TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengatakan penguatan sumber daya manusia di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM) melalui pendidikan tinggi harus berjalan beriringan dengan tumbuhnya industri berbasis STEM. Hal ini, menurut dia, bisa memecahkan masalah mismatch atau ketidaksesuaian antara SDM dengan kebutuhan industri.
“Kalau kita mendidik SDM saja tapi tidak ada industri nanti mereka tidak bermanfaat. Begitu juga kalau industri ada tapi SDM tidak ada, nanti tidak ada yang menangani (industrinya),” kata Satryo kepada wartawan saat ditemui dalam acara ‘Vokasi Berinovasi’ di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta Pusat, pada Senin, 16 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satryo juga mengatakan Kemendiktisaintek akan menjalin komunikasi dengan para pelaku industri untuk memecahkan masalah kebutuhan lapangan kerja. Akan tetapi, kata dia, komunikasi tersebut baru bisa dilakukan dengan efektif kalau industri STEM di Indonesia sudah terbentuk.
“Paling kalau mau komunikasi dengan industri STEM di luar negeri, karena kita belum punya industri berbasis STEM,“ kata Satryo.
Sebelumnya, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas) Amich Alhumami mengatakan bidang STEM harus diperkuat demi menjawab kebutuhan industri. “Ke depan kita ingin memperluas bidang ilmu terutama STEM, ini yang kurang. Masih lebih tinggi yang non-STEM,” kata Amich dalam acara peluncuran Pemetaan Kebutuhan SDM Bidang Keahlian pada Selasa, 10 Desember 2024, dikutip dari siaran YouTube.
Amich mengatakan lembaganya tidak ingin membuat dikotomi antara ilmu STEM dengan ilmu sosial humaniora. Akan tetapi, kata dia, harus ada perpaduan antara perencanaan ekonomi, perencanaan industrial, dan perencanaan SDM.