TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) santer menanggapi ihwal sejumlah calon kepala daerah yang berlaga di Pilkada 2024 mendatangi kediaman Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi, di Solo, Jawa Tengah, sejak purnatugas pada 20 Oktober 2024.
Komentar para politikus PDIP beragam. Beberapa menganggap kunjungan tersebut adalah hal lumrah. Kalau pun para kandidat meminta dukungan kepada Jokowi, presiden periode 2014-2024 itu disebut kini hanya rakyat biasa.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Aria Bima, misalnya, mengaku partainya tak ambil pusing menanggapi isu Jokowi yang dikabarkan akan menjadi juru kampanye di Pilkada 2024. Menurut dia, saat ini eks Gubernur Jakarta itu adalah warga biasa yang tidak punya instrumen kekuasaan yang dapat dikerahkan.
“Dia kan warga biasa sudah, it’s ok saja, kalau itu, ya, haknya Pak Jokowi,” kata Aria saat ditemui di kompleks gedung DPR, Kamis, 31 Oktober 2024.
Aria mengatakan kalau pun Jokowi akan terlibat menjadi juru kampanye secara terbuka, yang perlu diawasi adalah netralitas para aparatur sipil negara. Sebab, ujar Aria, sebagai presiden yang baru saja purnatugas, Jokowi masih memiliki keterikatan dengan pejabat yang ditunjuk semasa dia memimpin.
“Yang harus ditegaskan adalah dia tidak punya kekuasaan untuk dikerahkan, tapi yang kita sorot adalah netralitas pejabat, para Plt kepala daerah dan aparat penegak hukum,” katanya.
Sementara itu, kader yang lain beranggapan calon kepala daerah dari KIM Plus ngalap berkah elektoral untuk mendongkrak elektabilitas. Mendatangi Jokowi disebut sebagai kepanikan lantaran calon dari PDIP memiliki peluang keterpilihan lebih tinggi. Dengan mendatangi eks Wali Kota Solo itu diharapkan mendapatkan Jokowi effect.
“Kalau saya orangnya positive thinking kok, jadi kalau ada yang sowan (datang) ke beliau (Jokowi) itu satu mau minta doa restu, kedua tentunya mau minta saran, petuah dan lain sebagainya. Yang ketiga juga bisa saja ini menunjukkan kepanikan daripada kepala daerah yang sowan itu,” kata Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo saat ditemui media di kediamannya, Rabu, 6 November 2024.
Mantan pendamping Jokowi memimpin Solo pada 2005-2012 itu menegaskan bahwa pilkada merupakan perjuangan untuk adu gagasan, adu program, bukan adu tokoh. Di sisi lain, di balik calon kepala daerah yang datang karena takut kalah, ia menilai seharusnya mereka menemui Presiden saat ini, Prabowo Subianto.
“Pak Jokowi sudah selesai dalam pengabdian negara ini, menjadi Presiden. Presidennya kan Pak Prabowo, mesti ya kalau mau sowan, sowannya ke Pak Prabowo juga lebih baik, gitu aja kalau saya,” pungkasnya.
Berbeda dengan FX Rudy, Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soejono justru tak khawatir jika Jokowi melakukan cawe-cawe di Pilkada 2024. Dia menyampaikan publik sudah mengetahui sikap Jokowi selama ini, sehingga cawe-cawenya itu dianggap sesuatu hal yang biasa dan tidak istimewa.
“Rakyat sudah semakin jelas, lama-kelamaan juga semakin diperjelas ya sikap-sikap selama ini Pak Jokowi itu seperti apa. Jadi sudah tidak istimewa lagi,” kata Nusyirwan di Sahid Hotel, Jakarta, pada Senin, 4 November 2024.
SEPTIA RYANTHIE | NANDITO PUTRA | ANNISA FEBIOLA
Artikel ini terbit di bawah judul Jokowi Ramai Dikunjungi Calon Kepala Daerah Jelang Pilkada 2024, Apa Kata Para Kader PDIP?