Jakarta -
Tanpa disadari orang tua terkadang melakukan kesalahan dalam pola asuh yang membuat anak justru jadi pemalu. Si Kecil enggan bersosialisasi dan cenderung tertutup.
Dikutip dari Raising Children, perilaku pemalu sebenarnya masih umum terjadi bahkan sejak usia bayi dan anak-anak. Misalnya, bayi mungkin lebih mau hanya 'menempel' pada orang tuanya saja dan menangis dalam situasi sosial yang ramai.
Bisa juga anak tampak secara fisik mencoba menghindari interaksi sosial dengan menyembunyikan kepala, menggerakkan atau memalingkan muka, atau menutup mata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk anak usia prasekolah, mereka mungkin memperlihatkan rasa malu dengan menolak bicara pada orang yang tidak dikenalnya dengan baik. Anak mungkin juga akan bersembunyi di balik badan orang tua atau menghindari ikut bermain.
Sementara itu pada anak usia sekolah, mereka mungkin akan menghindari menjawab pertanyaan di kelas, tidak mau bermain dengan teman, lebih suka duduk santai dan menonton orang lain bermain, atau menghindari aktivitas baru.
Apakah rasa malu pada anak termasuk wajar?
Beberapa anak lebih pemalu daripada yang lain. Dipercaya bahwa rasa malu sebenarnya merupakan bagian dari temperamen dan cara anak menanggapi dunia.
Dikutip dari What to Expect, rasa malu bahkan ada dalam tahap perkembangan anak. Anak usia balita umumnya masih belum memiliki cukup pengalaman untuk memproses situasi baru dengan percaya diri seperti anak yang lebih tua.
Adakah kesalahan orang tua yang membuat anak jadi pemalu?
Orang tua memiliki peran penting dalam mendidik anak agar tumbuh percaya diri dan memiliki perkembangan sosial yang optimal. Namun, tanpa disadari justru orang tua melakukan kesalahan pengasuhan yang membuat anak jadi pemalu.
Padahal rasa percaya diri sangat penting bagi perkembangan anak, terutama dalam kehidupan sosialnya kelak. Berikut adalah kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua yang rentan membuat anak jadi pemalu:
1. Overprotektif
Overprotektif atau terlalu melindungi anak dari berbagai situasi, termasuk situasi sosial yang menantang, bisa membuat anak jadi canggung dan kurang percaya diri. Mereka juga jadi sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, serta enggan mengikuti kegiatan baru.
Termasuk jika orang tua selalu melarang anak melakukan kegiatan di luar rumah, seperti bermain dengan teman sebaya atau berbicara di depan umum, yang dapat menghambat perkembangan sosial anak.
2. Terlalu banyak memberi kritik
Kesalahan berikutnya yakni terlalu sering memberikan kritik tajam pada anak, yang lama-lama juga bisa mengganggu kepercayaan dirinya. Anak yang sering merasa bersalah umumnya jadi takut untuk mencoba hal baru atau berbicara di depan umum.
Orang tua sebaiknya lebih fokus pada proses dan upaya yang dilakukan anak, serta memberikan dorongan positif. Hindari terlalu banyak memberi hukuman atau menyalahkan anak atas setiap kesalahan yang dibuatnya.
Kritik yang sewajarnya bisa membantu anak mempelajari kesalahannya, tapi kritik yang berlebihan malah dapat membuat mereka jadi takut, cemas, dan pemalu.
3. Selalu membandingkan anak dengan orang lain
Ilustrasi/Foto: Getty Images/kate_sept2004
Meski tanpa disadari masih sering dilakukan, sebaiknya hindari kebiasaan membandingkan anak dengan orang lain. Termasuk saudara kandung atau teman sebayanya.
Hal ini juga dapat membuat anak jadi minder dan kurang percaya diri. Misalnya, membandingkan anak dengan teman sekelas yang lebih percaya diri dan populer terus-menerus.
Pahamilah bahwa setiap anak memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing, Bunda. Dukung anak untuk bisa mengembangkan potensi dirinya tanpa merasa harus menjadi seperti orang lain.
4. Tidak memberikan contoh sosial yang baik
Dalam proses pembelajarannya, anak-anak cenderung meniru perilaku dan kebiasaan orang tua. Termasuk di antaranya mereka juga melihat cara orang tua berinteraksi dengan orang lain.
Apabila orang tua sering terlihat cemas atau menghindari situasi sosial, maka besar kemungkinan anak juga akan bersikap demikian. Mereka tidak nyaman untuk berinteraksi dengan orang lain dan akan menghindar dari situasi serupa.
Jadi berikan contoh yang baik dalam bersosialisasi ya, Bunda. Tunjukkan sikap percaya diri dan terbuka, maka ada potensi Si Kecil akan belajar untuk melakukan hal yang sama.
5. Selalu mengabaikan perasaan anak
Tak sedikit orang tua yang tanpa sadar meremehkan perasaan anak dan mengabaikan perubahan emosinya. Sebagai contoh, anak merasa malu atau takut berbicara di depan kelas, lalu orang tua justru memarahi.
Padahal sering kali anak hanya perlu didengarkan dan dipahami. Berikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan perasaan dan dukung dengan cara positif untuk membantunya jadi lebih percaya diri.
Kapan harus berkonsultasi dengan ahli profesional?
Kebanyakan anak pemalu bisa mengatasi perilaku ini seiring waktu, terutama dengan dukungan yang optimal dari orang tua dan lingkungan sekitar.
Namun jika anak usia prasekolah atau usia sekolah mulai menunjukkan tanda-tanda rasa malu yang ekstrem, jangan ragu untuk berkonsultasi ke profesional seperti dokter atau psikolog. Berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai:
- Anak menjadi sangat marah saat jauh dari orang tua atau bertemu orang baru
- Perilaku malu pada anak mulai mengganggu kehidupan sehari-hari. Misalnya, harus sampai menghindari pesta atau acara keluarga karena anak tidak dapat menghadapi terlalu banyak wajah asing
- Anak tampak sedih dan cemas hampir sepanjang waktu
- Anak mengeluhkan ketidaknyamanan fisik, seperti sakit perut atau sakit kepala, di lingkungan sosial seperti sekolah atau tempat umum, tetapi tidak saat di rumah.
Demikian ulasan tentang berbagai kesalahan orang tua yang membuat anak jadi pemalu. Ingat, berikan contoh bersosialisasi yang baik agar dapat ditiru dengan cara positif oleh Si Kecil. Semoga bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)