Jakarta -
Persalinan dengan metode operasi caesar umumnya dilakukan bila ditemukan indikasi medis. Namun belakangan, metode melahirkan ini menjadi pilihan persalinan yang direncanakan atau atas dasar pemintaan.
Sebelum memilih operasi caesar untuk metode persalinan, ada baiknya Bunda berkonsultasi dulu dengan dokter. Apalagi, baru-baru ini studi menemukan risiko operasi caesar pada kelahiran prematur dan keguguran di kehamilan berikutnya.
Studi yang diterbitkan di PLOS Medicine ini secara khusus menunjukkan hubungan yang kuat antara operasi caesar dan peningkatan risiko kelahiran prematur spontan serta keguguran pada pertengahan trimester kehamilan. Risiko terutama terlihat bila dilatasi (perubahan ukuran) serviks lebih besar pada saat operasi, dan mencapai puncaknya saat dilatasi penuh.
Bagi sebagian besar perempuan yang menjalani operasi caesar, risiko kelahiran prematur pada kehamilan berikutnya tetap rendah, yakni kurang dari lima persen. Namun, perempuan yang mengalami kelahiran prematur setelah operasi caesar lebih mungkin untuk mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya.
Secara rinci, peneliti menemukan bahwa ibu hamil yang menjalani operasi caesar dan kemudian mengalami kelahiran prematur memiliki risiko 2,7 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami kelahiran prematur berulang bila dibandingkan perempuan dengan faktor risiko kelahiran prematur lainnya.
Sementara itu, jika mempertimbangkan keguguran pada pertengahan trimester, maka risiko relatif meningkat menjadi 5,65. Dalam kelompok ini, ditemukan 54 perempuan yang melahirkan prematur setelah operasi caesar akan mengalami persalinan prematur berikutnya, di mana angka ini jauh lebih tinggi daripada kelompok berisiko lainnya.
Kemungkinan penyebab karena kerusakan serviks
Penelitian ini lantas mengamati kemungkinan penyebab kelahiran prematur akibat operasi caesar, yakni kerusakan serviks. Organ penting dengan nama lain leher rahim ini memainkan peran utama dalam mencegah persalinan prematur.
Pada saat intervensi bedah selama tahap persalinan lanjut, sering kali dokter melibatkan sayatan di dekat atau di dalam jaringan serviks, sehingga meningkatkan kemungkinan trauma. Demikian seperti dilansir laman News Medical.
Selain itu, kepala janin yang turun ke panggul membuat proses pembedahan menjadi lebih sulit. Hal tersebut dapat mengakibatkan risiko cedera serviks yang lebih besar akibat perluasan pembedahan, jahitan, atau infeksi. Biasanya, kerusakan serviks ini dapat terlihat melalui pemeriksaan USG sebagai gangguan pada dinding rahim.
Illustrasi operasi caesar/ Foto: Getty Images/FatCamera
Risiko lain dari persalinan melalui operasi caesar
Operasi caesar merupakan proses kelahiran bayi melalui sayatan bedah yang dibuat di perut dan rahim ibu. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), operasi caesar dapat dilakukan pada indikasi tertentu, seperti bayi sungsang, ukuran bayi besar, atau faktor lainnya yang memengaruhi ibu dan proses persalinan.
"Pada operasi caesar, sayatan dibuat pada kulit dan dinding perut, lalu di dinding perut. Bayi dilahirkan melalui sayatan tersebut. Kemudian, tali pusar dipotong dan plasenta dikeluarkan dari rahim. Dokter lalu menutup rahim dengan jahitan yang akan larut dalam tubuh," tulis ACOG dalam laman resminya.
Seperti operasi besar lainnya, persalinan caesar memiliki risiko. Masalah terjadi pada sejumlah kecil operasi dan biasanya dapat diobati. Namun, dalam kasus yang sangat jarang, komplikasi dapat serius atau bahkan fatal.
Berikut beberapa risiko dari operasi caesar menurut ACOG:
- Organ rahim, termasuk area panggul di dekatnya, dan sayatan di kulit dapat terinfeksi.
- Bunda mungkin kehilangan darah yang terkadang cukup banyak hingga memerlukan transfusi darah. Dalam kasus yang sangat jarang, histerektomi mungkin perlu dilakukan bila perdarahan tidak dapat dikendalikan.
- Bunda dapat mengalami pembekuan darah di kaki, organ panggul, atau paru-paru.
- Usus atau kandung kemih dapat terluka.
- Bunda dapat mengalami reaksi alergi terhadap obat-obatan atau jenis anestesi yang digunakan.
Persalinan melalui operasi caesar juga dapat meningkatkan risiko di kehamilan berikutnya. Risiko ini meliputi masalah plasenta, ruptur uterus, dan histerektomi. Beberapa masalah plasenta dapat menyebabkan komplikasi serius.
"Karena risiko tersebut, operasi caesar biasanya dilakukan hanya bila manfaatnya lebih besar daripada risikonya. Dalam beberapa situasi, operasi caesar adalah pilihan terbaik. Dalam situasi lain, kelahiran pervaginam adalah yang terbaik. Maka, sebaiknya bicarakan dengan dokter kandungan tentang risiko dan manfaatnya sesuai dengan situasi," ujar ACOG.
Demikian hasil studi terbaru yang membahas soal risiko melahirkan melalui operasy caesar. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)