atau mendengar lagi, dan tidak akan bangun lagi. Wajar jika mereka mungkin perlu mendengar penjelasan ini beberapa kali, sebelum bisa pelan-pelan menerima.

Cara menjelaskan tentang kematian

Anak-anak sering kali memiliki pertanyaan setelah hewan peliharaannya mati, termasuk: 'Mengapa hewan peliharaanku mati?', 'Apakah itu salahku?', 'Ke mana tubuh hewan peliharaanku pergi?', 'Apakah aku bisa melihat hewan peliharaanku lagi?'.

Penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sederhana, tetapi jujur dan menggunakan istilah yang dipahami anak. Bunda dapat memberikan penjelasan berdasarkan sistem kepercayaan atau latar belakang agama keluarga.

Sangat normal jika anak memberi respons dengan kesedihan, kemarahan, ketakutan, penyangkalan, dan rasa bersalah saat hewan peliharaan mereka mati. 

Ketika hewan peliharaan sakit atau sudah sekarat, luangkan waktu untuk berbicara dengan anak dan beri validasi tentang perasaannya. Jika memungkinkan, akan sangat membantu jika anak punya kesempatan mengucapkan selamat tinggal sebelum hewan peliharaannya mati.

"Untuk anak-anak usia 5 hingga 7 tahun, responsnya menjadi pilihan orang tua. Terkadang anak mungkin benar-benar masih ingin menemani hewan peliharaannya," ungkap Daniella Dos Santos, dari British Veterinary Association.

Untuk menjelaskan tentang kematian, ia berpesan agar orang tua menghindari eufemisme seperti 'tidur lelap'. Anak-anak yang lebih kecil mungkin menganggap pernyataan tersebut secara harfiah dan secara alami mengharapkan hewan peliharaannya bangun lagi cepat atau lambat. 

Penjelasan tentang kematian jika diucapkan dengan lembut dan baik, dapat menyembuhkan lebih efektif daripada fiksi apa pun. Kemungkinan besar juga terbukti jauh lebih menenangkan daripada beberapa karangan yang mungkin dibayangkan anak-anak dalam imajinasi mereka.

"Saran utama saya adalah selalu jujur. Anak perlu berduka dan proses berduka dimulai dari titik di mana keputusan akhir tentang arti kematian sudah dijelaskan," pesan Dos Santos. 

Tips mengatasi kesedihan saat hewan peliharaan anak meninggal

perkembangan emosi anak usia 4 tahunIlustrasi anak sedih/Foto: Getty Images/tylim

Ada banyak cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu mengatasi kesedihan yang dialami anak saat hewan peliharaannya mati. Salah satunya dengan hadir seutuhnya mendampingi anak, berikan sentuhan fisik seperti memeluk atau sekadar menggenggam tangannya.

Berikut beberapa tips lain yang bisa diterapkan seperti dikutip berbagai sumber:

1. Tunjukkan tentang makna kesedihan

Tunjukkan pada anak bahwa mengungkapkan kesedihan dengan menangis tidak apa-apa. Dikutip dari Healthy Children, perlu diingat bahwa tidak semua anak mampu mengekspresikan rasa duka dan kesedihan mereka.

Kemarahan juga merupakan cara umum untuk mengekspresikan kesedihan. Memahami hal ini penting agar Bunda untuk dapat membantu mereka belajar mengatasinya.

Ingat, emosi yang berhubungan dengan kesedihan dapat datang dan pergi, terkadang tanpa peringatan. Mungkin butuh waktu lebih lama dari yang Bunda kira bagi Si Kecil untuk melewati masa ini. 

Pastikan untuk berkonsultasi ke dokter jika anak mengalami gejala yang lebih serius seperti gangguan tidur, kecemasan, atau depresi.

2. Bersiaplah untuk pertanyaan

Anak-anak mungkin bertanya tentang kematian dan apa yang terjadi setelah meninggal. Meskipun jawaban spesifik akan bergantung pada keyakinan keluarga, ini merupakan tanda bahwa anak ingin membicarakannya. 

Maka dari itu, jangan lewatkan kesempatan ini untuk mengobrol lebih dalam tentang anak dan perasaannya.

3. Membuat tanda berduka

Tindakan ini dapat membantu anak dalam proses mengucapkan selamat tinggal setelah kehilangan hewan peliharaannya. Ajak mereka untuk melakukan ritual kecil seperti menabur bunga di makan, membuat kolase peringatan, atau menanam pohon untuk mengenang hewan peliharaannya. 

4. Jangan terburu-buru

Dikutip dari The Art of Dying Well dari St Mary's University, orang tua sering kali bertanya-tanya tentang waktu terbaik untuk memberikan hewan peliharaan yang baru. 

"Itu adalah keputusan yang sangat pribadi. Menurut saya, penting bagi anak yang berduka untuk tidak merasa bahwa mengganti hewan peliharaan adalah satu-satunya cara yang tepat," ungkap Dos Santos. 

Hal yang terpenting, diskusikan pilihan secara terbuka dan jujur ​​sebagai satu keluarga. Saat kehidupan kembali normal, jangan singkirkan memori tentang hewan peliharaan yang sudah meninggal. Ini mungkin bisa membuat anak merasa semakin sedih. 

Mengingat kesenangan yang pernah mereka lalui bersama dalam hidup adalah cara yang sehat untuk mengenang hewan peliharaan. Fase ini juga menjadi tonggak penting di sepanjang jalan kehidupan anak menuju penerimaan dan penyelesaian.

5. Cari bantuan profesional

Dalam kasus tertentu, anak mungkin memerlukan bantuan tenaga profesional seperti psikiater atau psikolog. Mereka memiliki keahlian untuk menghadapi anak-anak yang sedang berduka. Mereka juga dapat mengetahui kapan kesedihan seorang anak melampaui apa yang diharapkan.

Tidak ada aturan tetap yang pasti tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang anak untuk berduka. Beberapa anak membutuhkan waktu lebih lama untuk mengatasi kesedihan mereka daripada yang lain.

Namun, ada beberapa tanda yang mungkin menunjukkan bahwa anak memerlukan bantuan ekstra (meskipun ini tidak umum). Tanda-tanda ini meliputi:

  • Kesulitan terus-menerus dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di rumah atau sekolah beberapa bulan setelah kematian hewan peliharaan
  • Terlalu sibuk memikirkan hewan peliharaan yang telah meninggal
  • Mulai melakukan kekerasan atau respons negatif 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online