Pontang-panting Hikvision Akibat Lemahnya Permintaan Domestik dan Sanksi Berkepanjangan Amerika Serikat

1 month ago 18

Selular.ID – Pemasok teknologi pengawasan video asal China, Hikvision, dilaporkan memangkas pekerjaan di departemen penelitian dan pengembangan (R&D).

Hikvision yang telah lama dikenai sanksi AS itu, terus bergulat dengan tekanan bisnis akibat persoalan geopolitik dan ekonomi.

Perusahaan yang berpusat di Hangzhou, Zhejiang itu diperkirakan akan memberhentikan lebih dari 1.000 karyawan di China.

Itu adalah perampingan signifikan tim R&D, menurut laporan pada Jumat (11/4), dari platform berita daring lokal Sina Tech.

Di sisi lain, Hikvision membantah bahwa pihaknya berencana untuk melakukan “PHK besar-besaran”.

Perusahaan hanya mengatakan sedang melakukan penyesuaian internal yang diperlukan untuk “pengoptimalan kekuatan R&D” di kantor pusat dan kota-kota penjualan utama.

Hikvision juga mengatakan perlu menyesuaikan “beberapa pengaturan pekerjaan regional yang sesuai”.

Lihat Juga:

Perusahaan-perusahaan China sering menyebut pemutusan hubungan kerja sebagai “optimalisasi” bisnis untuk menghindari perhatian yang tidak diinginkan dari publik.

Berdasarkan hukum China, PHK yang melibatkan lebih dari 20 karyawan, atau lebih dari 10% dari total tenaga kerja, memerlukan persetujuan dari otoritas ketenagakerjaan.

Hikvision yang terdaftar di Bursa Efek Shenzhen, memiliki 58.544 karyawan pada akhir tahun lalu, menurut laporan tahunan perusahaan.

Langkah drastis yang ditempuh Hikvision, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan di tengah sanksi berkepanjangan yang diberlakukan AS.

Pembatasan Washington yang diterapkan pada perusahaan-perusahaan China, sejak pertengahan 2019, membuat iklim ekonomi domestik melesu.

Hikvision dan pesaingnya Dahua Technology, bersama dengan 26 entitas China lainnya, termasuk raksasa teknologi China Huawei, telah dimasukkan ke dalam Daftar Entitas AS oleh pemerintahan Donald Trump pada 2019

Perusahaan-perusahaan itu, dituduh terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Tiongkok.

Mereka yang masuk dalam daftar hitam, dilarang membeli komponen dari perusahaan-perusahaan AS tanpa persetujuan Washington.

Pada saat itu, Hikvision mengatakan “sangat menentang” keputusan pemerintah AS.

Alih-alih mengendurkan sanksi, AS menambah pembatasan. Seiring dengan perang dagang yang semakin memuncak antara Beijing dan Washington.

Pada 2022, Komisi Komunikasi Federal AS melarang Hikvision – serta empat perusahaan China lainnya, termasuk Huawei Technologies dan Dahua – untuk menjual peralatan baru ke AS tanpa izin.

Badan tersebut mengatakan layanan dan peralatan perusahaan-perusahaan tersebut menimbulkan “risiko yang tidak dapat diterima bagi keamanan nasional AS”.

Seperti halnya sikap perusahaan pada 2019, Hikvision juga membantah tuduhan tersebut.

Meskipun Hikvision tetap menjadi pembuat peralatan pengawasan video terbesar di dunia berdasarkan pangsa pasar, menurut konsultan Omdia, harga saham dan pendapatannya telah terpukul selama dua tahun terakhir.

Nilai sahamnya telah turun lebih dari setengah sejak mencapai puncaknya pada Juli 2021.

Pendapatan perusahaan juga hanya naik 2,1 persen pada 2022 dan 7,4 persen tahun lalu, jauh dari kenaikan 28 persen pada 2021.

“Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi dan politik global telah mengalami guncangan eksternal yang parah, mulai dari deglobalisasi dan pandemi hingga inflasi dan konflik regional,” kata perusahaan itu dalam laporan tahunan 2023.

“Jika Hikvision adalah truk yang bergerak, transformasi strategis seperti mengganti mesin saat mengemudi. Dan jalan yang sangat kasar telah membuat perjalanan menjadi tidak mulus, sehingga semakin sulit untuk menerapkan strategi di lapangan.”

Untuk diketahui, pasar sistem pengawasan video global memiliki beberapa pemain utama.

Tiga pemain utama diisi Axis Communications (Canon), Bosch, dan Eagle Eye Networks.

Berturut-turut diikuti vendor lain, yaitu Hikvision, Honeywell, Infinova, Panasonic, Qognify, Samsung, Schneider Electric, Sony Group dan Zhejiang Dahua.

Sedangkan ukuran pasar sistem pengawasan video global mencapai US$ 65,4 miliar pada 2023.

Berdasarkan analisis oleh IMARC Group, perusahaan sistem pengawasan video terkemuka terus berinvestasi besar dalam mengembangkan analisis video canggih.

Seperti pengenalan wajah, deteksi objek, dan pengenalan plat nomor, yang meningkatkan kemampuan sistem pengawasan video, sehingga memberikan dorongan bagi pertumbuhan pasar.

Baca Juga: Tak Hanya Temu, Aplikasi Asal China Ini Juga Kena Blokir

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online