TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Anies Baswedan, Sahrin Hamid, mengatakan ada sejumlah pihak menggalang dana mengatasnamakan Partai Perubahan. Dia mengatakan foto Anies kerap dipakai di pamflet permintaan sumbangan tersebut.
"Pak Anies Baswedan tidak terlibat Partai Perubahan atau partai baru apapun," kata Sharin melalui keterangan video, Jumat, 8 November 2024. Perubahan adalah jargon yang digunakan Anies ketika mengikuti pilpres 2024
Sahrin mengatakan hingga kini Anies tidak pernah terlibat dalam proses pendirian Partai Perubahan tersebut. Isu Anies akan mendirikan partai sempat mencuat setelah kandidat calon presiden 2024 ini gagal mendapatkan dukungan untuk maju di Pilkada Jakarta.
Anies pernah membahas rencana itu melalui akun YouTube pribadinya dalam unggahan berjudul ‘Catatan Anies Pasca Pilpres dan Pilkada Jakarta’. Dalam video itu Anies menyebut partai yang akan ia dirikan bisa menjadi wadah aspirasi masyarakat yang menginginkan kesetaraan dan demokrasi yang lebih sehat.
Dalam video itu, Anies mengatakan banyak masyarakat yang menginginkan partai politik yang mengedepan gagasan. Dia meminta para pendukungnya untuk menantikannya.
“Membangun ormas (Organisasi kemasyarakatan) atau partai baru, mungkin itu jalan yang akan kami tempuh, kita lihat sama-sama ke depan,” ujar Anies dalam video itu.
Rencana Anies itu mendapat respons dari berbagai kalangan. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan mendukung wacana tersebut.
"Ya saya silakan saja. Supaya merasakan dulu cara berpolitik dengan punya partai, bagaimana susahnya mengatur dan mengelola partai hingga ke tingkat ranting," kata Cucun saat ditemui di kompleks Gedung DPR, Jumat, 13 September 2024.
Cucun melihat peluang Anies untuk mendirikan partai terbuka. Begitu juga jika Anies ingin bergabung menjadi kader partai yang sudah ada. "Kami welcome," ujarnya. "Sah-sah saja, haknya warga negara."
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menilai Anies akan sulit berkembang ketika tidak terikat dengan partai. Meskipun punya basis pendukung yang banyak, kata dia, hal itu sulit diakumulasikan menjadi pijakan untuk berkontestasi di pemilihan umum.
"Penting bagi Anies untuk punya basis politik lewat partai. Buktinya saat dia gagal, menyalahkan parpol dan merasa ditinggalkan," kata Ujang kepada Tempo saat dihubungi, Jumat, 13 September 2024.
Lebih lanjut, Ujang melihat selama ini basis pendukung Anies tersebar di banyak partai. Ketika ia mendirikan partai sendiri, maka upaya itu memudahkan Anies menyerap aspirasi di akar rumput.
"Basis parpol sangat penting bagi siapapun. Kalau tidak punya partai, maka pendukungnya tersebar dimana-mana. Inilah yang dialami Anies saat ini," ujarnya.
Kendati demikian, Ujang menilai untuk mendirikan partai bukanlah hal yang mudah. Setidaknya dibutuhkan dana Rp 2 triliun agar mesin partai bisa bergerak.
"Anies merasa ditinggalkan dan ditekan karena tidak punya partai. Ketika memiliki partai, maka basis pendukungnya menjadi jelas dan aspirasi yang diserap menjadi terukur," kata dia. Hingga saat ini rencana Anies mendirikan partai maupun ormas belum terealisasi.