8000 Hoki Online Login website Slots Maxwin Myanmar Terkini Pasti Lancar Scatter Full Non Stop
hokikilat Top Daftar website Slot Maxwin Myanmar Terkini Gampang Jackpot Terus
1000hoki.com ID situs Slots Gacor Terkini Mudah Scatter Online
5000hoki Data ID situs Slot Maxwin Singapore Terkini Gampang Scatter Terus
7000hoki Situs server Slot Gacor Indonesia Terbaru Sering Scatter Full Banyak
9000 Hoki Online Data Platform situs Slots Gacor Thailand Terbaik Mudah Lancar Jackpot Full Terus
Data Demo Slots Gacor basis Thailand Terpercaya Pasti Lancar Scatter Full Setiap Hari
Idagent138 login Id Slot Gacor Terbaik
Luckygaming138 Id Slot Game Terpercaya
Adugaming login Slot Anti Rungkad Online
kiss69 Daftar Akun Slot Online
Agent188 Slot Maxwin Online
Moto128 Daftar Slot Gacor
Betplay138 login Id Slot Anti Rungkad Terpercaya
Letsbet77 Akun Slot Maxwin Online
Portbet88 Akun Slot Anti Rungkad
Jfgaming168 Daftar Akun Slot Game Online
Mg138 Akun Slot Anti Rungkat Terpercaya
Adagaming168 login Akun Slot Gacor Online
Kingbet189 login Akun Slot Game
Summer138 Slot Game
Evorabid77 Daftar Slot Gacor Terpercaya
Ita Muswita memutuskan menjadi relawan di Gaza, Palestina, karena ingin melihat langsung kondisi di sana. Perempuan yang berprofesi sebagai bidan ini juga ingin menggunakan keahliannya untuk menolong orang-orang terdampak perang.
Ita memasuki wilayah Gaza pada 18 Maret 2024. Selama 72 hari, ia bertugas di rumah sakit dan klinik di sana, Bunda.
"Saya masuk Gaza 18 Maret, minggu kedua Ramadan. Keluar menjelang Idul Adha. Jadi saya Lebaran di Gaza," kata Ita dalam acara FYP, dikutip dari YouTube TRANS7 OFFICIAL.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ita, situasi di Gaza lebih parah dari yang diberitakan di media selama ini. Suara bom dan senjata tak berhenti terdengar, begitupun korban yang berjatuhan.
"Jauh lebih buruk dari yang kita saksikan di televisi (TV). Kalau di TV kan korban sudah datang ke rumah sakit, yang aslinya itu kita dengar ledakan, suara bom, senjata, itu setiap saat, dan drone 24 jam sehari enggak ada berhentinya," ungkapnya.
Setiap hari menjadi momen yang mencekam bagi Ita dan orang-orang di Gaza. "Jadi kalau orang Gaza itu bilangnya hari ini mungkin kita bisa tertawa dan ini hari terakhir kita tertawa. Jadi mereka itu menganggap ini adalah hari terakhir kita," ujar Ita.
Kondisi bayi baru lahir di Gaza
Dalam kesempatan ini, Ita juga mengungkap kondisi bayi baru lahir di Gaza. Dalam salah satu foto yang ditunjukkan, Ita tampak menggendong bayi baru lahir.
Menurutnya, berat badan bayi lahir (BBLR) di Gaza menurun seiring terjadinya perang. Penyebabnya karena ibu hamil di sana kekurangan nutrisi, Bunda.
"(Foto itu) Dua minggu pertama saya berdinas di Rumah Sakit Emirat di kamar bedah. Itu bayi yang baru dilahirkan," katanya.
"Di sana itu ibu-ibu melahirkan anak (dengan berat) 3,5 sampai 4 kilogram (kg) itu normal karena memang besar posturnya. Ketika perang, penurunan berat badan bayi lahir itu terasa sekali, jadi rata-rata 2,3 sampai 2,7 itu sudah bagus, yang penting mereka bisa survive, bisa napas, paru-paru berfungsi itu sudah cukup. Kekurangan gizi ibu selama hamil salah satu faktornya (penyebab)," sambungnya.
Selama bertugas di Gaza, Ita setidaknya menangani 50 hingga 60 pasien persalinan. Padahal, ia hanya berdinas setengah hari, Bunda.
"Selama dinas pagi sampai dinas siang, kita menangani persalinan totalnya 50 sampai 60. Jadi yang untuk shift sore itu teman-teman lokal yang menangani," ungkap Ita.
Selain di rumah sakit, Ita juga membantu di klinik besar yang menangani pasien korban akibat perang. Di sana, ia bertemu dengan banyak anak-anak Gaza. Mereka terlihat begitu bahagia menyambut Ita dan para relawan lainnya.
Ita sudah siap menerima risiko apa pun selama di Gaza
Ita Muswita/ Foto: YouTube TRANS7 OFFICIAL
Ita pergi ke Gaza sebagai relawan dari MER-C Indonesia. Ia bersama beberapa relawan lain ditugaskan untuk membantu korban perang.
Sebelum ke Gaza Ita mengaku sudah menerima apa pun risiko yang akan dihadapinya. Ita bahkan siap bertaruh nyawa menolong orang-orang di Gaza.
Keputusan Ita untuk ke Gaza juga mendapatkan dukungan dari keluarganya. Mendiang orang tua Ita bahkan memberikan dukungan penuh atas keputusan putrinya ini.
"Ya menerima kondisi apa pun, karena ketika kita berangkat kan kita ibaratnya deal kondisi terburuk apa pun siap menerima. Keluarga juga siap menerima. Kebetulan orang tua sebelum meninggal selalu bilang, support. Kemudian kakak dan adik support," ujar Ita.
Ita tetap merasa takut selama menjalankan tugas di Gaza. Tetapi, di satu sisi ia mesti berani hingga terbiasa menerima keadaan. Begitu pun ketika ia mendengar kabar orang yang dikenalnya meninggal.
"Iyalah (takut) itu manusiawi. Tapi pada akhirnya kita akan terbiasa dengan keadaan. Yang paling sedih itu ketika kita menerima kabar orang yang kita kenal meninggal saat itu. Tapi itu tidak bisa berlarut-larut, ya bisa jadi kita berikutnya," ujarnya.
Meski telah berada ke Tanah Air, Ita mengaku ingin kembali lagi ke Gaza. Ia tak pernah sekalipun menyesali keputusannya untuk menjadi relawan di Gaza.
Demikian kisah Ita Muswita tentang pengalamannya menjadi relawan di Gaza. Semoga kisahnya bisa menjadi inspirasi ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)
Loading...