Jakarta -
Kasus yang melibatkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah ramai diperbincangkan, Bunda. IDAI bahkan membuat kegiatan doa bersama selama tiga hari berturut-turut.
Aksi pita hitam juga menggema di media sosial dan memicu rasa kecewa dari banyaknya dokter spesialis anak. Hal ini diduga bermula karena adanya mutasi atau pemindahan dokter yang dilakukan secara sepihak oleh Kementerian Kesehatan.
Mutasi ini ternyata sudah dilakukan secara mendadak sejak akhir tahun 2024 lalu, Bunda. Atas adanya kasus ini, IDAI disebut sedang berdiskusi dan akan mengambil langkah hukum.
Fakta kasus IDAI
Melansir dari berbagai sumber, ada beberapa fakta tentang kasus IDAI ini yang perlu Bunda pahami. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Kronologi awal
Ramai mutasi secara sepihak ini diawali dengan adanya mutasi untuk ketua IDAI, dr. Piprim B. Yanuarso. Kebijakan ini tercantum dalam edaran yang diteken langsung oleh Direktur Jenderal Kesehatan Kemenkes RI Lanjutan, dr. Azhar Jaya.
Sebelumnya, dr. Piprim diketahui berpraktik sekaligus mengajar di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ia kemudian dimutasi secara sepihak ke RS Fatmawati.
Melansir dari laman detikcom, keputusan mutasi ini diduga berkaitan dengan wewenang kolegium yang akan dialihkan ke Kemenkes RI.
"Saya meyakini keputusan tersebut tidak lepas dari sikap organisasi IDAI yang menolak pengambilalihan kolegium oleh Kemenkes, IDAI merupakan organisasi profesi paling solid kolegiumnya, kolegium ilmu kesehatan anak indonesia KIKAI, tetap milik organisasi profesi," demikian anggapan viral yang beredar dan dinarasikan 'Kebijakan Paradoks Kemenkes RI', seperti dilihat detikcom.
2. Ketua IDAI Sumut dipecat
Merespon mutasi dr. Piprim, para teman sejawat pun berkomentar, Bunda. Salah satunya yang turut mengungkapkan pendapatnya adalah dr. Rizky Adriansyah, spesialis anak konsultan kardiologi anak.
Dalam video yang diunggah dr. Piprim melalui Instagram IDAI beberapa waktu lalu, diungkap bahwa dr. Rizky menulis pendapatnya tentang mutasi mendadak yang tengah terjadi. Diduga dampak dari postingan tersebut, dr. Rizky diberhentikan secara sepihak dari posisinya saat ini.
"IDAI berduka. Baru saja kami mendengar berita yang sangat mengagetkan kami semua, yaitu diberhentikannya sepihak secara mendadak, teman sejawat kami, dr. Rizky Adriansyah, spesialis anak konsultan, konsultan kardiologi anak, dan tidak boleh berpraktik di Rumah Sakit Adam Malik," ungkapnya mengutip dari Instagram @idai_ig.
"Hal ini erat diduga kaitannya dengan tulisan beliau yang mengomentari mutasi mendadak yang dilakukan kepada diri saya dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ke Rumah Sakit Fatmawati," ujarnya.
Dokter Rizky sendiri merupakan Ketua IDAI cabang Sumatera Utara, sekaligus ketua UKK Kardiologi anak yang pengalaman dan kemampuannya tidak diragukan.
"Dokter Rizky Ardiansyah yang pada hari ini diberhentikan sepihak adalah Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang Sumatera Utara sekaligus beliau adalah ketua UKK Kardiologi Anak yang skill dan intervnsi pengobatan kardiologi anak atau pengobatan jantung anak tidak lagi diragukan," tutur dr. Piprim.
3. Aksi pita hitam
Buntut dari masalah ini, per 2 Mei 2025, IDAI menyerukan Aksi Pita Hitam sebagai bentuk keprihatinan atas masalah yang menimpa rekan-rekan sejawatnya. Aksi ini rencananya akan dilaksanakan selama satu bulan hingga 2 Juni 2025 mendatang.
"Sejak Desember 2024, telah terjadi tindakan intimidasi dan kesewenang-wenangan terhadap IDAI, yaitu Sekretarius Umum PP IDAI dan Ketua UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, berupa mutasi sepihak tanpa alasan jelas. Kemudian mutasi sepihak pada dr. Piprim (Ketua Umum PP IDAI), disusul dengan pemberhentian Ketua IDAI Cabang Sumur yaitu dr. Rizky Ardiansyah," jelas Instagram @idai_ig.
"Tindakan ini diyakini sebagai akibat dari ketidaksepahaman dengan Kemenkes dalam hal independensi kolegium. Tindakan ini melukai hak asasi manusia dan juga merugikan masyarakat, terutama pasien-pasien jantung, tumbuh kembang, dan hermatologi-onkologi," sambung pihak IDAI.
4. Doa bersama selama 3 hari
IDAI juga mengadakan doa bersama selama tiga hari berturut-turut mulai dari Senin-Rabu, 5-7 Mei 2025. Doa bersama ini merupakan salah satu cara IDAI menyuarakan pendapat mereka untuk mendapatkan jalan keluar.
"Doa bersama ini adalah suara nurani. Kami memohon keadilan dan keberanian dari seluruh rakyat Indonesia untuk mendukung perjuangan, menjaga independensi ilmu kedokteran."
"Kami tidak akan diam. Demi anak-anak Indonesia, demi masa depan yang sehat dan berkeadaban," lanjut IDAI.
5. Dokter anak ikut menyuarakan pendapatnya
Atas adanya kasus ini, tidak sedikit dokter anak yang turut menyuarakan pendapat dan dukungannya untuk IDAI. Salah satunya adalah dr. Kanya Ayu SpA atau yang lebih dikenal dengan Momdoc.
"Karena tugas kami adalah melakukan pelayanan sebaik-baiknya untuk kemasyalahatan umat manusia, terbebas dari konflik kepentingan apapun dan manapun. Bismillah, saya bersama @idai_ig," tuturnya dalam akun Instagram @momdoc.id.
Tidak hanya dr. Kanya, dr. Lucky SpA juga turut mengungkapkan dukungannya untuk IDAI. Ia pun merasa apapun keputusannya, yang akan menjadi korban adalah anak-anak.
"Anak-anak yang seharusnya mendapat layanan terbaik dari dokter-dokter terbaik tapi justru menjadi korban dari kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan mereka. Kami hanya ingin satu hal, jangan ganggu hak anak untuk hidup sehat," ujarnya melalui akun @dr.lucky.sp.a.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/rap)