Kenali Apa Itu Plasenta, Fungsi, Gangguan yang Dapat Terjadi hingga Letak Normalnya

3 months ago 55

Plasenta adalah organ penting yang terbentuk selama kehamilan. Plasenta memiliki banyak fungsi, di mana salah satunya adalah mendukung perkembangan janin.

Gangguan plasenta dapat terjadi saat hamil dan perlu diwaspadai, Bunda. Gangguan bisa disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya lokasi plasenta yang tidak tepat. Memahami fungsi dan lokasi plasenta selama kehamilan menjadi sangat penting untuk mencegah timbulnya gangguan yang memengaruhi perkembangan janin.

Apa itu plasenta?

Dilansir Mayo Clinic, plasenta adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan. Fungsi utama plasenta adalah menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin yang sedang tumbuh.

Sebagian besar plasenta terdiri dari pembuluh darah yang terdapat dalam struktur yang disebut 'vili'. Pembuluh darah ini terhubung dengan aliran darah bayi melalui tali pusat. Demikian seperti melansir dari Cleveland Clinic.

Proses terbentuknya plasenta

Plasenta mulai terbentuk setelah sel telur dibuahi dan menempel di rahim sekitar 7-10 hari setelah pembuahan. Plasenta terbentuk dari beberapa sel yang membelah dengan cepat lalu terus tumbuh selama kehamilan untuk mendukung perkembangan janin.

Bentuk plasenta akan berubah sepanjang kehamilan, Bunda. Pada saat bayi lahir, bentuk plasenta mirip dengan piringan bundar yang datar dengan diameter sekitar 22 sentimeter (cm), dan ketebalan dinding antara 2 sampai 2,5 cm.

"Sepanjang kehamilan, plasenta akan tumbuh dan berubah bentuk. Ketebalannya akan mengikuti perkembangan kehamilan," kata ahli di bidang kebidanan dan ginekologi, Monique Rainford, MD, dikutip dari Very Well Health.

Fungsi plasenta selama kehamilan

Plasenta memiliki beberapa fungsi yang krusial selama kehamilan. Berikut 5 fungsi plasenta, seperti mengutip beberapa sumber:

1. Transfer nutrisi ke janin

Fungsi plasenta adalah memastikan pertukaran nutrisi dan produk limbah di sistem peredaran darah Bunda dan janin dapat berjalan dengan baik dan secara maksimal. Dalam ulasan di Thrombosis Research tahun 2004, dijelaskan bahwa unit fungsional utama dari plasenta adalah vili korionik, di mana darah janin dipisahkan tiga atau empat lapisan sel (membran plasenta) dari darah ibu di ruang intervili sekitarnya.

Setelah implantasi, sel-sel trofoblas berproliferasi dan berdiferensiasi sepanjang dua jalur yang digambarkan sebagai vili dan ekstravili. Sel-sel sitotrofoblas vili non-migrasi lalu bergabung untuk membentuk sinsitiotrofoblas yang memiliki inti banyak, dan membentuk lapisan epitel luar vili korionik. Di cabang inilah, sebagian besar pertukaran nutrisi dari Bunda ke janin terjadi.

2. Transfer metabolik

Plasenta juga berfungsi sebagai transfer metabolik beberapa zat dan protein. Berikut transfer metabolik sebagai fungsi dari plasenta:

  • Glukosa: glukosa membentuk sumber energi utama pada Bunda hamil dan bisa ditransfer ke janin.
  • Asam amino: asam amino untuk sintesis protein janin ditransfer dari ibu ke janin melalui transpor aktif.
  • Asam lemak: Asam lemak bebas dan gliserol ditransfer dari ibu ke janin melalui difusi sederhana.
  • Elektrolit, vitamin, dan air: Ion kalsium, besi, dan vitamin ditransfer melalui transport aktif yang dimediasi oleh pembawa.

3. Fungsi imunologis

Meski sebagian besar protein sulit melewati plasenta, tapi antibodi IgG Bunda dapat ditransfer ke janin melalui pinositosis. Transfer antibodi tersebut dapat memberikan manfaat kekebalan pasif dalam beberapa bulan pertama kehidupan bayi setelah lahir.

Transfer umumnya dimulai pada awal kehamilan dan meningkat di trimester ketiga. Antibodi yang menyebabkan gangguan autoimun pada ibu, seperti myasthenia gravis, juga dapat melintasi plasenta dan memengaruhi kondisi janin.

4. Memasok oksigen ke janin

Plasenta bayi atau ari-ari juga berperan dalam sistem pernapasan janin. Organ ini memasok oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida, Bunda.

Sarah K Griffiths dan Jeremy P Campbell dalam ulasan di Continuing Education in Anaesthesia Critical Care & Pain tahun 2015, menjelaskan bahwa oksigen adalah molekul kecil yang mudah melintasi plasenta dengan difusi pasif. Transfer oksigen lalu ditingkatkan oleh efek Bohr, di mana prosesnya dapat mendukung pelepasan oksigen ke janin.

5. Fungsi endokrin

Plasenta adalah organ endokrin yang memproduksi peptida penting dan hormon steroid. Dua hormon steroid yang dihasilkan adalah estrogen dan progesteron.

Dikutip dari Your Hormones Info, progesteron bertindak untuk mempertahankan kehamilan dengan mendukung lapisan rahim, serta menyediakan lingkungan bagi janin dan plasenta untuk tumbuh sehat. Sementara itu, estrogen bertugas untuk merangsang pertumbuhan rahim guna mengakomodasi pertumbuhan janin dan memungkinkan rahim berkontraksi jelang persalinan.

Hormon estrogen juga merangsang pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu selama kehamilan, sebagai persiapan untuk menyusui.

Ilustrasi JaninIlustrasi Plasenta/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Kondisi yang dapat mempengaruhi fungsi plasenta

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi fungsi dan kesehatan plasenta, yakni:

  1. Usia lebih dari 40 tahun berisiko mengalami masalah di plasenta.
  2. Ketuban pecah sebelum melahirkan bisa meningkatkan risiko masalah di plasenta.
  3. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
  4. Hamil anak kembar atau lebih dari satu bayi.
  5. Setiap kondisi gangguan pembekuan darah bisa meningkatkan risiko pada plasenta.
  6. Jika pernah menjalani operasi rahim sebelumnya, seperti operasi caesar atau operasi untuk menghilangkan fibroid, maka Bunda bisa berisiko lebih tinggi mengalami masalah plasenta tertentu.
  7. Jika pernah memiliki masalah plasenta selama kehamilan sebelumnya, maka Bunda mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi.
  8. Masalah plasenta tertentu lebih sering terjadi pada perempuan yang merokok atau menggunakan obat terlarang selama kehamilan.
  9. Trauma pada perut, seperti karena jatuh, kecelakaan, atau dipukul bisa meningkatkan risiko plasenta terpisah secara prematur dari rahim atau disebut solusio plasenta.

7 gangguan plasenta yang perlu diwaspadai

Plasenta juga dapat mengalami masalah selama kehamilan, Bunda. Berikut beberapa gangguan plasenta yang perlu diwaspadai ibu hamil:

1. Solusio plasenta

Solusio plasenta atau abruptio plasentae terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan. Hal ini dapat menurunkan atau menghalangi suplai oksigen dan nutrisi bayi dan menyebabkan perdarahan hebat pada Bunda hamil.

2. Plasenta previa

Plasenta previa merupakan suatu kondisi di mana plasenta berada di bagian bawah rahim sehingga menutupi leher rahim. Ketika plasenta berada dekat dengan leher rahim, pembuluh darah yang menghubungkan plasenta ke rahim bisa pecah dan menyebabkan perdarahan saat persalinan dimulai.

3. Plasenta akreta

Mengutip buku Hamil Tanpa Galau karya Teman Bumil, plasenta akreta terjadi ketika pembuluh darah plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Plasenta akreta dapat menyebabkan perdarahan di trimester ketiga atau pasca melahirkan.

4. Retensi Plasenta

Retensi plasenta merupakan kondisi di mana plasenta tidak keluar dalam kurun waktu 30 sampai 60 menit setelah melahirkan. Kondisi ini bisa terjadi karena plasenta terjebak di belakang serviks yang tertutup sebagian atau plasenta masih menempel di dinding rahim. Retensi plasenta harus segera ditangani dengan tepat karena dapat menyebabkan infeksi dan perdarahan yang parah.

5. Insufisiensi plasenta

Gangguan ini terjadi ketika plasenta tidak memberikan nutrisi atau oksigen yang cukup untuk janin. Kondisi kronis atau infeksi dapat menjadi penyebabnya, Bunda. Insufisiensi plasenta dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti kelahiran prematur, hipoksia janin, anemia, gula darah rendah, solusio plasenta, IUGR (Intrauterine Growth Restriction) atau pembatasan pertumbuhan janin, dan stillbirth (lahir mati).

6. Vas pravia

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) Green Journal, vasa previa mengacu pada pembuluh darah janin yang tidak terlindungi, yang mengalir melalui selaput di atas leher rahim atau keluarnya pembuluh darah janin. Ketika selaput pecah, pembuluh darah juga akan pecah, sehingga bisa menyebabkan janin kehilangan bayak darah dan ibu mengalami komplikasi.

7. Intervillositis histiocytic kronis (CHI)

Intervillositis histiocytic kronis (CHI) merupakan kondisi langka di mana sistem kekebalan perempuan mengalami reaksi yang tidak normal terhadap kehamilan dan menyebabkan kerusakan pada plasenta. Gangguan ini dapat meningkatkan risiko keguguran dan stillbirth.

Bagaimana letak plasenta normal yang perlu diketahui?

Plasenta menempel pada dinding rahim, atau paling sering menempel pada bagian atas, samping, depan, atau belakang rahim. Pada kasus yang jarang terjadi, plasenta mungkin menempel di bagian bawah rahim.

Posisi plasenta dapat dilihat melalui USG sejak usia kehamilan 10 minggu. Lokasi dapat berubah dan biasanya terjadi sekitar usai kehamilan 32 minggu.

Plasenta biasanya berpindah ke atas atau menjauh dari leher rahim seiring dengan pertumbuhan janin. Misalnya, dalam ulasan di Journal of Clinical Ultrasound 2007 ditemukan sekitar 10 sampai 15 persen plasenta berada posisi low-lying pada pemindaian USG di minggu ke-18 hingga 20. Namun, hanya 0,5 persen yang masih berada di posisi ini setelah cukup bulan.

Studi menganggap bahwa plasenta yang berada di posisi low-lying anterior lebih mungkin untuk berpindah dibandingkan plasenta low-lying posterior.

Studi lain yang diterbitkan di Ultrasound in Obstetrics & Gynecology tahun 2020 juga meneliti posisi plasenta pada 958 ibu hamil. Hasilnya, plasenta lebih banyak terletak di posisi posterior (62 persen) pada trimester kedua. Sisanya sebanyak 38 persen menempel di posisi anterior dan 5 persen di posisi low-lying.

Letak plasenta memang dapat berubah seiring dengan pertumbuhan janin. Semua posisi dianggap bagus untuk dilakukan persalinan pervaginam, kecuali posisi low-lying. Letak plasenta yang terlalu rendah di dalam rahim disebut dapat memicu terjadinya perdarahan dan menghambat turunnya kepala bayi saat persalinan, sehingga memerlukan tindakan operasi caesar

Posisi plasenta selama kehamilan

Ada beberapa posisi plasenta selama kehamilan yang perlu Bunda ketahui, yakni:

1. Posisi anterior

Pada posisi ini, plasenta berada di dinding depan rahim, paling dekat dengan perut. Plasenta anterior tak akan memengaruhi fungsinya dalam memberikan nutrisi ke janin. Namun bila bantalan plasenta menempel di perut, Bunda mungkin akan sulit merasakan gerakan janin.

"Plasenta anterior biasanya tidak menyebabkan masalah pada kehamilan atau komplikasi kesehatan," ujar ahli kesehatan perempuan Monte Swarup, M.D., FACOG, dikutip dari Parents.

2. Posisi posterior

Pada posisi posterior, plasenta berada di dinding belakang rahim, atau dekat dengan tulang belakang. Sama seperti posisi anterior, posisi ini juga tidak akan berdampak negatif pada kehamilan atau mempersulit persalinan.

"Plasenta posterior sebagian besar merupakan variasi posisi yang normal atau tidak ada konsekuensi klinis sama sekali," ungkap profesor kebidanan dan ginekologi di University of Utah Health Sciences Center, Robert M. Silver, MD.

3. Posisi fundus

Posisi fundus menempatkan plasenta berada di dinding atas rahim (fundus). Bayi dapat berada di posisi fundus seiring dengan pertumbuhannya. Beberapa ibu hamil bahkan dapat mengalami kombinasi posisi fundus anterior atau fundus posterior.

Dikutip dari laman Miracle Cord, plasenta fundus membentuk titik terlemah dari selaput di atas serviks dan ini dapat meningkatkan risiko ketuban pecah dini. Dalam beberapa penelitian, lokasi fundus juga dikaitkan dengan kelahiran prematur dan prematuritas.

4. Posisi lateral

Pada posisi lateral, plasenta berada di sisi kanan atau kiri rahim. Kondisi ini jarang terjadi bila dibandingkan posisi posterior atau anterior.

Dalam ulasan di Journal of Ultrasound in Medicine tahun 2007 dijelaskan bahwa kehamilan dengan komplikasi pembatasan pertumbuhan intrauterin atau IUGR hampir empat kali lebih mungkin plasentanya berada di posisi lateral dibandingkan posisi anterior atau posterior.

5. Posisi low-lying (di bawah)

Posisi ini membuat plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi seluruh atau sebagian leher rahim. Jika plasenta menutup seluruh leher rahim, maka ini disebut dengan plasenta previa, yakni kondisi serius di mana bayi harus segera dilahirkan melalui operasi caesar untuk meminimalkan perdarahan.

Demikian serba-serbi tentang plasenta, termasuk fungsi dan gangguan yang perlu Bunda waspadai. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online