Jakarta -
Menyelesaikan tahapan menyusui memang tidaklah mudah. Ada kalanya busui menghadapi stres hingga depresi. Yuk, mengenal depresi usai menyusui, gangguan kesehatan mental pasca menyapih Si Kecil.
Lepas dari tugas menyusui ternyata tak berarti bebas tugas ya, Bunda. Sering kali, para ibu menyusui mengalami gangguan depresi usai menyusui. Meskipun tampak aneh, bagian tersebut kerap dialami sebagian orang setelah berhenti menyusui lho, Bunda.
Mengenal depresi usai menyusui
Depresi usai menyusui atau depresi pasca menyapih merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala kesehatan mental yang dapat terjadi setelah ibu berhenti menyusui. Banyak gejala yang dapat muncul setelah berhenti menyusui diduga terjadi sebagai akibat dari fluktuasi hormon dan bahkan stres psikologis.
Meskipun ini merupakan area yang membutuhkan penelitian tambahan, ada beberapa penelitian tentang bagaimana berhenti menyusui dapat menyebabkan gejala seperti depresi dan kecemasan seperti dikutip dari laman Parents.
Gail Saltz, MD, seorang profesor madya psikiatri di the New York Presbyterian Hospital, Weill Cornell Medical College di New York, menjelaskan bahwa gejala pasca-menyapih setelah berhenti menyusui dapat meliputi:
1. Peningkatan rasa mudah tersinggung
2. Rasa ingin menangis
3. Kehilangan kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan
4. Kelelahan
5. Kesulitan berkonsentrasi
Apa penyebab depresi usai menyusui?
Depresi usai menyusui diduga disebabkan oleh perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh saat menyusui dihentikan. Mungkin juga ada hubungannya dengan masalah psikologis, terutama jika Bunda menyapih lebih cepat dari yang Bunda inginkan.
Berikut ini beberapa gambaran tentang apa yang terjadi pada tingkat hormonal yang dapat menyebabkan gejala aneh setelah berhenti menyusui:
1. Penurunan oksitosin
"Oksitosin, yang meningkat selama menyusui, menurun saat penyapihan," jelas Dr. Saltz. "Karena ini adalah hormon yang mengikat dan membuat merasa senang, seseorang mungkin kehilangan perasaan senang dari oksitosin dan mengalami rasa kehilangan dan kesedihan yang lebih intens."
2. Penurunan prolaktin secara tiba-tiba
Prolaktin, yang biasanya meningkat selama menyusui, dikaitkan dengan perasaan tenang. Gejala pasca-penyapihan mungkin lebih parah jika Bunda harus berhenti menyusui secara tiba-tiba, bukan secara bertahap. "Penurunan hormon ini secara tiba-tiba, saat penyapihan tiba-tiba terjadi, dapat menyebabkan perasaan buruk juga," tambah Dr. Saltz.
3. Penurunan estrogen
Sementara itu, estrogen umumnya tetap rendah selama menyusui dan kembali ke tingkat sebelum hamil setelah penyapihan.
4. Pergeseran kadar hormon
Bagi sebagian orang, perubahan kadar estrogen terjadi pada tingkat yang lebih lambat, yang tetap dapat memengaruhi suasana hati. "Pergeseran kadar estrogen menyebabkan suasana hati tertekan atau mudah tersinggung bagi sebagian orang," kata Dr. Saltz.
Hasil penelitian tentang depresi pasca penyapihan?
Tidak banyak penelitian atau kesadaran tentang depresi pasca-menyapih, tetapi hal itu dicatat dalam studi ilmiah tentang kesehatan pasca persalinan yang dimulai sejak tahun 1988. Pada tahun 2012, para peneliti mencatat bahwa ada hubungan antara gejala kecemasan dan depresi ibu dengan penghentian menyusui dini.
Seorang ibu mungkin berisiko lebih tinggi mengalami depresi pasca-menyapih jika mereka mengalami kondisi berikut ini:
1. Harus berhenti menyusui secara tiba-tiba.
2. Jika ibu berhenti menyusui lebih awal dari yang mereka inginkan.
3. Jika ibu memiliki gejala kecemasan atau depresi sebelum menyusui.
4. Memiliki kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya.
Cara mengatasi depresi pasca menyapih
Menurut Lucy Ruddle, seorang konsultan laktasi bahwa kurangnya dukungan sosial dalam membantu perempuan mencapai tujuan menyusui dapat memperburuk efek penghentian, menyebabkan risiko depresi pasca persalinan 'melonjak.'
Dalam kondisi tersebut juga, banyak aspek proses yang terlibat dalam membesarkan anak dan ini sebenarnya bukanlah hal baru. “Perempuan telah berbicara tentang kesedihan dan tekanan mendalam mereka dalam perjalanan menyusui mereka yang berakhir atau berjalan buruk selama yang mereka lewati. Baru-baru ini kita benar-benar mengakui bahwa perasaan ini benar-benar kesedihan,” kata Ruddle seperti dikutip dari laman Vogue.
“Menyusui penting bagi banyak orang pada tingkat yang dalam yang sulit mereka jelaskan. Itu dapat menjadi bagian dari identitas seseorang di awal ketika menjadi orang tua. Dan kemudian ketika dirasa tidak berhasil, hal itu dapat meninggalkan kekosongan yang tidak dapat kita ungkapkan dengan kata-kata.”
Meskipun kesedihan dan perasaan kehilangan mungkin wajar selama proses penyapihan, jika Bunda mengalami gejala parah yang memengaruhi kehidupan sehari-hari, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Sangat disarankan untuk mencari bantuan sesegera mungkin jika ibu mengalami hal sebagai berikut:
1. Gejala yang mengganggu kemampuan untuk beraktivitas
2. Jika Bunda memiliki pikiran untuk bunuh diri
3. Jika Bunda memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi
4. Jika Bunda mengalami kesulitan mengurus diri sendiri atau bayi Bunda
5. Jika Bunda mengalami kesulitan tidur
6. Jika kebiasaan makan Bunda berubah
Jika gejalanya menjadi cukup parah hingga mengganggu kemampuan Bunda untuk beraktivitas, ini lebih parah dan memerlukan evaluasi dan pengobatan. Dan, kabar baiknya adalah, ada pengobatan yang tersedia dan Bunda tidak perlu memaksakan diri melewati masa-masa sulit sendirian.
Siapa pun yang mengalami gejala pasca-menyapih dapat menghubungi profesional kesehatan mental, dokter umum, atau dokter kandungan dan ginekologi yang akan membantu menentukan pengobatan terbaik, yang dapat mencakup terapi, pengobatan, atau hormon tambahan.
Hal yang tak kalah penting juga ialah bahwa Bunda tidak sendirian. Bahkan jika gejala atau kronologinya tidak sesuai dengan gambaran umum masalah kesehatan mental ibu. Pergilah ke dokter dan bicarakan dengan pasangan, keluarga, dan teman-teman Bunda. Carilah tempat untuk konseling agar kondisi membaik karena dalam kondisi tersebut Bunda memang membutuhkan dukungan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)