Posisi Menyusui yang Tepat untuk Bunda dengan Hiperlaktasi

1 month ago 25

Jakarta -

Sindrom hiperlaktasi atau kelebihan pasokan ASI bisa menjadi masalah tersendiri bagi ibu menyusui. Ketahui posisi menyusui yang tepat untuk Bunda dengan hiperlaktasi agar lebih nyaman bersama Si Kecil ya, Bun.

Permasalahan produksi ASI memang jadi masalah klasik para pejuang ASI. Ada yang merasa produksinya minim, tetapi ada juga yang sebaiknya yakni berlebihan. Baik minim ataupun berlebihan kenyataannya memang jadi permasalahan yang membuat ibu menyusui stres. Apalagi, ketika pasokan ASI yang berlebihan tersebut membuat bayi justru rewel.

Mengenal hiperlaktasi

Sindrom hiperlaktasi juga dikenal sebagai kondisi kelebihan pasokan ASI. Hal ini terjadi ketika orang yang menyusui menghasilkan lebih banyak ASI daripada yang dibutuhkan bayinya. Jika Bunda memiliki produksi ASI yang berlebihan, kondisi tersebut dapat memengaruhi Bunda dan Si Kecil dengan cara yang berbeda. 

Biasanya, dokter atau konsultan laktasi akan memberikan cara untuk mengurangi produksi ASI secara aman. Sehingga, proses menyusui yang dilakukan menjadi pengalaman yang lebih nyaman baik bagi Bunda dan Si Kecil, seperti dikutip dari laman Cleveland Clinic.

Bagaimana tubuh mulai memproduksi ASI?

Laktasi sedianya dimulai selama kehamilan, yakni saat tubuh Bunda mulai memproduksi ASI. Setelah bayi lahir, produksi ASI Bunda meningkat. Saat bayi Bunda mulai makan secara teratur, tubuh biasanya menyesuaikan jumlah ASI yang Bunda produksi agar sesuai dengan kebutuhan bayi.

Sulit sebenarnya untuk mengetahui seberapa banyak orang yang mengalami kelebihan ASI, tetapi kondisi ini tidaklah aneh ya, Bunda. Biasanya, kondisi ini terjadi saat jadwal menyusui atau memompa ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi Bunda.

Apa saja gejala dan penyebab hiperlaktasi?

Jika produksi ASI Bunda terlalu banyak, Bunda mungkin merasakan gejala-gejala tertentu pada payudara Bunda. Selain itu, Bunda mungkin mengalami beberapa gejala berikut ini:

1. Payudara bengkak.
2. Nyeri payudara (mastalgia).
3. Payudara yang tidak kosong sepenuhnya selama menyusui atau tidak terasa penuh lagi segera setelahnya.
4. Saluran susu tersumbat.
5. Air susu sering bocor dari payudara.
6. Puting pecah-pecah.
7. Puting berlendir.
8. Alami vasospasme.

Jika Bunda mengalami hiperlaktasi, bayi mungkin tidak mau menyusu atau mungkin menarik diri dari puting Bunda saat menyusu. Bunda juga mungkin memperhatikan saat bayi menyusu bahwa mereka melakukan beberapa hal berikut:

1. Melengkungkan punggung atau menegangkan tubuhnya saat menyusu.
2. Batuk, tersedak, atau menelan ludah saat menyusu.
3. Menangis atau gelisah saat menyusu.
4. Berat badan bertambah terlalu banyak atau tidak cukup.
5. Menghasilkan feses yang berlebihan termasuk feses berwarna hijau atau berbusa atau mengandung darah di fesesnya serta sering muntah.

Penyebab dari hiperlaktasi sendiri sangatlah beragam ya, Bunda. Terkadang, memang tidak ada penyebab khusus dari hiperlaktasi. Tubuh dalam hal ini mungkin hanya memproduksi ASI dalam jumlah banyak, terutama pada awalnya.

Kondisi ini biasanya membaik jika Bunda hanya menyusui atau memompa ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi Bunda. Memompa ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi Bunda dapat menyebabkan kelebihan pasokan ASI.

Selain itu, beberapa orang tua yang menyusui secara alami memproduksi lebih banyak ASI karena faktor genetik. Bunda mungkin juga berisiko lebih tinggi mengalami sindrom hiperlaktasi jika Bunda mengalami hiperprolaktinemia. Di luar itu, mengonsumsi suplemen herbal tertentu juga dapat memengaruhi produksi ASI Bunda secara berlebihan.

Posisi menyusui tepat untuk Bunda dengan hiperlaktasi

Ketika Bunda mengalami hiperlaktasi, biasanya dokter atau konsultan laktasi akan menganjurkan Bunda mengikuti permintaan bayi untuk menyusu ketimbang menyusui sesuai jadwal yang ditetapkan. 

Hal tersebut dapat membantu produksi ASI Bunda menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Selain itu, menggunakan posisi side lying atau laid back saat menyusui dapat membantu memperlambat laju aliran ASI sehingga bayi dapat mengatasi refleks pengeluaran ASI yang berlebihan dengan lebih baik.

Untuk mengatasi produksi ASI yang berlebihan dan dapat berkurang perlahan, Bunda dapat berdiskusi dengan konsultan laktasi ya, Bunda. Terkadang, menyusui secara bergiliran dapat membantu. Bunda dapat menyusui bayi secara bergiliran dalam waktu tertentu (sering kali tiga jam) sepanjang hari dan malam. Tanyakan kepada konsultan laktasi perihal lamanya waktu yang harus Bunda gunakan untuk setiap jeda tersebut.

Seiring waktu, terkadang paling cepat 36 jam, menyusui bayi dari payudara yang sama selama dua kali atau lebih menyusui membantu mengurangi rangsangan keseluruhan pada payudara. Rangsangan yang berkurang membantu mengurangi volume ASI di setiap payudara.

Bunda juga dapat secara bertahap mengurangi volume pemompaan selama beberapa hari atau minggu. Meski demikian, menghentikan pemompaan secara tiba-tiba dapat menyebabkan saluran ASI tersumbat atau mastitis, jadi konsultasikan dengan dokter ataupun konsultan laktasi untuk mengurangi frekuensi atau jumlah pemompaan secara bertahap.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


Saksikan juga video berikut:

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online