Jakarta -
Setiap orang tua tentu ingin anak-anaknya lahir dalam kondisi sehat dan normal. Namun, ada kalanya anak laki-laki mengalami gangguan pada alat genital yang disebut dengan hipospadia.
Hipospadia adalah kondisi kelainan alat kelamin laki-laki, di mana lubang saluran keluar kencing (uretra) tidak terletak pada ujung posisi kepala penis yang seharusnya. Pada anak dengan hipospadia, lubang saluran kencing bisa terletak di pangkal atau justru di bagian bawah penis, Bunda.
Selain itu, kondisi hipospadia juga disertai dengan gambaran penis yang bengkok dan menunduk ke bawah. Proporsi dari kulit penis yang disebut dengan kulit preputium pun tidak simetris.
Pada anak laki-laki yang belum disunat, biasanya kulit yang menutupi kepala penis berbentuk melingkar. Namun, pada anak dengan hipospadia bentuknya akan lebih banyak di bagian bawah atau justru tidak ada sama sekali. Jadi kulit hanya ada di bagian atas, sedangkan bagian bawah kurang.
Pada orang awam, bisa muncul mitos dan anggapan bahwa anaknya sudah disunat dari lahir. Jadi, anak dianggap waktu lahir penisnya 'sudah seperti disunat'. Namun, pada pemeriksaan lebih lanjut biasanya akan keluar diagnosis hipospadia.
Kasus hipospadia di Indonesia banyak terjadi. Secara umum hipospadia terjadi karena faktor bawaan (genetik) dan angka kejadiannya tercatat kisaran 1 kasus dari 250-300 seluruh kelahiran anak laki-laki.
Gejala hipospadia pada anak laki-laki
- Lubang saluran kencing tidak berada di ujung penis.
- Ukuran penis terlihat bengkok atau melengkung ke bawah.
- Bentuk kulup tidak menutup penis secara keseluruhan seperti sudah disunat.
- Aliran air kencing tidak mengalir ke bawah.
- Makin terlihat saat anak remaja, ketika ereksi bentuk penis terlihat bengkok.
Kapan hipospadia dapat dideteksi?
Hipospadia sudah dapat diketahui sejak kehamilan melalui pemeriksaan ultrasonography (USG). Kemudian akan semakin jelas terlihat ketika lahir, karena genetalia sudah dapat terlihat secara jelas oleh mata.
Faktor risiko hipospadia
Hipospadia sendiri dapat terjadi karena multifaktor, berikut di antaranya:
- Genetik, seperti misalnya sang kakak atau ayah juga pernah mengalami hipospadia. Tapi, faktor genetik hanya terjadi kurang lebih sekitar 10 persen dari keseluruhan kasus hipospadia.
- Hormon sejak dari dalam kandungan, apakah dulunya sang bunda mengonsumsi obat-obatan terapi hormon di awal kehamilan.
- Lingkungan juga dapat menyebabkan hipospadia, yang dikaitkan dengan polutan dan makanan mengandung fitoestrogen, atau tercemar pestisida.
Tipe hipospadia
Ada beberapa tipe hipospadia tergantung dengan lokasi lubang utera, berikut penjelasannya:
1. Granular
Ini merupakan kondisi hipospadia ketika lubang saluran kencing terletak di kepala penis. Tepat di bawah kepala penis.
2. Distal
Kondisi hipospadia di mana lubang saluran kencing terletak sedikit di bawah kepala penis.
3. Proximal
Kondisi hipospadia yang bentuk lubang saluran kencing terletak jauh di bawah batang penis.
4. Perennial
Ini adalah jenis hipospadia yang dianggap paling berat, karena letak lubang kencing berada jauh dari pangkal penis.
Kondisi hipospadia berat yang sering membuat laki-laki disangka perempuan
Selain jenis atau tipe hipospadia di atas, ada pula kondisi Disorder of Sex Development (DSD) atau Difference of Sex Development yang biasa dikenal sebagai kelamin ganda. Pada kasus yang ekstrem, bentuk genetalianya menyerupai kelamin perempuan.
Pada banyak kasus, pasien hipospadia dengan tipe berat seperti ini disangka berjenis kelamin perempuan. Namun, setelah pemeriksaan lebih lanjut baru akan ketahuan jika ia adalah seorang laki-laki.
Prosedur pemeriksaan hipospadia pada anak laki-laki
Orang tua yang mencurigai sang anak mengalami hipospadia dapat memeriksakan anak ke dokter umum atau dokter anak untuk mengidentifikasi kondisinya. Pada anak yang baru lahir bisa diperiksakan ke dokter anak terlebih dahulu.
Semua dokter terlatih untuk mengidentifikasi kelainan ini. Setelah dilakukan observasi, penanganan lebih lanjut bisa dilakukan oleh dokter urologi.
Tata laksana hipospadia
Hipospadia merupakan kelainan yang menyangkut anatomi, sehingga membutuhkan tindakan operatif. Tindakan ini bertujuan untuk mengoreksi bentuk penis yang bengkok.
Selain itu, operasi juga dilakukan untuk membuat saluran kencing berada di saluran yang normal. Hal ini penting dilakukan demi masa depan sang anak.
Setelah operasi, nantinya anak tetap harus rutin melakukan pemeriksaan selama setahun sesudahnya. Selama waktu ini akan dievaluasi, termasuk fungsi seksualnya.
Risiko jika hipospadia tidak dioperasi
Jika tidak dilakukan operasi, akan mulai mempengaruhi genetalianya ketika dewasa. Pada saat berkemih tidak akan bisa berdiri karena lubang penis ke bawah, sehingga bisa mengenai celananya. Sehingga proses buang air kecil harus dilakukan dengan cara duduk.
Pada saat sudah dewasa, juga dapat mempengaruhi kualitas hubungan intim bersama istrinya, termasuk juga untuk bereproduksi.
Demikian ulasan mengenai hipospadia pada anak laki-laki, mulai dari gejala hingga tata laksana untuk mengoreksi bentuk genetalianya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)